CHAPTER 15

3K 380 8
                                    


"Jika kau tak segera menembaknya, kukhawatir Ahrin akan baikan dengan Jimin." ujar Minseon sembari meminum es capuchinonya.

Berhubung hari ini tidak ada jadwal kuliah, pun Minseon sedang tak ingin berkencan dengan Hyunbin dan memilih menghabiskan waktu luang bersama Yoojung di café tempat biasa mereka berdua mengobrol. Semenjak kembali berpacaran dengan Hyunbin, waktu bersama Yoojung memang berkurang. Mengingat kawannya kini sedang jatuh cinta dengan senior mereka, Park Jimin, rasanya ia lebih semangat dengan ambisinya membuat Yoojung berkencan dengan Jimin daripada jalan-jalan di taman bersama Hyunbin.

Yoojung terdiam cukup lama sementara irisnya menatap pohon plum yang tumbuh di depan café. Menghela nafas sekali lagi lalu mengalihkan pandangannya menatap puddingnya di meja. Apa yang dikhawatirkan Minseon sama dengan yang dirasakannya. Memang benar jika ia tak segera bergerak cepat mungkin ia tak punya kesempatan mengutarakan perasaannya pada Jimin. Bahkan kemarin ia sempat melihat Jimin dan Ahrin bersama entah mengobrolkan apa.

Tak masalah jika nanti ia ditolak daripada kehilangan kesempatan mengutarakan perasaannya. Pasti akan terasa lega jika ia telah mengutarakannya. Tidak berkecimbung dalam perasaan ambigu setiap bersama Jimin.

"Kau benar! Akan kuutarakan perasaanku padanya besok!"

---

"Jungkook-a! Menurutmu bagus yang mana?" tanya Yoojung keesokan harinya menyodorkan dua pasang baju dalam hanger. Tak pernah sekalipun ia rusuh dalam urusan pakaian. Namun karena misi sucinya hari ini, ia merasa harus tampil sebaik mungkin. Bahkan ia juga telah memuseumkan kacamata noraknya ke dalam laci meja riasnya.

Jungkook yang tengah menonton tv dengan setoples kacang di pelukannya menoleh menatap dua pasang baju. Matanya memicing curiga lantaran itu bukanlah pakaian yang biasa Yoojung gunakan sehari-hari jika hendak pergi kuliah. Gadis itu biasa memakai setelan jins panjang dengan kemeja atau kaos. Tapi jika saja sekarang Yoojung meminta saran untuk dua baju manis Jungkook mencium sesuatu yang aneh.

"Dua-duanya jelek."

Yoojung mendecih sebal, membalikkan badan masuk kembali ke dalam kamar. Bingung memilih mana yang harus ia pakai, Yoojung memutuskan memakai pakaian dengan warna favoritnya, biru.

---

"Kau berdandan hari ini?" tanya Jimin memperhatikan wajah Yoojung seksama. Mereka berdua tengah duduk berhadapan di sebuah café. Yoojung menunduk malu. Rona merah di pipinya muncul membuat Jimin tersenyum lebar menampakkan deretan giginya. "Sangat cantik."

Buru-buru Yoojung meminum kopinya mendengar pujian Jimin. Ia pikir AC disini mungkin tak berfungsi dengan baik lantaran suhu tubuhnya naik secara mendadak akibat pujian Jimin. Oleh karena itu ia mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahnya yang memerah sempurna.

Yoojung menjadi sedikit tidak yakin apakah ia berani mengutarakan perasaannya hari ini.

Sementara itu di apartemen, Jungkook sedikit membuat keributan akibat kedatangan Minseon. Minseon datang layaknya seorang yang hendak membeli apartemen milik Yoojung, menjelajah dan mengamati setiap sudut ruangan. Sedangkan Jungkook hanya diam mematung tak tahu apa yang harus ia perbuat melihat tingah Minseon layaknya sang pemilik apartemen.

"Kau tidur disini?" tanya Minseon sembari mendudukan pantatnya ke atas sofa di ruang tengah. Jungkook yang masih berdiri dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana, mengangguk cepat. Minseon memiringkan kepala sembari mengerutkan keningnya. "Kau yakin tak pernah tidur di dalam sana?" tanyanya sembari menunjuk kamar Yoojung.

Ia sedikit tak yakin bahwa Yoojung yang tinggal serumah dengan lelaki setampan ini tak pernah terlibat suatu kejadian yang, kau tahulah. Ah, atau mungkin dirinya yang kebanyakan menonton drama. Tidak mungkin Yoojung pernah tidur seranjang dengan pemuda penyewa ini jika hatinya saja tertuju pada Jimin.

Mad Dog✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang