Yong Hwa tanpa berpikir lagi, menyambar coat yang tergantung. Ia mengikuti perintah ayahnya. Pergi meninggalkan kantor itu.
"Jung Yong Hwa!" Tn Jung meneriakinya lagi semakin jengkel. "Selangkah lagi saja kau pergi, kau bukan anakku." ancamnya.
Tapi Yong Hwa terus berlalu meninggalkannya.Berhari-hari ia jengkel sebab Dae Hee benar-benar meninggalkannya. Dan hari itu lebih baik ia pergi menemuinya. Jika alasan Dae Hee karena dirinya sudah menikah, maka sekarang ia akan menceraikan Shin Hye. Namun tiba di kantor Dae Hee, ia disambut oleh lelaki tua yang adalah suami kekasihnya itu.
"Jadi kau, Jung Yong Hwa, putra presdir Jung dari Dasong?" tatap lelaki sepantar kakeknya itu.
"Nde, ismidha." angguk Yong Hwa.
"Kau kekasih istriku?" tanyanya pula membuat bulu kuduk Yong Hwa meruap.
Kakek tua ini tahu tentang itu?
"Apa... Anda tahu?" tatap Yong Hwa takut-takut.
"Keuroum. Aku mengetahuinya sejak awal. Aku membiarkannya, sebab kau cukup berguna untuk membantuku mendapat proyek dari Dasong, perusahaan ayahmu. Tapi sekarang aku melarang Dae Hee untuk berhubungan lagi denganmu. Sebab kerjasama perusahaanku dengan perusahaan ayahmu sudah tidak menguntungkanku lagi. Sekarang target Dae Hee yang lain." jelas orang tua itu membuat Yong Hwa kaget tak terkira.
"Maaf, maksud Anda?" Yong Hwa mengernyitkan dahi.
"Jauhi Dae Hee! Atau aku laporkan kau kepada ayahmu. Kau berpacaran dengan istriku. Menurutmu bagaimana reaksi ayahmu?" sorot mata lelaki beruban itu berubah. Marah dan galak.
"Andwe! Tolong jangan lakukan, Halabeoji." pinta Yong Hwa menghindari sorot mata tua itu.
"Jika demikian jauhi Dae Hee dan jangan pernah kau datangi lagi dia. Jika kau tetap melakukannya, aku bisa bertindak lebih buruk dari sekedar melaporkanmu kepada ayahmu." ancamnya lagi.
"Nde." angguk Yong Hwa.Namun Yong Hwa masih berpikir, semuanya masih bisa diatur pertemuan dengan Dae Hee. Lelaki tua itu hanya menggertaknya saja. Dia masih mencari celah untuk menemui wanita yang sangat dicintainya sejak remaja itu. Tapi wanita cinta matinya itu tetap pula menolaknya.
"Apa kau takut oleh suamimu, Noona?" protes Yong Hwa tidak puas.
"Kau masih tidak paham juga, Yong Hwa-ya." balas Dae Hee ketus.
"Aku akan memenuhi keinginanmu. Aku akan segera menceraikan istriku."
"Terserah. Tapi aku tidak menginginkanmu lagi. Terlebih jika kau dibuang ayahmu. Apa yang bisa kuharapkan darimu?" tatap Dae Hee dengan sorot benci.
"Apa maksudmu?"
"Kau tidak lihat aku sudah punya target baru? Kau selama ini hanya jadi targetku saja, dulu mungkin iya aku pernah jatuh hati padamu, namun rasa itu sudah lama hilang. Sebab aku sadar, dengan jalan apa pun aku tidak akan pernah bisa diterima keluargamu. Karena status sosial kita berbeda. Dan sekarang aku sudah lelah dengan cintamu yang tidak dewasa. Jadi pergilah lupakan aku! Kita tidak bisa lagi bersama." tepis Dae Hee angkuh.
"Kau tidak serius bukan?" pandang Yong Hwa sakit.
Dae Hee menyeringai kecut. "Kau tahu apa yang kubenci darimu, kau kekanak-kanakan. Kau seperti anak mama."
"Noona, aku akan memenuhi semua maumu."
"Tesseo. Bersikaplah dewasa. Terima kenyataan."
Yong Hwa akan bicara lagi, tapi dari pintu datang bule, kekasih baru Dae Hee. Dia menghampiri Dae Hee lalu dengan cuweknya mendaratkan kecupan di bibir wanita itu yang juga membalasnya. Sengaja memanasi Yong Hwa.Beberapa jenak Yong Hwa hanya bengong melihat tingkah Lee Dae Hee. Selama ini dirinyalah yang kerap melakukan itu kepada dia. Mencumbunya. Sekarang dengan mudah dia melakukannya dengan pria lain. Tepat dihadapannya. Lee Dae Hee dengan terbuka mengkhianatinya. Setelah selama ini dirinya menjadi jembatan bagi proyek yang diberikan perusahaan ayahnya. Sekarang ayahnya menutup kerjasama dengan perusahaan mereka, tanpa perasaan Dae Hee pun mengkhianatinya.
Tak terkatakan perihnya hati Yong Hwa. Dengan amarahnya yang sudah memuncak, tiba-tiba Yong Hwa menyerang bule itu. Ia mendaratkan pukulan bertubi-tubi di tubuh lelaki bertubuh tinggi tersebut. Namun tak disangka, Dae Hee memanggil bodyguard-nya untuk melumpuhkan Yong Hwa. Beberapa orang segera mencecar tubuh Yong Hwa dengan pukulan dan tendangan, membuat Yong Hwa terkapar tak berdaya. Tapi masih terlihat Dae Hee yang berwajah bengis menatapnya kemudian berlalu sambil menggandeng korban barunya. Seorang bule.
Yong Hwa mereka tinggalkan dengan tubuh babak belur dan penuh luka.
🌹Berhari-hari Yong Hwa tidak bangun dari tempat tidur. Luka-luka di tubuhnya cukup parah, ditambah dengan luka hatinya yang juga tak kalah dalam, membuatnya hanya terkapar di tempat tidur. Min Ajhumma akhirnya yang merawatnya.
Shin Hye sudah pulang dari RS. Mertuanya mendatanginya ke rumah guna meminta maaf karena Yong Hwa pun saat ini sedang terkapar sakit. Orang tua Shin Hye tahu sebab Min Ajhumma mengabarinya.Tn Jung dan istrinya benar-benar merasa tidak enak hati oleh keluarga besan dan terutama oleh Shin Hye. Tn Jung paham dengan sakit hati Shin Hye. Mereka sangat takut Shin Hye menginginkan berpisah juga dengan anaknya. Maka segera ia meminta maaf atas nama Yong Hwa. Namun sepertinya kedua orang tua Shin Hye belum mengetahui apa penyebab pertengkaran itu. Sebab mereka masih sangat mencemaskan Yong Hwa yang sedang sakit. Shin Hye tampaknya tidak menceritakan apa yang menyebabkan mereka bertengkar. Andai saja tahu, pasti mereka akan sangat marah dan tersinggung.
Yong Hwa mengaku kepada Tn Jung tidak pernah tidur bersama Shin Hye sejak mereka menikah. Yong Hwa mengaku tidak mencintai Shin Hye. Semula Tn Jung berpikir kala Yong Hwa memintanya untuk menyimpulkan sendiri kemarahannya kepada Shin Hye, mencurigai Shin Hye hamil oleh pria lain. Tapi ia sangat terkejut saat relasi bisnisnya mengatakan fakta bahwa Yong Hwa berpacaran dengan istrinya selama ini. Kemudian Yong Hwa yang dalam keadaan babak belur tidak mengelak tuduhan itu. Tn Jung merasa wajahnya ditaburi kotoran oleh anaknya begitu malunya oleh keluarga besan. Dan tak terkira marahnya kepada anak semata wayangnya itu.
Saat di rumah Tn Park, Tn Jung meminta waktu untuk bicara 4 mata dengan Shin Hye. Dia tahu Shin Hye tidak bercerita apa pun kepada kedua orang tuanya.
"Abeoji tahu, Yong Hwa telah sangat melukaimu selama ini. Yong Hwa pun tidak mau mengakui bayi yang kau kandung itu sebagai darah dagingnya. Tapi kau tidak akan sesakit hati ini jika itu memang bukan bayi Yong Hwa. Abeoji sedikit pun tidak meragukan bayi yang berada di dalam kandunganmu itu adalah bayi Yong Hwa. Eoh?" tutur Tn Jung yang membuat air mata Shin Hye terurai lagi.
"Abeoji tidak akan membiarkan Yong Hwa seperti keinginannya sendiri. Abeoji akan selalu mendukungmu, Shin Hye-ya. Kau hanya harus bersabar. Yong Hwa akan Abeoji urus." lanjutnya.
"Aku ingin berpisah dengannya, Abeonim." ujar Shin Hye disela isaknya.
"Jangan. Kalau kalian bercerai bagaimana bayimu?"
"Aku akan merawatnya bersama orang tuaku."
"Bayi itu punya ayah, ayahnya Yong Hwa. Jangan mengambil keputusan yang terburu-buru seperti ini karena begitu marah. Beri Abeoji waktu untuk membuat Yong Hwa menyadari kesalahannya. Dan terima kasih kau tidak mengadukan kelakuan bejat Yong Hwa kepada kedua orangtuamu."
Shin Hye tidak berkata, melainkan terisak lagi semakin pilu.Shin Hye memang menyembunyikan apa yang membuatnya begitu sedih dan pulang ke rumah orang tuanya. Kedua orang tuanya pun tidak memaksa bertanya demi melihat putrinya sangat menderita karena gejala hamil mudanya. Mereka tetap menganggap pertengkaran Shin Hye dengan Yong Hwa pertengkaran yang biasa saja. Bukan karena Yong Hwa menuduh Shin Hye berselingkuh dan menolak bayinya. Jika saja tahu alasan sebenarnya, mereka pasti akan menyuruh keduanya bercerai. Yong Hwa sangat menghina putrinya.
Shin Hye tidak sanggup mengatakan hal sebenarnya kepada ayah ibunya. Betapa mereka akan sangat terluka jika mengetahui hal sebenarnya. Meski begitu ia pun tidak ingin mempertahankan pernikahannya. Ia akan meminta cerai dari Yong Hwa setelah sehat nanti. Namun agaknya mertuanya mengetahui permasalahan sesungguhnya antara dirinya dengan Yong Hwa.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
SESAL
RomanceWarning!!! 21+ Ketika penyesalan datang maka semua hal menjadi terlambat kita lakukan. Sakit hati terkadang mampu membuat orang hidup layaknya orang mati. Tidak memiliki asa dan hampa. Dan penyesalan terasa jauh sangat menyakitkan. Meski air mata da...