Holla! Happy reading, sist!
Di taman rumah sakit, terlihat banyak orang-orang yang sekedar menemani keluarganya yang sakit. Mulai dari anak kecil, remaja seperti gue, orang tua, dan bahkan lansia pun ada.
Mereka semua tertawa ceria seakan melupakan sejenak penyakit yang di deritanya.
Cuaca sore yang cerah juga mampu merilekskan tubuh menganggap penyakit yang ada di angkat sementara. Semikir angin yang menerpa wajah gue biarkan menyapu wajah gue yang sekarang terlihat putih pucat. Gue membiarkan rambut sebahu gue bergoyang-goyang layaknya burung yang terbebas dari sangkarnya. Udara yang segar mampu menyejukkan paru-paru gue yang seakan penuh dengan aroma obat-obatan. Gue tersenyum simpul, memikirkan masih banyak orang yang peduli kepada gue.
Samuel masih mendorong pelan kursi roda yang gue duduki. Sepertinya Samuel sedang mencari bangku taman yang kosong.
Sampai sekarang pun, Samuel masih enggan membuka mulutnya sekedar berbasi-basi dengan gue.
Setelah dapat bangku yang kosong, gue tetap dibiarkan duduk di kursi roda dan Samuel duduk di ujung bangku itu. Jadi posisi kita tetap berdampingan.
Gue kembali mendengar Samuel menghela nafas kasar. Gue mengalihkan pandangan menatap Samuel yang menatap kosong ke depan. Dengan gerakan refleks, gue menyentuh tangannya yang berada di atas pahanya. Gue mencoba menenangkannya dengan memberikan sentuhan-sentuhan lembut di punggung tangannya. Kemudian Samuel menatap tangan gue yang memegangnya erat. Lalu menaikkan pandangannya menatap dalam mata gue.
"Tenang ya, Sam. Gue gak bakal maksa lo buat cerita. Gue akan nungguin lo sampai lo siap." Gue memberikan senyum ketenangan untuk sekedar menguatkan Samuel.
Samuel kemudian menunduk lagi menatap tangan kita yang bertautan. Kita masih menikmati keheningan yang terjadi. Hanya suara angin yang berhembus seakan membisikkan ketenangan di diri kita masing-masing mampu membuat kita melupakan beban yang terjadi.
Gue masih setia menemani Samuel yang terlihat rapuh disini. Seperti layaknya Samuel yang menjadi pasien dan gue sedang menguatkannya. Gue senang karena saat-saat seperti ini, gue bisa berada di samping Samuel. Samuel sudah mengorbankan banyak untuk menjaga gue selama gue rapuh. Sekarang giliran gue yang akan memerankan peran yang sangat dibutuhkan Samuel sekarang ini.
"Tha?"
"Iya?"
"Lo kenapa bisa tau?"
"Tau apa, Sam?"
"Kalo gue lagi ada masalah."
Gue tersenyum menanggapi ucapan Samuel. "Karena lo yang nunjukin itu ke gue." jelas gue masih dengan tersenyum menatap mata tajamnya yang sekarang terlihat sendu.
Samuel menarik ujung bibirnya dengan masih menatap mata gue dalam.
"Kenapa lo gak maksa gue buat cerita?"
"Karena seseorang membutuhkan kesendirian untuk merenungi masalah yang Ia hadapi. Ketika telah lelah merenungi, terkadang mereka baru akan siap untuk menceritakannya kepada seseorang yang dipercayanya." Gue memberikan senyum tulus.
Samuel kemudian menunduk diam seperti mercerna ucapan gue. Tangan kita masih bertautan, bahkan genggaman tangan Samuel terasa lebih kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy
Teen FictionSemua berawal dari rasa penasaran terhadap cowok dingin dan datar yang sayangnya ganteng. Because a cold heart can be warmed by you - Samuel James Smith bahasa nonbaku ✔ instagram update ✔ unfaedah ✔ receh ✔ baper:v ✘ start [200917]