Part 1

4.8K 231 49
                                    

Annyong, readers!

Sebetulnya story ini sudah lama mengendap di laman wattys Author. Hanya Author ragu untuk mempublikasi. Sebab genre-nya dewasa. Sesuatu yg selama ini Author hindari unt cast Yong Hwa dan Shin Hye. Namun dgn rencana Yong Hwa pergi wamil, tidak ada salahnya Author bagi kepada readers, karena melaksanakan wamil menandakan seorang aideul sdh menjadi namja. Setelah wamil nanti Yong Hwa sudah pantas menikahi Shin Hye.

Auhtor ingin menghela napas dalam terlebih dahulu sebelum memulai... sebab pasti readers bosan dengan ide ceritanya yg basi. Yakni tentang perjodohan dan cinta bertepuk sebelah tangan.

Apalagi, Author juga tidak bisa menjanjikan jika cerita ini sangat berbeda dari yg sdh ada.

Author hanya ingin membuat juga cerita seperti ini versi Author. Semoga bisa lebih baik dari yang sudah ada. Namun jika ternyata tidak, semoga readers sudi tetap menyimak sampai akhir.

So, selamat membaca !!! Hope You enjoy!
🌹

Pukul 10 pagi, matahari sudah merangkak naik beranjak dari peraduannya. Shin Hye baru membuka mata. Diliriknya jendela, semburat matahari mengintip dari celah yang tidak rapat. Ia membalikan tubuhnya memeluk guling. Matanya masih ingin memejam. Tapi lalu meringis. Payudaranya terasa sakit, dan keras kala tangannya meraba. Sialan! Padahal sudah 4 bulan. Kenapa begitu subur ASI-nya itu, hingga masih saja keluar meski tidak ada yang mengisapnya.

Ia akhirnya bangun. Pakaiannya basah oleh ASI. Langkahnya menuju ke jendela untuk menguak tirai. Saat daun jendela ia lebarkan, dari bawah, tepatnya dari halaman di bawah kamarnya terdengar derai tawa lucu Shin Bi, bayi berusia 4 bulan yang sedang berjemur sambil digoda ajhumma. Park Shin Bi, ia menamainya. Bayi yang 4 bulan lalu ia lahirkan. Bibirnya terkuak kecil, kemudian sambil tak acuh ia melangkah dari jendela menuju kamar mandi. Bau amis ASI menggangu penciumannya. Harus segera dibersihkan.
Terlebih dahulu ia memasang alat pompa pada payudaranya, untuk membuang air susu yang membuat payudaranya itu bengkak dan sakit. Setelah itu baru membersihkan badan.

Ia turun dari kamarnya sudah fresh dengan gaun rumah yang santai. Rambut sebahunya tergerai indah membuat wajah cantiknya sangat mempesona. Ia semakin cantik setelah melahirkan putri pertamanya. Tubuhnya kembali ramping tidak tampak selama 9 bulan kemarin telah menenteng-nenteng perut buncit. Namun tingkahnya pun tidak seperti seorang ibu, ia sama sekali tidak peduli dan mau menyentuh buah hatinya itu. Ia sibuk dengan dirinya sendiri. Setiap malam pergi ke klub dan pulang selalu larut malam, tak heran setiap hari bangun siang.

Langkahnya lurus menuju ruang makan. Perutnya keroncongan minta diisi. Di tengoknya meja makan.
"Sudah ada makanan apa, Ajhumma?" tanyanya mengamati isi piring yang tergelar diatas meja. Makanan sisa sarapan.
"Ajhumma sedang membuat kimchi rebus, Agashi. Namun belum matang." lapor wanita tukang masak itu takut-takut. Sebab belum menyiapkan makanan untuk nyonya mudanya ini.

Pukul 11, waktu yang membuat ajhumma bingung untuk menyiapkan makanan. Sebab bila jam itu makanan sudah siap, saatnya Yong Hwa makan siang nanti pasti sudah dingin. Tapi bila dipersiapkan makanan sisa sarapan tadi untuk Shin Hye, pasti dia mencak-mencak.
"Maksudmu kau tidak membuatkan makanan untukku?" tatap Shin Hye dengan sorot mata setajam silet.
"Tuan tadi minta dimasakan kimchi rebus, Agashi. Dan kalau dibuatnya terlalu awal, nanti jam makan siang, Tuan muda pulang pasti sudah terlalu matang. Jadi tidak enak." jawabnya.
"Mwoya...? Jadi kau hanya memasak untuk dia? Kau tidak membuatkan makanan apa pun untukku?" tanyanya dengan nada tinggi.
"Agashi bisa menunggu sebentar lagi, dagingnya akan segera matang. Atau masih ada makanan sisa Tuan sarapan tadi." Dia menunjuk meja makan dengan ibu jarinya.
"Kau menyuruhku untuk memakan makanan sisa sarapan? Kau pikir siapa aku hingga kau bisa sangat tidak sopan padaku?" teriaknya dengan mata melotot.
"Mianhamidha. Maksud saya, jika Anda berkenan. Kalau begitu akan segera saya buatkan. Apa yang Agashi inginkan untuk saat ini?" Dia sangat ketakutan.
"Tessoe! Urus saja tuan mudamu itu. Kau bekerja disini memang dia yang menggajimu. Aku, nyonya di rumah ini hanya menumpang. Tapi kau tidak boleh lupa, aku berada disini karena dia yang meminta. Sekarang terserah padamu, Ajhumma, kau yang pergi atau aku yang pergi?" pekik Shin Hye marah tak kepalang.
"Aniya, Agashi! Josungheyo... saya akan segera membuat apa pun yang Agashi inginkan."
"Tidak perlu kataku! Kau tidak perlu membuat apa pun buatku." Shin Hye membalikan tubuh dan melangkah meninggalkan dapur.

Wanita berusia 35 tahun itu segera menyusul langkah majikannya.
"Mohon maaf, Agashi! Akan segera saya buatkan apa yang Agashi kehendaki." susulnya.
Shin Hye tanpa menghiraukan sedikit pun melangkah dengan cepat menuju kamarnya lagi.
Pada saat itu, kepala pelayan Min yang sedang mengasuh Shin Bi, melihat dan segera memangku bayi cantik yang tengah bermain dalam box bayi, lalu melangkah hendak menengahi.
"Agashi, biar Ajhumma yang memasak untuk Agashi. Apa Agashi ingin nasi goreng kimchi? Semalam ibu Anda yang membawakan kimchi khusus untuk Agashi." rayu kepala pelayan Min membuat langkah Shin Hye berhenti pada anak tangga ke-3.
"Buatkan omrice kimchi, Ajhumma. Cepat! Aku lapar." pintanya.
"Nde, akan siap dalam 15 menit, Agashi." senyum kepala pelayan Min, senang rayuannya berhasil.
"Shin Bi Sayang, bobo dulu dalam box, ya Nak! Ajhumma membuat makanan untuk Eomma sebentar..." ocehnya kepada bayi lucu itu sambil menidurkannya di dalam box.
Shin Hye yang menaiki tangga melihat sekilas, bayi itu sama sekali tidak rewel. Sambil terus menaiki tangga matanya melotot marah kepada tukang masak yang segera pelayan Min colek supaya melanjutkan pekerjaannya.

Sambil membuat omrice, kepala pelayan Min mengomeli anak buahnya yang juga tidak paham dengan karakter majikannya itu.
"Tinggalkan dulu memasak makanan untuk tuan muda kalau Agashi bangun, berapa kali harus kuberitahu, Yun Mi-ah." gemas kepala pelayan Min.
"Tapi makanan sisa sarapan tuan masih sangat banyak, Ajhumma." tepis Cha Yun Mi gemetar.
"Kau pikir Agashi mau menyantap makanan sisa sarapan? Ini Agashi bukan kita."
"Tapi masih bagus, Ajhumma. Tuan hanya memakannya sedikit tadi."
"Apa lagi makanan sisa sarapan Tuan muda, Agashi tidak akan pernah mau. Lebih baik Agashi mati kelaparan dari pada menghabiskan makanan sisa tuan muda Yong." tandas kepala pelayan Min. Yun Mi diam.

Benar-benar cari perkara ia membuat majikannya itu naik pitam. Kemarahan Shin Hye pasti berlarut. Segala hal yang berhubungan dengan Yong Hwa, lalu membuatnya marah, tidak akan mudah dia melupakannya. Bahkan untuk hal tidak penting sekali pun. Shin Hye memusuhi suaminya sendiri, dan begitu membencinya, namun tidak bisa pergi meninggalkannya.
Maka siapa pun di rumah itu jangan coba membuat masalah dengannya jika tidak ingin berurusan dengan kemarahannya. Shin Hye laksana api yang harus selalu dipertahankan hembusan angin di sekitarnya, tetap tenang. Jangan sampai ada tiupan angin besar, maka api itu bisa membakar seluruh hutan. Semua orang harus menjaga mood-nya selalu baik, sedikit saja membuat hatinya kesal, alamat orang itu akan menjadi bulan-bulanan pelampiasan segenap kemarahannya yang ia pendam selama ini.

Seperti menggoda anak singa, induknya siap memangsa padahal bukan untuk melukai si anak. Demikian reaksi Shin Hye sedikit saja ada hal tidak berkenan di hatinya yang dilakukan orang-orang di rumah itu. Dia kerap bereaksi berlebihan bahkan untuk hal yang biasa saja. Dia temperamental, keras hati dan sangat menyebalkan. Semua orang harus mengalah padanya tidak peduli apa pun. Setiap permintaannya adalah titah yang tidak boleh dibantah dalam kondisi bagaimana pun. Dan setiap perintahnya adalah undang-undang yang haram untuk diabaikan. Dia menuntut semua orang tunduk dan patuh padanya, sementara dirinya abai dengan segala kewajibannya.

Dia seorang istri, tapi tidak pernah bersikap sebagai seorang nyonya rumah. Dia juga seorang ibu, namum masa bodoh dengan bayi yang telah dilahirkannya. Dia hidup hanya untuk dirinya sendiri saja. Dan jangan ada yang pernah mengusik, atau dia meledak seperti orang gila. Shin Hye menjalani kehidupan yang semaunya sendiri saja. Tidak jelas tujuan. Pergi main bersama teman-temannya, clubing setiap malam. Sibuk dating dengan siapa saja yang dikehendakinya. Dia tidak betah di rumah. Sekalinya ada di rumah para pelayannya ketakutan. Karena khawatir membuat kesalahan atas segala perintah dan permintaannya. Shin Hye serupa devil. Ketiadaannya lebih menyenangkan ketimbang keberadaannya. Shin Hye tidak pernah membuat suasana rumah menyenangkan namun sebaliknya. Park Shin Hye adalah devil yang membuat orang takut.
🌹

Tbc...

Well, Author perlu respons readers ni...

Tolong tulis comment-nya dong! Kasih tanggapan. Nnti Author akan putuskan, lanjut atau tidak? Sebab spt yg Author tulis diatas, ide ceritanya basi. Jujur, Author tdk pede walau b'keinginan tetap m'buat.

Ditunggu ya!

SESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang