Part 6

1.2K 170 22
                                    

"Wheo?"
"Pokoknya aku tidak bisa, kau tidak harus tahu."
"Jika begitu aku tidak akan menolak pernikahan ini." tandas Shin Hye pasti.
"Jeongmal?"
"Nde."
"Alasanmu?"
"Jika tidak denganku pun kau tidak akan menikah dengan gadis yang kau cintai. Disamping itu, aku sedang patah hati sekarang. Kurasa kita pada posisi yang sama."
"Geurae. Jika kau yakin, mari kita menikah, Shin Hye-ssi! Tapi aku tidak mencintaimu."
"Aku pun sama tidak mencintaimu, Yong Hwa-ssi. Tapi kita coba saja." Shin Hye setuju dengan keputusan itu.

Namun sama sekali tidak menduga kehidupan pernikahan yang dijalaninya itu laksana memasuki gerbong kereta api tanpa penumpang. Dirinya hanya memasukinya, tanpa jelas tujuan. Sepi dan sendiri. Pesta megah yang dihelat pada prosesi penyatuan janji suci pernikahan, tak ubah seperti kumpulan awan di angkasa. Hilang tak berbekas kala ditiup angin. Shin Hye bahkan tidak sempat melewati malam pertama pernikahan, sebab sejak awal Yong Hwa membuat batas yang jelas diantara mereka. Di rumah yang mereka tempati bersama, Yong Hwa langsung menentukan yang mana kamarnya dan yang mana kamar untuk Shin Hye.

Shin Hye tidak bisa apa, sebab dirinya telah bersepakat.
"Kau ingat, bahwa kita tidak menikah sungguhan. Kita tidak saling mencintai. Namun pernikahan ini setidaknya mengikatkan bisnis orang tua kita. Aku akan tetap dengan kehidupanku, begitu pula dirimu. Aku tidak akan marah jika kau tetap bergaul dengan teman-temanmu. Bahkan jika kau merasa bersamanya lebih nyaman, tinggal kau katakan padaku, aku akan menjelaskan kepada orang tua kita, supaya kita dapat berpisah dengan baik-baik." urai Yong Hwa begitu piciknya memandang pernikahan mereka.
Shin Hye hanya terdiam. Dugaannya salah besar. Pernikahan yang dimaknai Yong Hwa sebagai permainan itu agaknya adalah babak baru penderitaan bagi dirinya. Ia tidak bisa mengandalkannya untuk mengobati luka hati atas rasa kecewa dari cinta bertepuk sebelah tangannya terhadap Min Ho.

Meski begitu, Shin Hye tetap berperan sebagai istri yang baik. Ia berharap, semoga dengan kesabarannya akan membuka pintu hati Yong Hwa untuk akhirnya menganggap pernikahan itu sungguhan. Dia tetap membuatkan Yong Hwa sarapan meski kadang hanya diabaikan. Mengajaknya bicara layaknya pasangan menikah yang tinggal bersama. Dan Shin Hye tetap memcemaskan bila Yong Hwa terlambat pulang. Dia akan menunggunya dengan gelisah di rumah. Sebab Yong Hwa melarang untuk menghubunginya melalui sambungan telepon. Semuanya itu hanya mereka berdua yang tahu, diluar rumah Yong Hwa berakting sebagai suami sungguhan.

Hingga suatu malam Shin Hye tengah berada di dalam kamarnya saat Yong Hwa menerobos memasukinya. Dengan wajah merah dan mulut berbau alkohol. Dia mabuk berat.
"Shin Hye-ya." panggilnya.
Shin Hye terkejut. "Whe geudaeyo? Apa yang terjadi?" tatapnya.
"Park Shin Hye. Noe Shin Hye-ga, majjo?" ucapnya lantas...bluk  terjatuh di sofa.
Shin Hye membetulkan posisi berbaringnya, melentangkan kepalanya dan mengangkat kedua kakinya ke atas sofa. Namun tiba-tiba Yong Hwa bangkit, menyeret tubuhnya ke atas tempat tidur, kemudian menjatuhkannya ke atas kasur. Tubuhnya menyusul menindih tubuh Shin Hye yang berusaha menolak.
"Yong Hwa-ya, tunggu! Apa yang kau lakukan?" Shin Hye berusaha meronta. Tapi tenaga Yong Hwa lebih kuat, dan dengan beringas mencumbu bibir Shin Hye.
Shin Hye terus meronta, ia tidak mau dipaksa seperti ini betul pun ia selalu menunggu Yong Hwa melakukan kewajibannya sebagai suami terhadap dirinya. Yakni menafkahi batin.
Tapi semakin ditepis Yong Hwa semakin beringas. Hingga tanpa dapat ditahan malam itu akhirnya Yong Hwa melakukan kewajibannya terhadap Shin Hye.

Sesuatu yang selalu Shin Hye tunggu, namun bukan dengan memaksanya dan dalam keadaan dia mabuk sehingga tidak menyadari yang dilakukannya. Shin Hye menangis setelah Yong Hwa melakukannya, memberinya nafkah batin. Ia tidak rela dipaksa, padahal ia pun tidak akan menolak jika diminta dengan baik-baik. Namun semuanya telah terjadi.

Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan Yong Hwa. Kenapa dia mabuk berat malam itu dan seolah menjadikan Shin Hye sebagai pelampiasan.
Tapi nampaknya Yong Hwa tidak mengingatnya kala keesokan harinya Shin Hye menggugat, atas yang Yong Hwa lakukan tanpa permisi itu. Apa bedanya dengan dia memperkosa Shin Hye.
"Mwo..? Mworaguyo?" tatapnya tidak suka.
"Mengapa kau tidak memintanya baik-baik? Aku ini istrimu, kau berhak melakukannya padaku tapi mintalah dengan baik-baik." pekik Shin Hye.
"Kau ini bicara apa? Apa yang telah kulakukan padamu?" Yong Hwa balas membentak.
"Apa kau tidak ingat apa yang telah kau lakukan semalam padaku?" Shin Hye menatap tidak percaya.
"Kau jangan berbelit-belit, semalam aku mabuk. Aku bahkan tidak ingat bagaimana aku bisa pulang. Siapa yang mengantarku? Aku tidak ingat."
"Lalu kenapa kau mabuk berat seperti itu? Apa yang terjadi padamu? Kau tahu, kau seperti menjadikanku pelampiasan karena hasratmu tidak tercapai dengan seseorang. Apa yang telah kau lakukan semalam padaku seharusnya kau lakukan dengan orang itu?" selidik Shin Hye.
"Kau ini bicara apa? Semakin tidak jelas! Kau tidak harus tahu semua urusanku. Sudah kukatakan, kita tidak menikah sungguhan. Kau kubebaskan untuk mencari pasangan lain, oleh sebab itu kau pun tidak perlu usil dengan segala yang kulakukan dan dengan siapa." Yong Hwa tak terkira marah mendapat pertanyaan tajam Shin Hye. Dia sampai memukul meja begitu marahnya, kemudian memburu garasi, pergi entah kemana.

Itu pertengkaran pertama mereka sejak menikah. Pertengkaran sekaligus obrolan dengan kalimat agak panjang. Sebab biasanya hanya tegur sapa seperlunya saja.
Yong Hwa marah sebab Shin Hye seperti mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi kenapa dirinya harus banyak meneguk minuman keras semalam. Tiada lain, Lee Dae Hee penyebabnya. Kekasihnya. Mereka janji bertemu di hotel, Yong Hwa sudah mempersiapkan diri seperti biasa jika mereka akan bertemu. Tapi setelah Yong Hwa menunggu, Dae Hee membatalkannya. Padahal Yong Hwa telah meneguk obat untuk membuatnya sangat bergairah. Yong Hwa akhirnya pergi ke klub. Ia minum banyak, berharap obat yang telah diteguknya itu tidak bereaksi. Namun yang terjadi ia mabuk berat dan obat itu tetap bereaksi menyebabkannya seperti orang sakau. Banyak wanita penjaja tubuh yang ia temui di klub, tapi ia memilih pulang. Dan diluar kesadarannya saat ia melampiaskan hasratnya yang sudah diubun-ubun itu kepada Shin Hye.

Yong Hwa kaget kala menemukan dirinya terbangun di kamar Shin Hye. Otaknya menolak bahwa semalam ia melampiaskan pengaruh obat itu kepada Shin Hye. Tidak boleh itu sampai terjadi. Dan ia marah kala Shin Hye menggugatnya pagi-pagi itu atas apa yang telah dilakukannya. Ia sangat kesal, bukan kepada Shin Hye tapi terhadap dirinya sendiri.

Sejak kejadian itu, hubungan Yong Hwa dengan Shin Hye memburuk. Yong Hwa mendiamkan Shin Hye. Tidak pernah ada tegur sapa diantara mereka sedikit pun. Yong Hwa selalu mengabaikan teguran Shin Hye. Ia terus marah tanpa alasan yang jelas. Sejak malam itu juga Yong Hwa menghindari acara keluarga. Ia akan membuat banyak alasan untuk tidak hadir. Hingga suatu hari, Shin Hye datang ke kamarnya begitu ia menapakan kaki di rumah itu.
"Mau apa?" tatapnya.
Tanpa suara Shin Hye mengasongkan secarik kertas.
"Mwoya ighe?" tanyanya tidak paham.
"Hasil test pemeriksaan kehamilan. Aku hamil sekarang." jelas Shin Hye.
Yong Hwa menyeringai kecil. "Terus kenapa kau melapor padaku?" tanyanya.
"Aku mengandung anakmu."
"Maldoandwe! Tidur saja kita terpisah. Bagaimana kau bisa mengandung anakku?"

Tbc...

Readers, di satu variety show author lihat Yong Hwa sbg guest star dmn host-nya Lee Dae Hee.

Sambil nonton entah kenapa author lgs b'imaginasi, bagaimana jika mrk m'jalin asmara?

Akh... kekekkkk!

SESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang