Sehabis memeriksa kandungan, mereka lantas pergi melihat-lihat perlengkapan bayi. Jong Suk otomatis memilih warna serba pink sebab bayi Shin Hye perempuan.
"Kau tidak akan membelinya sekarang?" tanyanya.
"Aniyo. Nanti saja aku akan ajak Eomma. Aku tidak mau banyak merepotkanmu."
"Aku tidak repot sama sekali. Ayo mau beli apa?"
"Aniyo, nanti saja, Jong Suk-ah. Terima kasih atas perhatianmu."
"Kenapa jadi aku yang ngebet ingin beli. Sepertinya menyenangkan punya bayi..." gumam Jong Suk. Shin Hye mengurai senyum manis.Siang itu mereka menghabiskan waktu dengan melanjutkan berjalan-jalan. Sementara mereka pergi jalan-jalan berdua, Yong Hwa menunggu mereka pulang dengan gelisah tak menentu.
"Apa kalau periksa kandungan itu biasanya selama ini, Ajhumma?" tanyanya tidak sabar.
"Mungkin Agashi pergi jalan-jalan dulu, Tuan muda." jawab Ajhumma cuwek saja seperti memanasi, tapi sebenarnya tidak. Min Ajhumma menjawab apa adanya.
"Aish... keterlaluan." umpat Yong Hwa jengkel.
Tapi akhirnya dia tercenung sendiri, memang kapan dirinya pernah peduli dengan kandungan Shin Hye? Bukankah dirinya justru menolak bayi itu? Sebab dirinya tidak merasa telah membuat Shin Hye hamil. Yong Hwa memejamkan mata.Jika kemarin terpaksa ia mau mengakui bayi itu, maka sekarang ia merasa memilikinya. Sedikit pun hatinya tidak meragukan bayi di dalam kandungan Shin Hye adalah darah dagingnya. Ia tidak paham apakah sekarang hatinya mulai mencintai Park Shin Hye? Mengapa ia dibakar api cemburu melihatnya pergi dengan pria lain? Dan gundah gelisah menunggunya kembali ke rumah.
Lewat tengah hari baru terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Yong Hwa segera mendekati jendela, ingin melihat apa yang sanggup mereka lakukan setelah pergi berdua cukup lama. Jong Suk tampak turun dari belakang kemudi, menuju bagasi, mengeluarkan barang belanjaan. Tapi tidak sempat mengantarkannya ke rumah, karena Min Ajhumma segera menjemput membawakannya. Dan terlihat senyumnya lebar kepada Min Ajhumma. Mereka tampak kenal baik.
"Ada sedikit oleh-oleh untuk Ajhumma. Semoga Ajhumma suka." ucapnya.
"Aigo... apa itu, Tuan muda Jong?"
"Ajhumma lihat saja didalam. Terima kasih sudah selalu menjaga Shin Hye selama ini! Tetap jaga Shin Hye sampai Ajhumma sudah tidak mampu lagi menjaganya." pinta Jong Suk membuat Yong Hwa yang mendengar sakit telinga.Dasar buaya darat! Yong Hwa tersungut gemas. Sok bersikap romantis terhadap istri orang! Tidak tahu malu! Dengan sikap romantis Jong Suk itu faktanya Shin Hye tersipu, wajahnya bersemu merah.
"Gomasmidha, Jong Suk-ah, untuk hari ini. Nae noum haembokhe!" ujarnya. "Dia juga berterima kasih padamu. Kamsahamnidha, Sukie Samchun!" Shin Hye meniru suara anak kecil seraya mengelus perutnya.
"Nde, urri tal. Annyong-haseyo!" tukas Jong Suk sambil menyentuh perut Shin Hye. Yong Hwa sampai melotot melihatnya. Astaga! Mereka sungguh sudah diluar batas. Urri tal, dia bilang. Enak saja! Tapi Min Ajhumma juga turut tersenyum lebar.
Jong Suk meninggalkan rumah dengan tatap mata keduanya, setelah mobilnya jauh baru Shin Hye memasuki rumah diikuti ajhumma.Di rumah Shin Hye tampak kelelahan. Sebelum naik ke kamarnya, ia terduduk di sofa di lantai bawah sambil berselonjor kaki ke atas sofa.
"Mulai terasa berat, Ajhumma. Baru jalan segitu saja sudah sangat lelah. Padahal tidak pergi kemana-mana." keluhnya seraya mengelusi perut dan agak meringis.
"Pasti karena perut Agashi sudah semakin besar." sahut ajhumma kalem.
"Dia ini perempuan, Ajhumma. Bayiku." senyum Shin Hye.
"Pasti akan sangat cantik, Agashi. Cukaheyo!"
"Ah, aku jadi tidak sabar untuk segera melihat wajahnya."
"Pasti akan secantik Anda dan Tn Yong." sahut Ajhumma membuat seketika Shin Hye bangkit dari rebahnya.
"Mworagu, Ajhumma? Bilang apa barusan?" pelototnya.
"Mm... maksud Ajhumma secantik Agashi. Begitu!" Min Ajhumma kaget sendiri. Sedang Yong Hwa yang sejak tadi mendengarkan di lantai atas, mengurai senyum geli.
"Ajhumma harus hati-hati dengan bicaramu! Bayi ini tidak punya ayah. Sebab kalau dia punya ayah, aku tidak akan pergi dengan Jong Suk periksa kandungan. Istri yang lain pergi diantar suaminya, lalu para calon ayah itu konsultasi banyak hal kepada dokter baik tentang calon bayinya atau apa yang harus dia persiapkan menyambut kelahirannya. Aku tidak punya yang seperti itu, Ajhumma." ujar Shin Hye lirih.
Yong Hwa diam menunduk. Shin Hye tidak pernah mau menganggap dirinya sebagai ayah lagi bagi bayi yang dikandungnya. Sesuatu seperti menyilet hatinya, perih terasa. Tapi Yong Hwa tidak bisa memaksa keputusan Shin Hye yang tidak mau menganggapnya lagi sebagai ayah bayinya. Sebab dirinyalah yang pertama mengingkarinya. Seperti ini mungkin sakitnya hati Shin Hye kala ia menolak bayi itu.Lalu apakah Shin Hye akan mengganti ayah untuk anaknya itu oleh Jong Suk? Bisa jadi. Betapa pun besar cinta yang dimiliki oleh seorang pria, tentu akan berpikir dan menimbang berjuta kali untuk menerima wanita yang dicintainya dalam keadaan hamil mengandung benih pria lain seperti Shin Hye. Namun jika tetap bisa menerima, rasa cinta pria itu luar biasa. Demikian Lee Jong Suk dalam mencintai Shin Hye. Tanpa sarat. Yong Hwa tidak memiliki lagi peluang.
Suara Shin Hye tidak terdengar lagi, Yong Hwa melongoknya ke bawah. Rupanya ketiduran di sofa. Pasti karena kelelahan. Yong Hwa lalu melangkah meninggalkan ruang baca di lantai atas. Ia berjalan menuruni tangga, kemudian langkahnya menuju sofa. Ditatapnya Shin Hye yang tengah terlelap. Jika tidak tidur, jangankah untuk dihampiri seperti itu, baru melihat Yong Hwa berjalan di tangga pun ia akan segera pergi menghindar. Ia sangat membenci suaminya itu. Tapi kali ini ia tetap diam, matanya memejam, lelap bagai bayi merah. Yong Hwa menatap wajahnya lekat, ia lalu menghampirinya semakin dekat. Pada ujung meja tepat di depan wajah Shin Hye, dia meletakan pantat. Tubuhnya membungkuk, menelekankan kedua sikutnya diatas lutut. Matanya lurus menatap wajah itu. Bagaimana jika aku ingin mencintaimu, Park Shin Hye? Gumam Yong Hwa sambil jemarinya menyibakan 2 helai rambut yang jatuh di kening Shin Hye. Tidak cukupkah bayi kita sebagai alasan untuk kita memulai lagi segalanya dari awal? Tanyanya lagi. Senyap, tidak ada jawaban.
Beberapa jenak Yong Hwa tetap dalam posisinya sambil mata lekat memandang wajah wanita yang telah ia sia-siakan itu. Sebelum Shin Hye terbangun dan menyadari kelakuannya, ia menyibakan rambut Shin Hye lalu bibirnya mengecup kening itu. Min Ajhumma yang memperhatikan dari ruang makan mengurai senyum. Syukurnya Shin Hye tetap lelap. Sehingga Yong Hwa dapat meninggalkannya dengan aman. Jika tidak, alamat akan ada gempa bumi di rumah itu. Yong Hwa lalu duduk di meja makan, menunggu Min Ajhumma mempersiapkan makan siang.
🌹Shin Hye membuka mata, janin di dalam perutnya menendanginya membuat tidur lelapnya terganggu. Gaunnya tersingkap kala ia toleh ke bawah, membuat paha mulusnya terbuka. Ia kaget, apa lagi menemukan Yong Hwa tengah duduk di kursi makan menikmati makan siang. Pasti sejak tadi lelaki itu menikmati pula paha mulusnya seraya menikmati makanannya. Sialan!
"Ajhumma, kenapa membiarkan aku tidur disini?" protesnya.
"Oh, Agashi sudah bangun? Mohon maaf, Ajhumma tidak tega mau membangunkan. Agashi lelap sekali, pasti karena sangat capek." elak Min Ajhumma. "Apa Agashi sudah lapar? Biar Ajhumma siapkan sekalian makan siang untuk Agashi."
"Nanti saja, Ajhumma. Aku akan lanjutkan tidurnya di kamar."
"Nde."Tertatih kemudian Shin Hye berjalan menuju tangga. Yong Hwa menatapnya. Tiba-tiba ia merasa dadanya begitu pepat. Melihat sosok Shin Hye menaiki tangga dalam kondisinya yang tampak sangat payah dengan perutnya yang besar. Shin Hye harus menanggung itu seorang diri, sebab dirinya tidak bertanggung jawab. Dan sekarang disaat Yong Hwa ingin bertanggung jawab, Shin Hye sudah terlanjur terluka. Lebih baik ia mencari pria lain, dari pada memberinya kesempatan. Sebab luka yang telah ditorehkannya itu teramat dalam. Baru kali ini Yong Hwa merasa menyesal. Ia menunduk melanjutkan makan dengan matanya yang terasa perih.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
SESAL
Storie d'amoreWarning!!! 21+ Ketika penyesalan datang maka semua hal menjadi terlambat kita lakukan. Sakit hati terkadang mampu membuat orang hidup layaknya orang mati. Tidak memiliki asa dan hampa. Dan penyesalan terasa jauh sangat menyakitkan. Meski air mata da...