Part 22

1.4K 192 29
                                    

Yong Hwa mengambilnya dari dekapan Shin Hye, dan Shin Hye akan berbalik ketika anak itu menangis tidak mau ditinggalkan olehnya.
"Shin Bi kan minta diantar kesini." tukas Shin Hye gemas.
Kedua tangannya menggapainya ingin digendong lagi olehnya, tepatnya masih ingin menyusu.
"Shin Bi ingin menyusunya disini, Eomma." Yong Hwa paham yang diinginkan anaknya. "Masuklah! Dia kangen padaku sekaligus ingin nyusu padamu. Tidak ada salahnya menyusuinya disini." ucapnya.
Shin Hye mengambil lagi Shin Bi dari dekapan ayahnya lalu menuju sofa di kamar itu untuk melanjutkan menyusui anaknya. Sambil agak cemberut.
"Karena biasa aku pulang kerja itu dia bersamaku." tandas Yong Hwa melihatnya cemberut.
"Bukan masalah aku harus menetekinya di kamarmu yang membuatku malas masuk kamar ini." sambar Shin Hye ketus.
"Lalu?" Yong Hwa menatapnya. Apa Shin Hye akan bilang, aku masih tidak suka padamu!
"Kau sudah mempersiapkan surat cerai buatku." tukas Shin Hye.
"Surat cerai?" Yong Hwa mengernyitkan keningnya seraya melongok ke meja kerjanya.
"Ah... ini maksudmu?" senyumnya sambil memperlihatkan kertas yang dimaksudkan istrinya. "Aku belum menandatanganinya. Ini aku baru mempersiapkannya, bersiap jikalau kau memintanya. Tapi sekarang kita tidak membutuhkannya." jelas Yong Hwa sambil merobek kertas itu lalu melemparnya ke keranjang sampah. "Sudah kubuang. Jadi tidak ada lagi alasan kau enggan atau malas masuk kamarku. Oke?"
Shin Hye tidak menjawab.

Shin Bi melepaskan puting ibunya untuk menatap wajah ayahnya, seakan mau bilang, joaheyo, Appa! Tapi lalu berpaling lagi melanjutkan mengisap puting ibunya.
"Sebaiknya kamar kita memang 1 bukan?" oceh Yong Hwa lagi dengan suara pelan.
"Nde, karena sejak awal yang menginginkan kita tidur terpisah itu kau." Shin Hye menjawab sengak.
"Bagaimana jika mulai malam ini kita menempati kamar yang sama? Kamar ini atau kamarmu? Terserah."
Shin Hye terdiam.
"Apa kau sudah minum?" malah tanyanya.
"Ajig. Biasanya aku minum setelah Shin Bi kenyang menyusu, ya?" Yong Hwa menatap anaknya yang sedang asik mengisap sambil mata kemana-mana, kadang-kadang menatapnya.

Shin Hye belum bersedia untuk tidur bersama dengan Yong Hwa seperti permintaan Yong Hwa. Tapi sudah mulai bolak-balik antara kamarnya dengan kamar suaminya mengikuti kehendak Shin Bi. Namun sudah dapat dipastikan untuk melanjutkan rencananya menikah dengan Jong Suk, tidak. Maka saat menerima telepon dari Jong Suk pagi itu, ia justru meminta bertemu.
"Hari ini aku akan bertemu dengan Jong Suk, Shin Bi Appa." lapornya pada Yong Hwa saat suaminya itu sedang memasang dasi dan Shin Bi minta diantar ke kamar ayahnya.
"Jam?" tanya Yong Hwa kalem.
"Jam makan siang."
"Apa aku perlu mengantarmu?"
"Ani. Aku pergi sendiri."
"Nde, hati-hati!"
Shin Hye tidak segera meninggalkan kamar itu. Dia masih berdiri.
"Whe?" lirik Yong Hwa melihatnya masih belum beranjak.
"Kau tidak bertanya untuk apa aku bertemu Jong Suk?" gugatnya dengan suara tinggi.
"Apa aku boleh tahu?" tatap Yong Hwa.
"Apa kau sungguh-sungguh ingin pernikahan kita ini bertahan? Kau masih saja tidak khawatirkan aku sedikit pun... kau membiarkan apa pun yang kumau. Kau masih tidak berlaku sebagai suamiku. Apa kau membutuhkan aku hanya sebatas untuk Shin Bi?" cecar Shin Hye dengan wajah merah.
"Tentu saja tidak. Makanya aku bersedia mengantarmu untuk turut menjelaskan kepada Jong Suk. Tapi kau memilih pergi sendiri." balas Yong Hwa.
"Seharusnya kau memaksa jika memang merasa perlu mempertahankanku. Kecuali bila kau merasa tidak." pekik Shin Hye seraya berlalu membuat Yong Hwa hanya menghela napas dalam.
"Shin Bi-ya, Appa selalu salah bersikap terhadap Eomma. Appa harus bagaimana, Shin Bi-ya?" keluhnya kepada buah hatinya. Bayi itu bersuara menggemaskan membuatnya lalu mengecupi wajahnya.

Menjelang makan siang Yong Hwa sengaja menelepon Shin Hye untuk mempertanyakan tentang pertemuannya dengan Jong Suk.
"Apa kau mau kuantar?" tanyanya.
"Tesseo. Aku akan pergi sendiri saja. Kau baru memaksa setelah aku kesal karena kau tidak mau memaksa." omel Shin Hye.
"Kalian akan bertemu dimana?"
"Kau tidak harus tahu."
"Kabari aku kalau ada apa-apa ya!"
"Apa kau akan pulang jam istirahat nanti?" tanya Shin Hye.
"Keuroum. Wheo?"
"Ani. Aku tadinya akan membawa Shin Bi."
"Jangan. Pembicaraan kalian pembicaraan penting orang dewasa, jangan sampai Shin Bi merekam semua yang kalian obrolkan." larang Yong Hwa tegas.
"Nde." tukas Shin Hye. "Gara-gara kau semuanya..." umpatnya sebelum mengakhiri pembicaraan.
Yong Hwa hanya tersenyum menanggapi umpatan itu. Iya, gara-gara dirinya. Ia tidak menampik itu.
🌹

Jong Suk menatap mata Shin Hye nanar. Ia merasa Shin Hye sangat mempermainkannya.
"Mianheyo, Jong Suk-ah! Saat melihat bayiku terpejam di RS kemarin, aku rasanya ingin mati saja begitu menyesal tidak mengurusnya dengan telaten selama ini. Dia itu masih bayi, dia belum mengerti apa pun. Tapi aku tega melukainya selama ini." ucap Shin Hye penuh penyesalan.
"Dan sekarang kau mengecewakanku, apa kau tidak menyesal?" balas Jong Suk tajam.
"Mianhe, aku pun menyesal untuk semua yang telah kulakukan padamu. Tapi saat ini bayiku sangat penting."
"Kau sungguh-sungguh telah melukaiku, Shin Hye-ya."
"Biar aku yang menanggung sakit dan lukamu, Jong Suk-ah! Sekarang aku hanya ingin hidup untuk putriku."
Lee Jong Suk membisu seribu bahasa. Dia marah. Tapi alasan Shin Hye pun cukup masuk akal. Untuk pernikahan itu dirinya sudah melakukan persiapan, dan harus dibatalkan.
"Baiklah, Shin Hye-ya. Tapi mulai detik ini jangan sampai kau bertemu denganku. Kau atau suamimu. Aku benci kalian semua." geram Jong Suk.
"Nde, aku tidak akan menemuimu walau tidak sengaja. Gomasmidha, Jong Suk-ssi!" Shin Hye berdiri lalu membungkuk dalam. Jong Suk pun berdiri dan melangkah pergi tanpa melirik lagi. Shin Hye masih terus membungkuk.

Di rumah, Yong Hwa sedang menggoda Shin Bi di sofa membuat tawanya berderaian, kala Shin Hye pulang dengan wajah letih. Yong Hwa segera menghentikan aksinya menggelitik perut anak itu dengan hidungnya. Ia lalu menggendong Shin Bi menghampiri ibunya yang terduduk lesu di kursi makan.
"Gwenchana?" tatapnya cemas. Shin Hye hanya mengangguk. "Wajahmu pucat, kau yakin baik-baik saja?"
Melihat ibunya, Shin Bi mengangkat tangannya minta digendong, Shin Hye lalu menggendongnya. Meletakan di pangkuannya sambil tangannya membelai kening bayinya. Shin Bi menjatuhkan kepala di dada ibunya seakan ingin bilang : "Gwenchana, Eomma!"

"Minum ini!" Yong Hwa mengasongkan juice kaleng yang sudah ia lepas tutupnya. Tapi Shin Hye membiarkannya.
"Apa yang terjadi?" tatap Yong Hwa menarik kursi dihadapan Shin Hye.
"Aku membatalkan menikah dengan Jong Suk, dan dia marah. Dia bahkan tidak ingin melihatku lagi." jelasnya dengan suara pelan.
"Kau melakukan langkah yang benar, jangan pernah takut. Ada aku disampingmu, eoh?"
Shin Hye menatap wajah Yong Hwa. "Jong Suk pun tidak ingin melihatmu juga."
"Tidak masalah, aku bisa menghindarinya." tukas Yong Hwa membuat Shin Hye merasa mendapat dukungan positif dari suaminya.
"Mianhe, atas setiap kekacauan yang telah kubuat." ucapnya merasa telah menjadi trouble maker.
"Aniya. Jangan dipikirkan! Aku harus kembali ke kantor, nanti kita bicara lagi lebih banyak." Yong Hwa berdiri. "Shin Bi-ya, Appa pergi dulu ya!" pamitnya kepada buah hatinya yang tampak nikmat dalam gendongan ibunya.

Anak itu hanya menggerakan tubuhnya, lalu menyembunyikan wajah di dada ibunya. Yong Hwa mengecup rambutnya.
"Aku pergi dulu ya!" pamitnya pula pada Shin Hye yang hanya diangguki istrinya itu.
Sepeninggal ayahnya Shin Bi meminta nyusu pada ibunya. Shin Hye membawanya ke kamar untuk menetekinya di dalam kamar.
🌹

Anak itu semakin pesat pertumbuhannya sejak kembali mendapat ASI. Hari ini adalah hari pertama mendapat makanan padat. Min Ajhumma yang menyuapinya kerepotan dibuatnya karena tidak boleh telat menyuapi, ia menangis.
"Aigo... Sayang! Pelan-pelan makannya. Nanti kau tersedak." peringat Min Ajhumma yang malah membuat Shin Bi menjerit menangis.
"Mh... tidak sabar, Ajhumma." Yong Hwa yang memperhatikan mengomentarinya.
"Iya." angguk ajhumma.
"Maklum makan pertama, Ajhumma. Shin Bi sangat penasaran, ya?" senyum Shin Hye pada buah hatinya.

Tbc...

SESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang