"Hei, hentikan helaan nafasmu. Rasanya seperti akan mendung di hari yang cerah ini." Tegur Minseon sembari menyenggol lengan Yoojung.
Yoojung menghela nafas berat sekali lagi. Pandangan matanya terus tertuju ke sebuah bangku kantin yang berada tak jauh dari tempat Minseon dan dirinya berada. Minseon mengikuti arah pandang kawannya.
"Cih, kau bilang masih banyak lelaki lain di dunia ini. Tapi sepertinya matamu hanya menatap ke arahnya." Sindir Minseon menyadari orang yang sedari Yoojung tatap adalah Park Jimin.
"Kenapa ada makhluk setampan dia, ya?" guman Yoojung sembari menggigit sosisnya sedikit. Ia benar-benar tak nafsu makan hari ini. Oleh karena itu siang ini ia hanya membeli sekotak susu stoberi, roti, dan sosis. Berbeda dengan Minseon yang benar-benar sedang kelaparan. Ia mengambil nampan makan siang yang disediakan kampus dan bahkan mengambil jatah Yoojung.
"Bukan hanya Jimin yang tampan. Hyunbin juga tanpan."
Yoojung mengerutkan keningnya. Mulutnya menekuk. Ia menatap Minseon dengan tatapan menyelidik. "Kau... kau tak sedang berbaikan dengan Hyunbin, kan?"Minseon malah terkekeh. Ia mengacungkan sendoknya. "Tepat sekali. Kemarin saat kau bolos kuliah, Hyunbin..."
"Tunggu.. tunggu!" Yoojung mengacungkan sosisnya memotong perkataan Minseon. "Kurasa beberapa hari yang lalu kau mengumpatnya habis-habisan dan tak akan memaafkannya. Ingat ya, Seon, kesalahannya kali ini fatal. Dia berselingkuh. Apa yang dilakukannya hingga kau mau memaafkannya?"
Minseon terkekeh sekali lagi. Ia menipiskan mulutnya sambil mengeluarkan bunyi 'hem' seolah mengenang apa yang terjadi saat itu.
"Hyunbin, meminta maaf padaku. Kau tahu, dia melakukannya di depan umum. Bernyanyi dan memainkan gitar. Membawa seratus tangkai bunga mawar. Benar-benar romantis."
Yoojung mendecih. Lihatlah betapa bodoh kawannya itu. Minseon selalu saja luluh dengan segala sikap romantis Hyunbin. Padahal jika Yoojung data berapa kali Minseon dan Hyunbin putus-nyambung, mungkin itu semua bisa dibukukan sampai beberapa bab. Dan masalah yang membuat mereka putus selalu saja karena kesalahan Hyunbin. Yoojung eran kenapa Minseon masih mau dengan pria sebrengsek Hyunbin.Namun Yoojung hanya diam saja dan menggelengkan kepala. percuma saja menasehati Minseon. Kalimat yang selalu ia dengar tentang 'cinta itu buta' ternyata memang benar. Lihatlah betapa butanya Minseon sekarang. Bahkan setelah dihianati Hyunbin, ia mau menerima pria brengsek itu lagi hanya karena keromantisan yang pemuda itu tunjukkan.
Yoojung menghela nafas sekali lagi. Setidaknya itu lebih baik daripada dirinya yang tak pernah merasakan definisi cinta buta. Bukan tidak pernah. Mungkin belum.
Pandangannya beralih lagi pada sosok seniornya. Kali ini Jimin tak sendiri karena Ahrin, pacarnya telah datang menemaninya. Mereka berangkulan mesra. Yoojung hanya dapat mengkhayal seandainya saja yang dirangkul Jimin saat ini adalah dia. Akan bagaimana rasanya?
---
Hari ini Jungkook berjalan-jalan di luar untuk pertama kalinya sementara Yoojung kuliah. Semenjak ia tinggal bersama gadis itu beberapa hari yang lalu ia memang sama sekali belum pernah keluar dari rumah.
Berhubung cuaca sangat cerah hari ini, alangkah senangnya ia dapat berjaan-jalan di luar sebagai manusia, tidak berwujud anjing seperti dulu.Kedua tangan Jungkook dimasukkan ke dalam saku hodie merahnya. Hodie ini adalah pemberian Yoojung juga. Senang rasanya memiliki seseorang yang memperhatikannya dan menerimanya apa adanya. Mungkin, Yoojung adalah orang kedua setelahnya yang mau menerimanya meski tahu dia tak normal.
Di pertigaan jalan, sebuah mobil hitam terparkir. Kacanya diturunkan begitu Jungkook datang mendekat. Seseorang dengan setelan jas hitam rapi melambai dari balik kemudi. Jungkook membalasnya dan tersenyum lebar.
"Masuklah!" ucap pria berjas rapi yang nampak seumuran dengan Jungkook.
Begitu Jungkook masuk ke kursi penumpang sebelah kemudi, mobil pun berjalan. Mobil membawa mereka ke sebuah gedung stasiun televisi terkenal di korea JBC. Pria di balik kemudi langsung turun dan membukakan pintu mobil untuk Jungkook.
Lantas mereka berdua masuk berjalan beriringan memasuki gedung. Jungkook berjalan di belakang pria berjas rapi itu. Beberapa karayawa langsung membungkuk hormat ketika pria di depan Jungkook lewat. Sementara Jungkook hanya memandang sekeliling dengan acuh.
Jungkook dan pria itu memasuki lift. Menekan tombol lantai paling atas gedung. Lantai dimana kantor presdir berada. Tempat dimana tak seorang pun boleh mengunjunginya. Hanya orang-orang tertentu yang dapat masuk kesana. Seluruh karyawan yang bekerja di JBC sama sekali tak pernah melihat sosok presdir mereka. Selama ini presdir selalu bekerja di balik punggung wakil direktur atau pria yang kini tengah mengantar Jungkook ke ruangan presdir.
Lift berdenting dan membuka perlahan. Pria berjas dan Jungkook keluar. Lantai teratas gedung JBC berbeda dengan seluruh lantai lainnya. Lantai disini dilapisi karpet merah mewah. Lampunya memakai pencahayaan temaram. Berbentuk lorong dengan dua orang penjaga yang selalu berjaga di depan lorong.
Kedua penjaga pria yang menjada di ujung lorong langsung menunduk hormat ketika wakil direktur mereka datang. Jungkook tersenyum miring melihat betapa pria di depannya dihormati begitu banyak karyawan disini. Lihatlah, bahkan Jungkook dapat melihat wibawa dan karisma meski menatap punggungnya.
Mereka berdua tiba di sebuah ruangan milik presdir JBC. Jungkook masuk setelah pria di depannya membukakan pintu.
Jungkook meloloskan nafas lega begitu pintu ditutup kembali. Matanya menyapu seluruh ruangan. Lihatlah, tidak ada yang berubah sedikitpun. Jungkook lupa kapan terakhir kali ia kesini. Lantas kakinya membawanya duduk di kursi presdir. Jungkook terkekeh senang."Hei, Kim Namjoon. Apakah kau mengganti pengharum ruanganku?"
Pria berjas bernama Kim Namjoon itu mengangguk hormat. "Kau benar, Jung. Vanilla. Kudengar dari Nyonya Jeon, kau suka aroma yang manis."
Jungkook menjentikkan jarinya. Benar sekali! Ia suka aroma yang manis. Bukan hanya aroma. Semua yang manis-manis ia suka. Termasuk seorang gadis bernama Kim Yoojung. Gadis itu sangat manis. Atau bahkan terlalu manis.
Di meja besar dalam ruangan itu, terletak sebuah plakat nama. Tercetak begitu mewah dan jelas bertuliskan 'Presiden Direktur Jeon Jungkook'.
"Jadi, bagaimana dengan gadis itu, Jung?" tanya pria yang menjabat sebagai wakil direktur itu atau Kim Namjoon.
Jungkook tersenyum miring. "Jika waktunya sudah tepat, akan kukenalkan gadis itu kepada nenek."
To be continued.
[Jangan lupa tinggalkan jejak.]
![](https://img.wattpad.com/cover/135800045-288-k821418.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad Dog✔
Fanfiction[Completed] Seingat Yoojung, ia baru saja memungut anjing manis di jalan dan tidur bersamanya tadi malam. Tapi ketika ia bangun, ia malah mendapati lelaki asing yang tidur di sampingnya. Gilanya lagi, lelaki itu telanjang. '180504END Starring at Ki...