Part 5

1.2K 166 18
                                    

Seperti Cinderella yang tengah mengikuti pesta, setiap teng pukul 12 tepat, Shin Hye segera meninggalkan klub. Betapa pun ia masih sangat asik. Jong Suk lagi-lagi menelan ludah melihatnya pergi.
Faktanya, Shin Hye masih sulit ditaklukan. Masih belum memberikan dirinya secara utuh kepada Jong Suk. Sambil memacu roda empatnya dikegelapan malam, benaknya tetap mengingat Yong Hwa. Untuk melakukan hal yang paling intim itu ia hanya membiarkan Yong Hwa yang melakukannya. Sebab Yong Hwa suaminya. Ia tidak akan melakukannya selain dengan pria yang berstatus suaminya. Tiba-tiba air matanya deras mengalir. Shin Hye sampai menepikan mobilnya sebab air matanya sulit dibendung.

Ia terisak di belakang setir. Hatinya sakit tak terkira jika mengingat itu. Dan ia selalu berpikir mati adalah pilihan terbaik untuk mengubur rasa sakitnya itu.
Di dalam kamarnya Yong Hwa tidak bisa terpejam. Bel jam sudah berdentang 1 kali, tapi Shin Hye kemana? Kenapa belum juga tiba di rumah? Ia bangkit dari pembaringan. Melongok keluar jendela melihat pintu gerbang yang masih rapat dan senyap. Ia akhirnya duduk pada sofa di dalam kamarnya. Dadanya terasa sesak. Sungguh ia tidak bisa menyalahkan tindakan Shin Hye yang menjadi liar dan pemberontak. Sebab kunci yang membuat Shin Hye menjadi berubah seperti itu adalah dirinya tiada lain. Dirinya sendiri yang telah merubah tabeat Shin Hye menjadi serupa iblis.

Yong Hwa mengurut kepalanya yang terasa berdenyut. Malam semakin larut, ia melihat lagi jam di dinding. Kemana Shin Hye? Apa dia tidak akan pulang? Yong Hwa berdiri lagi, melongok lagi keluar jendela. Tapi syukur, sebuah mobil terlihat memasuki pekarangan. Shin Hye pulang. Yong Hwa melangkah ke pintu. Tiba-tiba saja ia penasaran untuk bertemu dengannya. Ia ingin melihat wajahnya dengan berpura-pura mengambil air minum di dapur. Benar pun mereka tinggal serumah, tapi sulit sekali melihat wajahnya. Sebab saat ia berangkat kerja, Shin Hye belum bangun. Istirahat kantor, Shin Hye kadang tidak keluar dari kamar. Dan saat pulang kantor, Shin Hye sudah tidak ada. Tengah malam kala ia pulang, Yong Hwa sudah pulas.

Shin Hye memasuki rumah lewat pintu samping. Yong Hwa yang sedang mengambil minum menatapnya. Shin Hye tahu ada orang di dapur sebab lampunya nyala. Namun ia lurus melangkah ke tangga. Yong Hwa melihat wajah Shin Hye sembab, matanya pun bengkak. Sorot matanya tidak segalak biasa, bahkan sama sekali tidak galak kala bersirobok dengannya sekilas. Apa yang terjadi?
Yong Hwa segera menyusul langkahnya ke tangga.
"Kau baru pulang?" tanyanya.
"Mh..." jawabnya pendek.
"Sudah makan? Kau seperti sakit, apa kau baik-baik saja?" berondong Yong Hwa nyata khawatir.
"Ya." lagi jawab Shin Hye pendek.
"Tapi matamu, apa yang terjadi dengan matamu?" lanjut Yong Hwa. Shin Hye tidak menjawab. Terus lurus melangkah menuju kamarnya.
"Shin Hye-ya, cakaman!" Yong Hwa menarik tangan Shin Hye saat sudah tiba di depan pintu kamarnya, namun lekas ia lepaskan lagi saat Shin Hye menolehnya.
"Apa kau baik-baik? Aku sangat khawatir padamu." susulnya cepat.
"Kau tidak harus mengkhawatirkanku. Aku tidak akan bunuh diri sampai setidaknya Shin Bi masuk sekolah." jawab Shin Hye dingin dan sangat menusuk.
"Jangan bicara seperti itu, Shin Hye-ya! Jebal! Aku betul-betul mengkhawatirkanmu." harap Yong Hwa langsung tubuhnya terasa lemas. "Aku tidak akan menghujat apa pun yang ingin kau lakukan, tapi tolong jangan bicara lagi seperti itu!" pintanya.
Shin Hye tanpa bicara hanya menatapnya, sorot matanya menyiratkan sakit dan luka yang dalam.
"Maafkan aku, Shin Hye-ya! Demi Tuhan maafkan aku!" ratap Yong Hwa.
Mata Shin Hye meneteskan air, masih tanpa suara ia membuka pintu kamarnya. Lalu melangkah masuk. Yong Hwa menundukan kepala sepeninggalnya.

Melihat mata itu galak atau seperti setan seribu kali lebih baik baginya ketimbang melihat mata itu demikian terluka dan sakit. Melihat tingkah Shin Hye menyebalkan dan selalu memancing emosinya, juga sejuta kali lebih baik, dari pada melihatnya diam dan tenang. Sebab ketika Shin Hye yang temperamental menjadi diam dan tenang lalu sinar matanya sangat terluka, sesungguhnya Shin Hye tengah berada dalam pusaran sakit dan perih tak terperi yang diciptakan olehnya.

Yong Hwa tidak ingin melihatnya menangis, karena berarti Shin Hye tengah mengingat segala bentuk kekejamannya. Yong Hwa juga tidak ingin melihatnya diam dan tenang karena dengan demikian Shin Hye justru berada dalam kubangan rasa putus asa.
Sejauh ini, melalui segala tingkahnya yang menyebalkan sesungguhnya Shin Hye tengah berusaha membuang luka dalam di hatinya. Sikap egois dan ketidak-pedulian yang senantiasa ia tunjukan, sebenarnya adalah upayanya untuk membuat jiwanya tetap sehat walafiat.

Shin Hye mendapat ujian maha besar dengan tamparan sangat keras yang disarangkan Yong Hwa. Shin Hye bukanlah gadis pemberontak ataupun liar. Shin Hye gadis baik-baik yang berperilaku mengesankan. Santun dan rendah hati. Itu antara lain yang membuat Ny Jung langsung jatuh hati dan berkeras ingin menjodohkannya dengan putra semata wayangnya, Jung Yong Hwa.
Syukurnya, gadis cantik itu tidak menolaknya. Yong Hwa, tidak bisa mengatakan tidak. Sebab ibunya yang sudah ngebet ingin segera menimang cucu, berulang kali meminta Yong Hwa untuk membawa calon istri, tapi tidak pernah diindahkan juga oleh putranya itu. Janji selesai wamil akan memperkenalkan kekasih kepada ibunya, juga tidak dipenuhi. Yong Hwa terus mengelak. Hingga akhirnya Ny Jung memperkenalkan gadis cantik itu untuk dijodohkan dengannya. Yong Hwa tidak bisa berkelit lagi.
🌹

Flashback

Usianya tidak berbeda jauh, hanya selisih beberapa bulan saja lebih muda dari Yong Hwa. Cantik dan yang pasti dia putri pemilik perusahaan yang adalah teman Abeoji. Yong Hwa memang akhirnya tidak bisa menolak kehendak ibunya, sebab jika bukan Shin Hye pun Eommoni akan memperkenalkan gadis lain buatnya.
Lalu yang membuatnya selalu tidak bisa memperkenalkan gadis pilihannya kepada Eommoni, karena Dae Hee berasal dari kelas dengan status sosial yang berbeda dengan mereka. Disamping itu, Dae Hee juga lebih tua beberapa tahun darinya dan merupakan istri simpanan seorang direktur. Itulah yang membuatnya tidak bisa memperjuangkan cintanya terhadap Dae Hee.

Maka Yong Hwa tidak akan menolak untuk dijodohkan dengan siapa pun. Sebab semua akan sama saja, tidak akan pernah bisa ia cintai atau membuat keajaiban mengalihkan hatinya dari cinta matinya kepada Lee Dae Hee.

Sementara Shin Hye juga menerima perjodohan itu tanpa sarat. Disaat hatinya kecewa dan sedih sebab perasaan cintanya bertepuk sebelah tangan, ibunya menawarkan seorang pemuda tampan untuk menjadi teman hidupnya. Jika Yong Hwa tidak akan pernah bisa menerima Shin Hye meski mereka sudah terikat pernikahan, sebaliknya Shin Hye pelan-pelan jatuh cinta kepada Yong Hwa. Kekecewaannya terhadap Min Ho tergantikan oleh lelaki pilihan orang tuanya.

Sebelum pernikahan itu terjadi, secara terbuka Yong Hwa menyampaikan isi hatinya yang sesungguhnya terhadap Shin Hye. Mereka bicara dari hati ke hati. Yong Hwa akan menolak pernikahan itu jika Shin Hye pun menolaknya.
"Aku memberimu kesempatan untuk menolak pernikahan ini. Sebab apa pun alasannya aku tidak bisa mencintaimu." ucap Yong Hwa.
"Jika aku tidak menolaknya, bagaimana?" tatap Shin Hye.
"Kita akan tetap menikah namun tanpa cinta."
"Jika aku menolak, kau akan menikah dengan gadis yang kau cintai?" tatap Shin Hye lagi.
"Sayangnya tidak. Sebab aku tidak bisa menikahinya."

Tbc...

SESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang