Chapter 19

2.9K 131 8
                                    

Happy reading eaks!

Samuel POV

Gue gak tau perasaan gue ke Thatha itu gimana, yang gue yakini adalah untuk selalu ngejagain dan ngelindungi Thatha layaknya adek cewek gue sendiri.

Pertemuan pertama gue dengan Thatha gak bisa dibilang manis layaknya pertemuan remaja yang berakhir happy ending. Bahkan mungkin ngeselin.

Waktu itu ada cewek yang nabrak gue lagi jalan dengan santainya di koridor kampus. Itu jelas salah cewek itu karena nabrak gue duluan, tapi malah dia yang marah-marah ke gue dan nyuruh bantuin beresin buku-buku yang jatuh gara-gara tabrakan kita. Gue jelas gak mau, gue gak salah, jadi ngapain bantuin cewek itu dan dia juga malah nyuruh gue buat minta maaf yang gue tolak dengan dinginnya. Gue jelas gak salah ngapain minta maaf, gak kenal lagi. Akhirnya gue ninggalin dia yang mungkin masih misuh-misuh karena gue gak tanggung jawab. Gue gak peduli.

Gue melupakan kejadian itu dengan kegiatan kampus yang lumayan padat dan berhasil.

Ternyata kesialan masih berlanjut. Tuhan nyuruh gue buat kenal lebih lanjut dengan cewek itu. Cewek itu malah datang ke acara barbequen di rumah baru gue yang ternyata samping kompleks sama rumah cewek itu. Bahkan gue pernah nolongin dia dari cowok yang kurang ajar pas cewek itu di taman kompleks, mungkin lagi jogging bisa dilihat dari pakaiannya yang di pakai saat itu. Sebenernya gue gak mau mencampuri urusan orang lain, tapi gue ngeliat cewek yang nabrak gue —bahkan gue gak tau namanya— lagi kesakitan saat pergelangan tangannya di pegang oleh cowok itu, maka dari itu jiwa cowok gue keluar untuk menolong orang, terutama cewek.

Dan tanpa terhindari lagi gue menghajar cowok itu. Urusan selesai, dan gue langsung pergi. Tapi, baru beberapa langkah gue keluar dari taman kompleks, cewek itu manggil gue buat sekedar mengucapkan terima kasih dan gue iyakan masih dengan dinginnya. Tidak heran jika sekarang dia berada di rumah gue yang sebelah kompleks dengan rumahnya.

Fakta baru cukup mengejutkan tentang cewek itu yang ternyata adek dari temen kakak gue, Kak Sheen. Maka terjadilah perkenalan yang tidak dapat dihindari lagi. Cewek itu yang gue ketahui bernama Samantha dan akrab dipanggil Thatha dengan Bang Kelvin —kakaknya Thatha— juga dikenalkan kepada gue. Selesai acara barbequan, Kak Sheen malah nyuruh buat jemput Thatha besok ke kampus bareng yang memang sebelumnya Kak Sheen banyak tanya ke Thatha soal kampus dan dapat diketahui gue satu kampus sama Thatha. Alasan klasik yang di pakai Kak Sheen gak bisa gue tolak, selain dari kampus kita yang sama dan Kak Sheen yang mengharapkan kunjungan dari Thatha keesokkan harinya lagi. Jadi mau gak mau gue jemput keesokan paginya dan yang pasti juga pulang bareng.  

Gue masih tetep dingin ke dia yang berusaha buat ngajak ngobrol gue. Gue emang gitu kalo baru kenal sama orang, masih risih. Tapi Thatha ini orangnya ceria kalo di kampus. Gue akui semenjak cewek itu nabrak gue di koridor, gue jadi sering merhatiin dia kalo lagi bareng teman-temannya atau bahkan mungkin lagi sendiri. Thatha cantik, ramah juga.

Tapi sampai suatu ketika, gue marah dengan ngomong kasar ke dia yang berusaha mencampuri urusan di hidup gue. Gue memang gak membentak, tapi gue jelas tau perkataan tempo lalu menyakiti perasaan siapa pun itu, termasuk Thatha yang dengan jelas menyiratkan kekecewaan atau bahkan ketakutan dari tatapan matanya. Gue jelas gak peduli, dan langsung meninggalkannya.

Jangan bilang kalau setelah insiden itu, hidup gue kembali normal. Jawabannya sama sekali enggak. Gue malah gak tenang. Seakan tindakan yang gue lakuin ke Thatha semuanya salah. Kak Sheen yang paling peka dengan keadaan gue tentu tau kalau gue sedang resah. Akhirnya Kak Sheen menanyakannya dan gue menceritakan dari awal sampai akhir tanpa ada yang terlewat. Tanpa di duga, selesai sesi curhat, dengan kerasnya Kak Sheen menjitak kepala gue.

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang