Tujuh (belas)

4.6K 294 5
                                    

Ada banyak hal yang aku kagumi di dunia ini salah satu dari hal besarnya ialah mengagumi senyum mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada banyak hal yang aku kagumi di dunia ini salah satu dari hal besarnya ialah mengagumi senyum mu.

-Gracias-

...

Difa menghela napasnya dan terduduk lemas. Hari ini mata pelajaran olahraga dan bodohnya ia meninggalkan baju itu di atas tempat tidurnya.

"Jadi elonya gimana? Yakin gak mau akting pura-pura sakit.... lo tau'kan Pak Yunus kalau ngasih hukuman gak main-main"

Cece gadis bermata sipit itu duduk di samping Difa, dia menatap Difa yang saat ini sedang menangkupkan wajahnya di kedua tangan.

"Yah terus gue harus apa lagi Ce, Pak Yunus gak bego kali.. dia tau kalau gue siswi yang paling mageran pelajaran olahraga. 2 tahun di ajarin beliau, gak mungkin dia gak tau tipu muslihat gue" Difa memanyunkan bibirnya setelah berucap panjang lebar.

"Yah.. terus gimana la---"

Brak!

"Si dugong, gue cariin juga. Malah ngegalau di sini. Ngapain lo, lesbian.."

Kedua gadis di dalam ruangan berbentuk kubus itu hanya dapat diam menatap sosok yang baru saja  membuka pintu dengan doberakan.

Feral yang masih memegang knop pintu beralih menatap ke arah Difa. Dalam hati laki-laki itu terbahak.

"Idih.. Difa, muka sama rambut sama-sama kusut. Nih, Pak Ujang nitip sama gue" jelas Feral menunjuk paperbag kepada Difa.

"Lo main sama Pak Ujang yah? Difa... Difa gak dapet yang muda penjaga sekolah di embat juga" Feral bergedik ngeri, sedangkan Difa yang terus di hina berjalan mendekati cowok itu.

"Gak usah bacot lo titisan belut.. " ketus Difa merampas paperbag di tangan kanan Feral.

"Oh, iya.. Ce, lo di cariin sama Kang Beni. Katanya lo di suruh bayar utang kemaren" tambah Feral kini menatap cewek yang masih duduk memperhatikan keduanya.

"Kang Beni siapaan najir?" Tanya cewek itu.

Difa menghela napasnya dan memutar pandangan "Pak Beni, gak usah di denger orang gila kalau ngomong. Bikin susah.."

"Gila lo Ral, Pak Beni lo panggil Kang. Oh, iya gue duluan yah Dif, ada tugas susulan belum gue kumpul sama Pak Beni.. dah"

Difa mengangguk dan Feral memberi jalan kepada Cece untuk keluar.

"Gak terimakasih.. gini-gini gue pahlawan kesiangan. Kalau aja gue gak berniat bolos, gak mungkin'kan gue ketemu sama Pak Ujang"

Mendengar Feral berucap Difa pengen muntah. Demi apapun, Difa sampai sekarang tetep gak ngerti kenapa dia bisa punya tetangga sekaligus temen sebobrok Feral.

"Iya-iya.. makasih, gara-gara niat buruk berujung kebaikan lo gue gak jadi di hukum pelajaran olahraga"

Feral tersenyum tipis memberi kesan manis di sana. Sedangkan Difa yang melihatnya hanya dapat bersyukur setidaknya Feral tidak sejelek sikapnya.

Cowok itu berkulit agak coklat karena bersahabat dengan bola, memiliki postur hidung mancung, matanya tajam dan Feral punya dua lubang di pipinya. Dimple yang selalu di banggakan cowok itu. Cacat yang menguntungkan kalau kata Feral.

"Jadi, lo masih mau tetep bolos nih?" tanya Difa yang mendapat senyum tipis dari Feral.

"Menurut lo? Materi hari ini basket.."

"Yah bagus dong, laki-laki itu keren kalau bisa main basket"

"Apaan, cuman masukin bola ke dalam keranjang gue juga bisa. Keranjang cucian Emak gue juga banyak di rumah..."

"Terus apa bedanya sama futsal, sepakbola yang nendang masuk ke dalam gawang" jawab Difa.

"Beda pokoknya... buruan sana lo ganti baju, masih untung Pak Ujang nolongin lo.. " Feral mendorong tubuh Difa dan hendak menutup pintu namun di tahan gadis itu.

"tunggu, gue tau lo ada di lapangan nanti ya... awas aja!" tunjuk Difa tepat di hadapan Feral.

"Iya"

Iya Feral itu gak pernah ada titik.

...

"Feraldion..."

Mendengar nama itu di sebut untuk ketiga kalinya membuat Difa mendengkus sebal. Feral memang bobrok banget soal akademis tapi jangan non juga dia bobroknya.

"Feral kemana? "

Suara Pak Yunus memecah keheningan, menggema di lapangan.

"Shhtt.. bukannya tu anak barusan ketemu kita.. kemana lagi dia?"

Difa menatap Cece yang berbisik. Jangankan Cece, Difa rasa Feral juga gak tau dirinya ada dimana sekarang.

"Jelmaan jin tu cowok makanya suka ngilang gak jelas" jawab Difa.

"Kemana Feral?" Tanya Pak Yunus sekali lagi.

"Sakit Pak.. saya baru inget, Feral ada di UKS!"

Jangan tanya lagi suara siapa yang menggema itu.

Difa Deliana cewek yang bernasip buruk punya sahabat seperti Feral.

"Lo boongin Pak Yunus.. katanya udah gak mau lagi. BTW, baju lo besaran ya?"

Difa berdehem singkat sebelum menanggapi ucapan Cece "Kasihan sama Feral.." jelas Difa seadaanya. Cewek itu diam dan menarik nafas, perlahan ia menatap baju olahrga yang ia kenakan dan menarik sedikit bagian atas baju olahraga itu. Difa mengendus pelan aroma dari pakaiannya dan ia tersenyum kecil.

Bau bajunya berbeda, wangi pakaiannya khas. Khas sekali, hanya miliki pria bodoh yang saat ini memilih tidur di perpustakaan.

Feral bego...

Apapun itu dia selalu
usaha, agar orang yang dia
sayang gak dalam
masalah.

-Gracias-

GraciasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang