Sesosok bayi perempuan diperlihatkan suster kehadapan mereka.
"Taengitha!" bisik Yong Hwa lega. Sedang Shin Hye membaringkan tubuh letihnya sambil matanya mengeluarkan air karena bahagia. "Dia sangat cantik, sama sepertimu! Gomowo!" ucap Yong Hwa sambil menghapus air mata Shin Hye oleh jemarinya.
Air mata Shin Hye makin deras keluar kala suster meletakan bayi di dadanya setelah dibersihkan. Tangis bayi itu terhenti dalam dekapannya, membuat bibirnya lalu mengecupnya penuh rasa haru. Bibir bayi itu bergerak-gerak menyentuh dada Shin Hye yang telanjang seperti mencari puting. Dan memang dokter sengaja meletakan bayi di dada ibunya dalam posisi tengkurep untuk mencari sendiri puting ibunya. Shin Hye menguakan senyum sambil mata tidak mau lepas dari buah hatinya. Semua orang jadi menonton sang bayi yang mencari puting. Suster malah terdengar memberi semangat.
"Ayo, Sayang. Lebih keras lagi berusaha. Eomma sudah sangat kesakitan mengeluarkanmu. Sekarang bagianmu berjuang!" ucapnya.Seperti yang mengerti dia terus mencari hingga akhirnya bibirnya mendapatkan puting yang dicarinya. Dia lalu mengisapnya. Yang tengah melihat pun bersorak.
"Aigo... berhasil juga mendapatkan makanan pertama urri tal! Sehat selalu, Sayang ya! Tuan dan Nyonya Jung, selamat! Bayi Anda sangat cantik." ujar dokter sambil mengasongkan tangan kepada Yong Hwa, yang segera Yong Hwa sambut dengan kedua belah tangannya.
"Terima kasih, dokter. Atas bantuannya." balasnya.
Dokter lalu meninggalkan ruang bersalin, sedangkan Shin Hye dan bayi tak lama setelah itu. Setelah bayi melepaskan puting ibunya, lalu dibungkus oleh suster dan bersama ibunya dipindahkan ke ruang perawatan.
🌹Kala menemani Shin Hye di ruang bersalin, Yong Hwa sudah gede rasa bahwa Shin Hye sudah memaafkannya. Dan sikap Shin Hye akan berubah secara permanen sebaik saat di ruang bersalin. Rupanya tidak. Shin Hye kembali dengan sikap memusuhinya kala di ruang perawatan. Ia kembali jutek terhadap Yong Hwa, bahkan marah kala Min Ajhumma bertanya.
"Aigo... cantiknya rembulannya Ajhumma. Apa si cantik ini sudah punya nama, Agashi?" tanya Ajhumma sambil menggendong bayi merah itu.
"Shin Bi, Ajhumma. Park Shin Bi." tukas Shin Hye.
"Park... Shin Bi?" Min Ajhumma menoleh Yong Hwa.
"Nde. Karena bayi itu hanya punya ibu, yaitu aku."
Yong Hwa pun seketika menoleh Shin Hye. Dan raut wajah itu kembali seperti biasanya, lalu kemana perginya sikap hangat yang tadi?
"Nama yang bagus, Agashi. Sesuai dengan wajahnya yang cantik. Aigo... Sayang! Ajhumma tidak percaya ibumu yang dulu kala kecil Ajhumma asuh, sekarang sudah melahirkan kau. Bayi yang cantik." ceracau Min Ajhumma tidak mau peduli dengan urusan nama si kecil.Sedang Yong Hwa tampak sedang beradu tatap dengan Shin Hye. Yong Hwa menatap mata Shin Hye bersemu kesal, sebaliknya Shin Hye membalas tatapan itu teramat kesal. Dalam adu tatap berdurasi sekitar 3-4 menit itu, Yong Hwa kalah. Ia kemudian membuang pandangannya ketempat lain.
"Apa Eomma sudah diberitahu, Ajhumma?" tanya Shin Hye kemudian.
"Sudah, Agashi. Kebetulan Nyonya dan Tuan sedang berada di luar kota. Tapi akan segera datang."
"Ambilkan ponselku, Ajhumma!"
"Tidak terbawa, tertinggal di rumah, Agashi."
"Ah, iya... boro-boro ingat ponsel."
Bayi itu mengoek, Shin Hye menegakan lagi duduknya.
"Bawa kesini, Ajhumma!" titahnya.
Shin Hye lalu menetekinya sambil agak meringis. "Ah, sakit Ajhumma." keluhnya.
"Posisinya belum betul biasanya, Agashi." beritahu Ajhumma.
"Iya."
Yong Hwa kemudian pamit untuk mencari makan, sebab perutnya minta diisi.
"Aku akan cari makan, apa ada makanan yang diinginkan, Shin Hye-ya?" Yong Hwa pura-pura tidak tahu jika sikap Shin Hye kembali memusuhinya, dengan cuwek bertanya.
"Kau jangan sok akrab denganku. Kau pikir aku akan sudi memakan pemberianmu?" balas Shin Hye.
Yong Hwa tersenyum lembut. "Nde, kalau nyari aku, aku makan dulu ya! Shin Bi-ya... Appa cari makan dulu ya!" Yong Hwa tidak terintimidasi dengan sikap permusuhan Shin Hye. Ia menghadapinya dengan santai, membuat Shin Hye semakin kesal.Kenapa harus diladeni? Faktanya untuk moment penting tetap dirinya yang berperan, Jong Suk walau bagaimana pun bukan siapa-siapa. Walau Shin Hye sudah memposisikannya sedemikian rupa, bayi mereka tetap memilihnya untuk menyambut kehadirannya ke dunia. Padahal prediksi dokter, Shin Hye akan bersalin sekitar minggu depan. Dan silakan saja Jong Suk yang rajin menemani Shin Hye periksa kandungan setiap bulan, tapi bayi tidak akan salah memilih ayah. Bagaimana pun darah lebih kental dari pada air. Dia tahu yang mana yang betul-betul ayahnya.
Saat Yong Hwa sedang pergi mencari makan, mertuanya datang. Berbeda dengan kepada Yong Hwa, kepada orang tuanya, Shin Hye sangat ramah. Tn dan Ny Jung yang sudah sangat menyayanginya semakin jatuh sayang karena Shin Hye telah memberikan yang paling diinginkannya. Yaitu seorang cucu.
"Aigo... mirip sekali dengan Yong Hwa ketika bayi dulu. Rambutnya lebat." oceh Ny Jung sambil menggendong si kecil dan membelai rambut Shin Bi yang hitam lebat.
Kalau mertuanya yang mengatakan itu, Shin Hye tidak protes. Sebab memang benar bayinya mirip sekali dengan Yong Hwa. Seperti yang takut tidak diakuinya lagi. Dan meski Shin Bi baru berusia beberapa jam saja, tapi dia sudah jadi pemegang saham Dasong Grup. Karena kakeknya menghadiahkan itu kepada bayi merah itu sebagai bentuk rasa bahagianya. Maka Shin Bi tidak akan kesulitan biaya hidup. Pada setiap bulannya nanti ia akan mendapat transfer dari bagian keuangan Dasong.Begitu pula terhadap Shin Hye, Tn Jung menghadiahkan hal yang sama. Ia bahagia tak terkira karena dengan besar hati Shin Hye bersedia mengandung hingga melahirkan bayi Yong Hwa. Tidak membuangnya misalnya. Sebab sangat bisa ia berusaha menggugurkannya saat masih kecil dulu.
Tidak lama berada di RS, karena kesehatan Shin Hye dan bayi semakin baik. Di hari kedua mereka sudah diijinkan pulang. Shin Hye hanya ingin ibunya yang menjemput ke RS lalu mengantarnya ke rumah, tidak mau oleh Yong Hwa. Untuk beberapa hari bahkan hingga 1 bulan, Shin Hye meneteki Shin Bi. Dan selama 1 bulan itu Shin Hye tidak pergi kemana-mana, ia sendiri suka mengasuh bayinya. Tapi di bulan kedua, ketika kondisinya dan bayi sudah semakin sehat, ia kembali kepada kebiasaan lamanya. Pergi ke klub.
Gara-gara Jong Suk mengatakan rasa sepinya di klub tanpa Shin Hye. Jadi ingat dengan niatnya untuk membuat rumah tangganya dengan Yong Hwa bagai dalam neraka. Sebagai kompensasi telah mengandung dan melahirkan cucu keluarga Jung.
Shin Bi yang tidak memahami dendam ibunya menangis keras kala Shin Hye meninggalkannya ke klub sore itu. Tidak mau berhenti menangis sampai Yong Hwa tiba di rumah.
"Kenapa dia, Ajhumma?" Yong Hwa khawatir melihat wajah bayinya sudah merah karena terus menangis.
"Mungkin menginginkan ibunya, Tuan. Dia menangis sejak ibunya berangkat." lapor Min Ajhumma.
"Berangkat kemana?"
"Klub. Tadi Tn Jong Suk menjemputnya."
"Mworagu?" Yong Hwa sampai menyipitkan matanya. Kemudian hatinya kesal tak terkira. Tapi sungguh tidak tega melihat Shin Bi. Akhirnya sedaya upaya ia menenangkan buah hatinya. Dan lama-lama tak urung berhasil. Shin Bi berhenti menangis dalam dekapannya. Entah merasa ketiadaan ibunya terwakili oleh ayahnya, atau karena merasa capek saja. Bayi itu tertidur dalam pelukan Yong Hwa.Untuk memuntahkan kekesalannya atas sikap Shin Hye yang tidak bertanggung jawab, besoknya Yong Hwa sengaja tidak pergi ke kantor. Ia menunggu Shin Hye bangun. Ia akan mengajak bicara dan memberinya semacam teguran. Namun sangat diluar dugaan reaksi yang diberikan Shin Hye.
"Aku ingin bicara denganmu, makanya aku memutuskan untuk datang terlambat ke kantor." ucap Yong Hwa menghampirinya ke meja makan.
"Lucu, kita selama ini tidak pernah bicara." seringai Shin Hye sinis.
"Nde, karena ini sangat penting untuk dibicarakan denganmu. Ini tentang anak kita Shin Bi."
"Anakku, bukan anakmu." tepisnya cepat.
"Apalagi jika kau merasa Shin Bi sebagai anakmu. Aku minta kau tidak seenaknya meninggalkan dia." pinta Yong Hwa.
"Maksudmu, kau melarangku untuk pergi ke klub?" mata Shin Hye membeliak.
"Shin Bi itu masih bayi. Dia membutuhkanmu selama 24 jam."
"Ch... enak sekali jadi kau yang mengaku sebagai ayahnya." cibir Shin Hye. "Jadi kapan tugasmu menjaga dia. Bayi yang kau anggap sebagai darah dagingmu?"Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
SESAL
RomansaWarning!!! 21+ Ketika penyesalan datang maka semua hal menjadi terlambat kita lakukan. Sakit hati terkadang mampu membuat orang hidup layaknya orang mati. Tidak memiliki asa dan hampa. Dan penyesalan terasa jauh sangat menyakitkan. Meski air mata da...