Yong Hwa memejamkan matanya. Kalimat itu pernah ia lontarkan pada Shin Hye, dan sekarang setiap kali Shin Hye selalu membalikan kepadanya dengan penuh tekanan. Yong Hwa tidak bisa bicara. Ia terdiam. Shin Hye kemudian melangkah meninggalkannya dengan tatapannya yang penuh amarah. Menaiki tangga menuju kamarnya seraya agak tertatih, sebab perutnya merasakan sesuatu setelah seharian berputar-putar. Yong Hwa menatapnya. Shin Hye berjalan seraya memegangi perutnya.
"Lain kali Ajhumma pegang ponsel, supaya aku tahu kalian berada dimana." ucap Yong Hwa setelah Shin Hye tidak tampak.
"Kalau untuk kebaikan Agashi, baiklah, Tuan muda."
"Nanti aku belikan untuk Ajhumma."
"Gomowoyo."Shin Hye mengelus perutnya yang sudah tampak buncit seraya duduk di tepi pembaringan. Sebenarnya ia capek melakukan apa yang dilakukannya setiap hari. Jangankan dalam kondisinya sedang hamil, tidak dalam keadaan hamil pun pasti menguras tenaga berjalan seharian. Tapi itu lebih baik daripada diam di rumah dan memikirkan semua kejadian yang melukakan hatinya. Janin di dalam perutnya terasa bergerak, ia merabanya seraya mengurai senyum.
"Apa kau juga capek, Sayang? Eomma sangat letih. Mungkin besok kita perlu beristirahat seharian, tapi lusa kita akan ikut Yu Ri Immo. Kita ke klub, nde?" ocehnya mengelusi perut.
"Sekarang mari kita mandi, lalu tidur."Yu Ri menatap sosoknya dari atas ke bawah. Lalu dirabanya perut Shin Hye.
"Kau betulan sedang hamil, Shin Hye-ya?" tanyanya.
"Nde, bukan disumpel bantal. Kau peganglah." Shin Hye menyorongkan perutnya.
"Aigo... kau betulan sedang mengandung. Mana suamimu?"
Seketika wajah Shin Hye berubah redup.
"Aku tidak datang pada pernikahanmu sebab sedang berada diluar negeri."
"Yu Ri-ah, bisa kita bicara masalah lain saja? Aku senang bertemu denganmu."
"Whe geudaeyo? Aku penasaran dengan pria yang telah menyemaikan benih di rahimmu ini." gadis itu tidak peka.
Raut wajah Shin Hye kembali mendung.Membicarakan sosok suami bukan hal yang membanggakan baginya sebab suami yang dimilikinya pria terjahat yang pernah ditemuinya. Shin Hye tak ayal menceritakannya kepada teman kuliahnya itu, dan Yu Ri menatapnya tak percaya.
"Kau bisa membawaku ke suatu tempat yang akan membuat lukaku berhenti berdarah, Yu Ri-ah?" tatap Shin Hye.
"Aku tidak percaya dengan ceritamu." tukas Yu Ri tertegun.
"Bagaimana pun aku masih seorang calon ibu yang waras. Aku tetap ingin bayi ini lahir dengan selamat. Tapi aku bisa gila jika terus berada di rumah itu hanya menunggu bayi ini lahir, Yu Ri-ah."
"Nde. Aku tahu tempat yang menyenangkan untukmu."
"Mwoga?"
"Klub. Kau tidak pernah datang ke tempat begitu bukan?"
"Klub? Aku sedang hamil, bagaimana mungkin?"
"Klub tidak melarang wanita hamil untuk datang. Yang mereka larang anak dibawah umur."
"Apa tidak akan memalukan?"
"Kau akan happy disana."
"Aku tidak boleh minum minuman keras sebab tidak baik untuk bayiku." Shin Hye mengusap perutnya.
"Di klub bukan hanya ada minuman keras, Shin-ah. Makanya datang kesana. Kau ini seperti biarawati sih, tidak tahu tempat menyenangkan seperti itu."
Dan Shin Hye bersemangat menunggu malam menjelang.Di depan cermin ia mencoba semua baju yang pantas untuk dikenakannya ke klub. Tapi ya Tuhan! Perut sialan. Gara-gara buncit, tidak ada yang pantas dipake. Celana skinny, tidak muat. Hotpants, astaga! Gaun ketat, tidak mungkin. Kecuali ingin mengumumkan kepada semua orang tentang kehamilannya dan kehidupan rumah tangganya yang tidak bahagia.
Akhirnya palazo yang ia kombinasikan dengan blouse longgar yang akan ia kenakan. Perut buncitnya itu sebisa mungkin harus dapat disembunyikan.Hari itu weekend, Yong Hwa tidak pergi ke kantor. Sejak bangun ia terus menunggu Shin Hye keluar dari kamarnya. Namun nampaknya tidurnya sangat lelap sebab kelelahan setelah jalan-jalan seharian kemarin. Sejak Shin Hye kembali ke rumahnya, lucunya Yong Hwa selalu ingin melihat wajahnya. Diam-diam ia sangat menyukai berbagai ekspresi yang diperlihatkannya. Ekspresi kesal yang sangat akut kepadanya, sehingga sekali saja tidak pernah terlihat wajah itu rileks bila berhadapan dengannya. Selalu saja raut dengan karakter alis mencuat, mata melotot dan bibir bergelombang. Belum pula bicaranya yang selalu pedas dan tajam. Tapi itu hanya bila di depannya, bila di belakangnya, dia tampil keibuan, mengenakan gaun gombrang, tampak cantik dengan perutnya yang buncit. Untuk melihatnya tampil seperti itu Yong Hwa sering mengintip dari lantai atas bila Shin Hye sedang berada di bawah. Terdiam lama hanya untuk memperhatikannya. Tidak berani mendekat, sebab pasti Shin Hye akan langsung menghindar lalu masuk kamar. Yong Hwa mengurai senyum.
Tapi sekarang kenapa belum turun juga? Apa tidak lapar? Bukankah pekerjaannya lapar sebab setiap yang disantapnya untuk berdua. Ah, Yong Hwa sebenarnya gemas dengan perut buncitnya. Ia ingin turut mengelusnya. Dan memanjakannya bila menginginkan sesuatu.
Pintu kamarnya terdengar terbuka, Yong Hwa yang tengah duduk di meja makan tengadah.
"Ajhumma... bikinkan susu dan roti isi lalu bawa ke atas!" pintanya berteriak.
"Nde."
Hanya mengenakan celana pendek dan kaos gombrong, rambut berantakan. Lalu memasuki lagi kamarnya.Namun saat sedang makan siang, Shin Hye sudah cantik turun ke dapur. Mengenakan gaun hamil, kesukaan Yong Hwa kalau sudah tampil keibuan seperti itu.
"Makan, Shin!" tawar Yong Hwa. Tidak terdengar sahutan. Shin Hye mengabaikannya. Ia melangkah lurus ke dapur menghampiri Min Ajhumma.
"Aku harus banyak mengkonsumsi sayur sepertinya, Ajhumma. Perutku selalu tidak enak bila hanya diisi daging dan karbohidrat." lapornya.
"Apa kau sakit, Shin?" Yong Hwa berteriak.
"Kau selalu saja nyamber, aku tidak bicara denganmu." belalaknya.
"Aku hanya ingin tahu, khawatir kau sakit."
"Berapa kali harus kubilang, jangan pedulikan aku! Aku mengikuti permintaanmu sama sekali bukan untukmu, tapi untuk Abeonim yang berlutut padaku supaya aku tidak menceraikanmu. Seperti yang pernah kau katakan, aku akan hidup seperti yang kumau. Dan kau jangan turut campur. Kau paham?" teriaknya seraya berkacak pinggang.
Yong Hwa diam. "Kalau kau butuh teman bicara, pergi sana! Cari diluar! Kau biasanya tidak pernah kerasan di rumah. Harusnya sekarang pun kau pergi, supaya aku tidak terganggu dengan keberadaanmu." gemasnya.
"Mianhe." tukas Yong Hwa pelan.
"Menyebalkan sekali!" desisnya seraya berlalu kembali menuju kamarnya.Dan malam itu Yong Hwa melihat penampilan Shin Hye sangat cantik, dengan palazo dan kemeja gombrong yang dikenakannya. Cantik menawan. Tidak berlebihan namun tetap fasionable. Perut 6 bulannya tersembunyikan dengan baik. Mau pergi kemana dia malam-malam berdandan cantik?
Tapi Yong Hwa segera sadar tidak punya hak untuk tahu.Shin Hye pergi dengan membawa mobil sendiri. Ia cemas membiarkannya nyetir sendiri di malam hari yang gelap. Dan kian cemas karena sudah cukup malam belum kunjung pulang. Kemana sebenarnya dia pergi?
"Apa Shin Hye katakan pada Ajhumma mau pergi kemana?" akhirnya ia bertanya kepada Min Ajhumma.
"Mau ke klub katanya, Tuan."
"Klub?" Yong Hwa mengernyitkan kening.
"Nde."
"Apa dia tidak salah bicara, Ajhumma? Dia itu sedang hamil."
"Agashi bilang, klub tidak melarang wanita hamil untuk mengunjunginya, Tuan."
"Iya, tapi minuman keras berbahaya untuk janin."
"Agashi tidak akan minum minuman keras katanya, Tuan."
"Astaga, Ajhumma! Demi Tuhan aku tidak bisa biarkan. Dia bilang pergi ke klub mana? Aku akan mencarinya."
"Sebaiknya jangan lakukan, Tuan muda. Jika Tuan ingin Agashi tidak semakin marah kepada Tuan. Biarkan saja!" nasehat Min Ajhumma.
"Tapi aku... benar-benar tidak bisa tenang, Ajhumma. Jika tidak sedang hamil, tidak masalah. Tapi dia sedang berbadan dua."
"Tuan berdoa saja untuk keselamatannya. Sebab tidak ada yang bisa kita lakukan. Kelakuannya yang menjengkelkan itu masih lebih baik, ketimbang dia menyendiri di rumah dan hampir meneguk racun serangga."
"Mwoga, Ajhumma?" Yong Hwa tak kepalang kaget.
"Agashi sangat frustasi ketika Tuan tidak mau mengakui bayi yang dikandungnya. Sejak menikah, bahkan sebelum itu, hanya Tuan muda Yong pria yang pernah dekat dengannya. Agashi rajin pergi ke gereja, Tuan muda. Jadi Agashi tidak akan mau disentuh oleh pria yang bukan suaminya." jelas Min Ajhumma membuat Yong Hwa terdiam.Tbc...
![](https://img.wattpad.com/cover/104267272-288-k552625.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SESAL
RomanceWarning!!! 21+ Ketika penyesalan datang maka semua hal menjadi terlambat kita lakukan. Sakit hati terkadang mampu membuat orang hidup layaknya orang mati. Tidak memiliki asa dan hampa. Dan penyesalan terasa jauh sangat menyakitkan. Meski air mata da...