CHAPTER 22

2.5K 347 8
                                    


Jungkook tak berani bertanya apa-apa pada Yoojung di pagi hari tentang mengapa gadis itu semalam menangis. Ia memang pernah melihat Yoojung menangis sebelumnya. Namun dulu Yoojung langsung baik-baik saja esok paginya. Beda dengan sekarang. Ia melihat Yoojung bangun di pagi hari dengan mood yang buruk.

Gadis itu terus memasang wajah seperti seseorang yang tertekan dan banyak diam. Itulah mengapa Jungkook tak berani menggoda Yoojung seperti yang biasa ia lakukan. Yoojung memasakkan sarapan untuk Jungkook, membersihkan rumah, dan berangkat kuliah tanpa mengeluarkan sepetah katapun pada Jungkook.

Kemana Yoojungnya yang cerewet?

Tak berbeda dengan keheranan Jungkook, di kampus pun Minseon dibuat bertanya-tanya dengan sikap aneh Yoojung. Kawannya itu tak banyak bicara dan terus terdiam. Bahkan ia sering mendapati Yoojung melamun seharian entah memikirkan apa.

"Kau ada masalah?" tegur Minseon begitu kelas usai. Yoojung tengah memasukkan buku catatan ke dalam tas. Lantas menoleh ke arah Minseon tanpa senyuman. "Tidak." Jawabnya lemah. Lantas bangkit dari duduknya mengabaikan kekhawatiran Minseon dan beranjak keluar kelas.

"Aku ada rapat panitia festival. Aku pergi dulu." Begitulah yang hanya dikatakan Yoojung pada Minseon sebelum berpisah di depan kelas.

Hyunbin datang kemudian menjemput Minseon. "Yoojung kenapa?" tanyanya pada Minseon.

"Entah. Dia sudah seperti itu sejak pagi."

---

Rapat membahas panggung malam puncak festival kampus telah selesai. Yoojung menghela nafas lega dan segera berjalan cepat meninggalkan ruang rapat. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia tidak memberitahu Jungkook bahwa ia pulang telat.

Yoojung memutuskan untuk naik taxi ketimbang naik bis. Ia harus menemui Yoora dahulu karena adiknya tersebut sudah menginap di rumah Yoongi sejak kemarin. Kemarin ia tak sempat menemui Yoora karena kesibukannya.

Yoojung masih di area kampus dan hendak berjalan menuju jalan raya memanggil taksi. Namun sebuah tangan menahan lengannya.

"Yoojung-a!" Jimin menarik lengan Yoojung membuat gadis itu berbalik dan menatap terkejut Jimin. "Sunbae?"

Jimin tersenyum. "Kau mau minum dulu bersamaku sebelum pergi?"

Yoojung tersenyum kikuk. Ia melepaskan pegangan kuat Jimin pada lengannya. "Ah, tidak. Aku lelah, sunbae."

"Ayolah. Hanya satu putaran." Ajak Jimin lagi, memegang lengan Yoojung kembali. Yoojung kembali melepaskan pegangan tersebut dan mundur selangkah.

"Mian, sunbae. Aku benar-benar lelah."

Ekspresi Jimin berubah lesu. Sedikit kecewa. Namun ia kembali tersenyum dan berkata, "kalau begitu, biarkan aku mengantarmu pulang."

Yoojung mengerjap. Menelan salivanya berat dan menggigit bibirnya. "Tidak perlu. Aku ak..."

"Tunggu disini. Aku akan mengambil mobilku." Ucap Jimin memotong perkataan Yoojung membuat gadis itu pasrah. Menghela nafas panjang dan memandang punggung Jimin berlari di kegelapan malam mengambil mobilnya yang terparkir tak jauh darinya.

Pada akhirnya karena Jimin mengantar Yoojung pulang, gadis itu tidak jadi pergi menemui Yoora. Mungkin ia akan menemui adiknya besok. Karena besok Yoora harus kembali ke Busan, Yoojung benar-benar harus menemui Yoora besok.

Mobil membawa mereka, berhenti tepat di samping gedung apartemen tempat tinggal Yoojung. Jimin keluar dari mobil segera untuk membukakan pintu Yoojung. Setelah berterimakasih pada Jimin, Yoojung buru-buru pergi. Namun lagi-lagi Jimin menahan lengannya. Menarik Yoojung dengan cepat, maju selangkah dan mencium bibir gadis itu dengan cepat.

---

Jungkook resah di dalam apartemen. Khawatir karena Yoojung tak kunjung pulang. Kesal karena terus dilanda kegelisahan, Jungkook memutuskan pergi menunggu Yoojung di halte depan gedung tempat biasa ia menunggu Yoojung jika pulang malam.

Namun begitu ia melangkahkan kakinya keluar dari gedung, ia mendapati Yoojung telah berjalan cepat melewatinya. Sedang di belakang sana, ia menangkap presensi Jimin berdiri di samping mobilnya tersenyum miring ke arahnya.



To be continued.

Mad Dog✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang