CHAPTER 16

3K 375 11
                                    

"JEON JUNGKOOK! DIAM KAU!" teriak Yoojung sembari menendang pemuda itu berguling dari atas sofa. Namun itu tak juga menghentikan tawanya dan malah semakin menjadi. Jungkook memegangi perutnya tak dapat berhenti tertawa bahkan sepertinya ia sedikit mengeluarkan air matanya.

"Kau ditolak? Huahahaha... tak bisa kupercaya! Kau menjomblo lagi setelah 22 tahun lamanya.. huahahaa... nasibmu buruk, Yoo! Kau kena kutukan! Huahahahaha!"

Yoojung mendengus jengkel. Ia bangkit dari duduknya dan melempar bungkusan kacang ke arah Jungkook membuat isinya berhamburan keluar. Ia melangkahi tubuh Jungkook yang tertawa di atas karpet. Bukan melangkahi tepatnya, namun Yoojung sengaja menginjak Jungkook membuat pemuda berteriak jengkel.

Namun Jungkook kembali menertawainya. Yoojung masuk ke dalam kamar dan membanting pintu dengan jengkel. Dasar anjing sialan! Hampir saja ia tertipu dengan pesonanya semalam. Sekali brengsek memang brengsek. Yoojung mengutuki dirinya yang semalam terharu akan sikap Jungkook yang terus menemaninya menangis semalaman. Sialnya, pemuda itu malah menertawainya pagi ini bak kesetanan. Mengejeknya puas seakan esok aalah kiamat maka ia harus tertawa puas.

Yoojung meratapi wajah bengkaknya di balik meja riasnya, menatap pantulan dirinya paa cermin. Efek menangis semalaman membuat wajahnya kelihatan seperti monster. Tangannya menekan-nekan pipinya dan jantung matanya yang membengkak. Menyesali diri mengapa ia harus menangis semengenaskan itu. Ternyata efek ditolak lelaki yang kau cintai sangat berbahaya. Sepertinya Yoojung tak akan berani bertemu Jimin besok.

"Ah, dasar bodoh!" Yoojung menelungkupkan wajahnya pada telapak tangannya. Ia ingat betapa malunya dia saat Jimin menatapnya terkejut.

"Bukan bermaksud menolakmu, tapi aku sedang tak ingin berkencan dengan siapa-siapa."

Yoojung menghela nafas kasar untuk kesekian kalinya, menjambak rambutnya layaknya orang depresi. Ini adalah pertama kalinya ia menyatakan cinta dan pertama kalinya ia ditolak. Sungguh pengalaman yang sangat mengesankan membuatnya ingin menghilang dari dunia saja.

---

"Tak apa. Lagipula akan aneh jika Jimin menerimamu."

Yoojung menatap garang Minseon. "Bahkan kaulah yang mendorongku untuk menembaknya dan sangat yakin akan hal tersebut."

Minseon terkekeh lantas menepuk pundak kawannya sedikit merasa bersalah dan juga kasihan. Rasanya ia salah prediksi jika rasa perhatian Jimin adalah bentuk rasa suka seniornya itu pada Yoojung. Namun ia tak dapat memikirkan hal lain karena aneh juga kenapa Jimin menjadi begitu perhatian pada Yoojung. Bukankah seniornya itu sebelumnya tak pernah berhubungan dengan Yoojung?

"Maaf. Ayo, kutraktir kopi sebagai tanda perminta maafanku."

---

Jungkook duduk terpaku di dalam mobil bersama Namjoon sebagai supirnya. Mobil mereka terpakir agak jauh dari sebuah TK, beberapa murid berlarian keluar mendatangi wali yang menjemput mereka. salah satu yang menjadi fokus Jungkook adalah seorang wanita bernama Oh Rayoung yang tengah menggandeng dua putri kembarnya masuk ke dalam mobil.

"Apakah kita akan mengikutinya?" tanya Namjoon sopan. Bagi Jungkook, Namjoon bukanlah sekedar bawahannya yang menjabat sebagai wakil presdir di perusahaannya, lebih dari itu. Seperti seorang asisten, bodyguard, atau bahkan kakak laki-laki. Nenek Choi yang mencarikan Jungkook orang kepercayaan seperti Namjoon. Ia percaya pada neneknya sehingga menaruh seluruh kepercayaannya pada Namjoon. Meski masih aa satu hal belum bisa Jungkook ungkapkan tentang rahasianya bahwa ia bukanlah manusia normal. Tidak saat ini, mungkin suatu saat nanti Namjoon harus tahu.

"Tidak. Antar aku ke rumah nenek."

Mobil Hyundai hitam yang Jungkook tumpangi masuk ke suah kawasan elit dimana disanalah hunian para tokoh masyarakat dan para pengusaha kaya lainnya. Namjoon memakirkan mobil di depan sebuah rumah mewah dengan beberapa phon rimbun yang memebri kesan damai rumah tersebut.

Mad Dog✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang