Part 12

1.1K 174 16
                                    

"Apa Shin Hye sesakit hati itu?" gumamnya.
"Tapi ayah dan ibu Anda segera datang dan meminta maaf. Bahkan ayah Tuan berlutut memohon supaya Agashi tidak sampai menceraikan Tuan, karena itu yang akan Agashi lakukan." terang ajhumma. "Lebih dari sekali Ajhumma memergoki Agashi memegang racun serangga, Tuan. Jadi sekarang biarkan saja Agashi melakukan seperti yang diinginkannya. Agashi tahu apa yang baik dan tidak buatnya. Sebab sejak awal Agashi menerima dengan baik janin di dalam kandungannya. Agashi tidak pernah berpikir untuk membuangnya." lanjutnya membuat Yong Hwa semakin diam.

Di dalam kamarnya Yong Hwa hanya duduk termenung. Ingatannya me-rewind peristiwa sekitar 4 bulan lalu saat Shin Hye mengatakan padanya bahwa dia hamil. Dan itu membuatnya teramat marah. Tepatnya Shin Hye hanya jadi pelampiasan kemarahannya ketika itu. Seperti juga Shin Hye sampai hamil itu karena jadi korban pelampiasannya...
Sedikit pun Yong Hwa tidak pernah berpikir jika Shin Hye sampai ingin mengakhiri hidupnya begitu terluka atas semua perlakuannya. Seorang yang dekat dengan Tuhan sampai berpikir seperti itu tentu bukan karena dia tidak punya iman, melainkan karena dia tidak kuat memikul penderitaan. Dan penderitaan itu dirinyalah yang membuatnya. Kuduk Yong Hwa meruap membayangkan jika sampai terjadi Shin Hye mengakhiri hidupnya.

Bukan saja kepedihan kedua orang tua Shin Hye kehilangan satu-satunya permata hati mereka. Namun lebih complicated dari itu. Pemberitaan media sebab Shin Hye bagaimana pun seorang pewaris. Kacaunya kerjasama bisnis yang sudah terlanjur terjalin antara perusahaan orang tuanya dengan orang tua Shin Hye. Implikasinya pasti menjadi begitu luas. Tidak hanya sekedar Shin Hye pergi untuk selama-lamanya, dan orang-orang yang mencintainya sedih. Yong Hwa mengusap wajahnya dengan telapak tangan.
Sekarang sedaya upaya dirinya jangan sampai memancing Shin Hye untuk memikirkan keinginan meneguk racun serangga lagi. Yong Hwa harus banyak mengalah padanya.
🌹

Jong Suk menatap dalam wajah Shin Hye yang menurutnya semakin saja cantik. Shin Hye mengurai senyum padanya sambil mengulurkan tangan.
"Annyong-haseyo, Lee Jong Suk-ssi! Oremanidha." sapanya.
"Annyong-haseyo, Park Shin Hye-ssi. Aku seperti mimpi bertemu denganmu disini." Jong Suk menggenggam tangan Shin Hye oleh kedua tangannya.
Lalu matanya menatap postur Shin Hye dari atas ke bawah. Sepertinya Jong Suk tidak 'ngeh' dengan perut Shin Hye yang tengah buncit. Kemeja gombrang itu menyamarkannya.
Keduanya kemudian mengobrol banyak. Hingga Shin Hye pulang Jong Suk tetap tidak mengetahuinya. Mereka berjanji untuk bertemu lagi besok.

Keesokan harinya Shin Hye kembali ke klub. Seperti juga kemarin Yu Ri hanya menyambutnya, setelah Shin Hye punya teman bicara ia lalu meninggalkannya. Selain Jong Suk, ada Woo Bin juga bersamanya. Saat itu mereka tidak hanya mengobrol, Jong Suk mengajaknya turun melantai. Shin Hye awalnya ragu. Tapi lantas Woo Bin pun meninggalkannya. Shin Hye jadi tergoda untuk mencoba. Apa asiknya memang menggoyang-goyangkan tubuh di arena dengan diringi musik. Karena menyadari kondisinya yang berbeda dengan perempuan lain, ia bersedia turun saat musik yang mendentum tadi berganti dengan musik lembut. Ia menyambut ajakan Jong Suk.

Agak kikuk bertingkah di arena kala Jong Suk akan meletakan tangannya di pinggang Shin Hye. Dan kening pria itu mengernyit begitu kedua tangannya ia letakan di pinggang Shin Hye yang tidak ramping itu.
Shin Hye tersenyum lembut menanggapi kernyitan Jong Suk.
"Whe guedae?" tanya Jong Suk curiga.
"Nde, aku sedang hamil, Jong Suk-ah."
"Mwo..?" Jong Suk tidak percaya. Sampai dilihatnya ke bawah. Shin Hye memperlihatkan perutnya yang memang buncit oleh kedua tangannya. "Ommo..." Jong Suk speacless. "Siapa yang... mm, siapa ayahnya?"
Shin Hye menunduk sambil menelan ludah. Kemudian ia melangkah, kembali ke tempat duduknya. Jong Suk pun segera menyusulnya, ia tahu ada yang tidak beres.

"Apa sesuatu yang tidak diinginkan terjadi?" kejar Jong Suk menatap mata Shin Hye lekat.
Shin Hye mengangguk pelan.
"Dia tidak mau bertanggung jawab?" lanjutnya.
Shin Hye diam. Memilah kata supaya tidak salah menjawab.
"Siapa dia?" desak Jong Suk.
"Kami menikah tapi tidak ada cinta diantara kami. Pernikahan kami karena perjodohan." jawab Shin Hye dengan suara berat.
Jong Suk terlihat menghela napas. "Lalu?" Ia tidak sabar.
"Dia tidak mau menerima bayi ini."
"Wheo?" kening Jong Suk mengernyit dalam.
"Kehamilan ini terjadi atas sebuah kesalahan. Dia merasa tidak melakukannya."
Jong Suk mengangkat telapak tangannya. "Stop!" ujarnya. "Aku sangat tidak paham. Kalian menikah dengan resmi, lalu kau hamil, suamimu tidak mau menerima bayi kalian? Dimana letak kesalahannya?" Jong Suk teramat bingung.
Shin Hye terlihat menghela napas sebelum menjawab. Wajahnya tampak letih. Sebenarnya ia tidak mau menceritakan aib rumah tangganya, tapi sulit dihindari karena tingkahnya mendatangi klub mengundang orang untuk bertanya.
"Dia tidak mencintaiku membuatnya jijik untuk tidur denganku, Jong Suk-ah. Dan kami tidak tidur bersama sejak malam pertama pernikahan kami." Shin Hye terpaksa menceritakannya seraya mulai matanya membasah lagi.
"Mwo...?"
Shin Hye mengusap kelopak matanya yang menjadi deras air keluar dari sana.
"Dia melakukannya padaku namun dalam keadaan mabuk berat, sehingga dia tidak mengingatnya. Itu makanya dia menolak bayi ini sebagai darah dagingnya." tambah Shin Hye.
Jong Suk hanya mengusap rambut dikeningnya ia sibakan ke belakang, tanpa mampu berkata-kata. Ia benar-benar speacless.

Jong Suk lalu menggaruk keningnya yang tidak gatal. Rupanya ada pernikahan senista itu. Dan kenapa harus menimpa wanita yang bila dirinya bisa menyuntingnya, seluruh dunia ingin ia persembahkan padanya. Sebab ia mencintai Shin Hye. Ia hanya tidak diberi kesempatan untuk memberikan cintanya itu. Shin Hye telah salah memilih pasangan hidup. Jong Suk menjadi gemas dibuatnya.
"Aku bisa bertemu dengannya, Shin Hye-ya? Rasanya aku ingin menghajarnya." Jong Suk membulatkan kepalnya.
Shin Hye hanya menghapus air matanya.
"Tapi tepat kau datang kesini. Kau tidak harus menderita sendirian di rumah. Kau punya kami, teman-temanmu yang akan selalu menghiburmu. Terlebih kau juga punya aku. Andalkan aku, Shin Hye-ya! Bahkan jika kau membutuhkan bantuanku saat di rumahmu." tatap Jong Suk menggenggam tangan Shin Hye erat.
"Gomowoyo, Jong Suk-ah."

Dan sejak itu Shin Hye sangat terbuka kepada Jong Suk. Ia benar-benar mengandalkannya. Shin Hye memang butuh seseorang untuk tempat menumpahkan segala kesesakan hatinya. Sebab dalam keadaannya sekarang, tengah berbadan dua, hatinya harus senantiasa bahagia demi pertumbuhan janin di dalam perutnya.
Jong Suk pun dengan senang hati membuka kedua belah tangannya untuk Shin Hye. Menggantikan posisi suami yang tidak bisa dipenuhi Yong Hwa dalam hal memberinya perhatian. Dan efeknya cukup signifikan. Shin Hye berubah menjadi cerah lagi melewati hari-harinya.

Sementara perutnya pun semakin buncit memasuki trimester 3 kehamilannya.
"Mulai besok aku ingin melihatmu memakai gaun, tidak perlu disembunyikan dari siapa pun. Apa lagi bayi yang kau kandung itu bukan anak haram. Jangan pakai celana lagi, kasihan bayimu." pinta Jong Suk melihat perut Shin Hye semakin besar dan Shin Hye selalu menyembunyikannya dengan memakai pakaian yang ada pinggangnya.
Shin Hye tersenyum seraya tangannya mengelus perut yang semakin menjelaskan bahwa dirinya calon seorang ibu.
"Apa aku seperti calon ibu yang tidak menyayangi anaknya, Jong Suk-ah?" tanyanya.
"Ani. Bahkan banyak wanita hamil yang mendahulukan gaya dari pada kenyamanan atau keamanan bayinya."
"Aku juga termasuk ke dalam ibu hamil seperti itu menurutmu?"
"Nyaris. Kalau kau tidak menceritakan masalahmu, aku hampir berpikir begitu. Kau ingin terus menyembunyikan fakta tentang perutmu yang terus membesar. Jelas itu tidak akan bisa."
Shin Hye mengurai senyum lagi dalam.

Dan itu yang kemudian ia lakukan selanjutnya. Mengenakan gaun hamil ketika akan berangkat di malam hari.
"Bagaimana menurutmu, Ajhumma? Apa tidak lucu aku berpakaian seperti ini?" Shin Hye merentangkan tangannya meminta pendapat Min Ajhumma saat hendak berangkat ke klub.
Yong Hwa yang tengah menikmati makan malam di meja makan, turut menolehnya.

Tbc...

SESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang