CHAPTER 20

2.9K 369 19
                                    

"Hei, kau tahu, Yoo? Aku masih tak mengerti alasan mengapa Jimin menolakmu." Oceh Minseon sepulang dari kelas siangnya bersama Yoojung berjalan menuju cafe tempat biasa mereka nongkrong. Yoojung menoleh, "kenapa kau tak mengerti? Jimin sunbae kan bilang dengan jelas, ia sedang tak ingin berkencan dengan siapapun."

Minseon mendecakkan lidah, memiringkan kepalanya lantas menoleh menunjukkan kening berkerutnya. "Tidak. Tidakkah kau merasa aneh? Kenapa dia menolakmu jika sebelumnya saja dia terus mendekatimu?"

Yoojung terdiam. Penuturan Minseon ada benarnya. Ia juga heran mengapa Jimin gencar mendekatinya. Awal mulanya adalah saat ia mengintip Ah Rin yang mengejar Jimin kala itu. Dan setelahnya Jimin terus saja mendekatinya.

"Entahlah. Sudahlah, aku lapar! Ayo!"

Sementara itu, Jimin baru saja keluar dari kelasnya. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Yoojung. Rencananya ia ingin mengajak gadis itu pulang bersama. Namun ia tak mendapati Yoojung dimana-mana sehingga akhirnya ia memutuskan untuk pulang sendiri. Mungkin besok ia harus memberi tahu gadis itu jika ingin mengajaknya pulang bersama.

Esoknya, Yoojung dan Jimin duduk berdua di Cat Cafe. Sebuah cafe di Gangnam yang terkenal karena begitu banyak kucing berkeliaran di dalamnya. Sembari mengelus kucing angora putih di pelukannya, Yoojung dan Jimin membahas masalah kostum untuk teater pada festival kampus yang akan diadakan sebentar lagi.

"Kau sudah mengukur para pemerannya?" tanya Jimin sembari menulis sesuatu di buku sketsanya. Yoojung mengangguk. "Kurang Han Jeong Oh. Dia tak datang saat pengukuran kostum. Aku akan mengukurnya besok."

Jimin mengangguk paham. "ya, semua harus selesai secepatnya. Ini model-model kostum yang kudapat dari temanku. Mungkin kita bisa mulai memesannya." Ujar Jimin sembari mengarahkan tabletnya pada Yoojung. Yoojung mengamati satu persatu foto disana dan mengangguk.

Yoojung tengah menikmati cappucino nya ketika seseorang menepuk pundaknya. Yoojung menoleh dan mendapati Jungkook telah berdiri di belakangnya dengan seringai yang terukir di wajah menyebalkan nya. "Kau pikir aku tak tahu kemana kau pergi? Bisa-bisanya kau pergi tanpa izin kepadaku. Kan sudah kubilang untuk tak menemui brengsek ini lagi."

Yoojung mendecih sebal. Ia menatap tak percaya Jungkook bisa tahu keberadaannya. Apakah si mesum itu memasang GPS di handphonenya? Seandainya Yoojung tak mempedulikan imejnya di hadapan Jimin, mungkin ia sudah membantai Jungkook saat ini juga.

"Pergilah, Kook." Bisik Yoojung sembari mencubit lengan Jungkook. Namun Jungkook tetap dalam pendiriannya dan malah menatap Jimin garang.

"Permisi. Kau siapanya Yoojung?" tanya Jimin sopan. Jungkook tersenyum miring dan mendecih. "Aku?" tanyanya kemudian menoleh pada Yoojung membuat gadis itu cemas. Apa yang sedang dipikirkan si mesum ini?

"Aku tunangannya Yoojung."

Wtf?! Mati sudah!

Jungkook membuat Yoojung sukses membelalakkan matanya. Sedang Jimin beralih menatap Yoojung dan berkata, "aku tak tahu ternyata kau sudah bertunangan."

"Ahhahahah.." Yoojung tertawa kikuk. Apakah Jimin percaya itu? Sungguh mengesankan. "Sepertinya aku harus pulang sekarang, sunbae." Pamitnya sambil berdiri dari duduknya. Tak lupa ia menyeret lengan Jungkook, memaksa pemuda sinting itu ikut dengannya.

"Oh, tentu saja. Silakan!"

"Maaf sunbae. Kita lanjutkan lagi besok. Bye!" Jimin tersenyum dan melambai. "Bye, Yoo!"

Setelah menyeret Jungkook benar-benar menjauhi area cafe, dimana Jimin tak akan menemukan mereka, Yoojung mulai mengomel. "Kau gila?! Sejak kapan aku bertunangan denganmu?!"

Jungkook memiringkan kepalanya. "Sejaaak...hari ini?"

God, kill me now!

"Kau tahu, Jimin sunbae akan salah sangka. Bagaimana jika ia memberitahu teman-temannya? Bisa-bisa tak ada satu lelaki pun yang mau mendekatiku. Hei kau tahu sudah berapa lama aku menjomblo?"

"Sejak lahir. Berapa umurmu? 22 tahun? Aah, berarti sudah 22 tahun kau tak pernah berkencan." Jawab Jungkook tanpa beban. Yoojung merasa ingin memukul kepala pemuda itu. Membelahnya dan melihat apa saja isi otak Jungkook.

Kenapa Jungkook bisa semenyebalkan ini, sih?!

Jungkook baru saja membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Jimin lagi. "Hei, santai saja. Masih ada aku. Aku mau, kok, jadi kekasihmu, atau jika bisa menjadi suamimu kelas."

Yoojung mendecih kesal tak percaya. "Apakah kau baru saja melamar ku?" Jungkook mengangguk cepat memasang wajah polosnya. "Kau tak mau menikah dengan pria tampan sepertiku? Aku bersedia lho menikah dengan gadis jelek sepertimu!"

"Sinting!" umpat Yoojung kesal. Lantas menendang kaki Jungkook membuat pemuda itu merintih kesakitan. "Mati saja sana!" Yoojung meninggalkan Jungkook dengan kesal.

Lihat saja, tak ada makan malam untuknya hari ini.

Sementara itu di kafe yang telah ditinggalkan Yoojung dan Jungkook, Jimin menyesap kopinya perlahan. Menatap keluar jendela lalu lalang orang di luar. Sesekali menghela nafas panjang.

"Apakah aku baru saja kehilangan peluang untuk menembak Yoojung? Hh.. aku menyesal menolaknya tempo hari."

Jimin menyesap kembali kopinya. Menyipitkan matanya dan terdiam. "Ah, tidak. Aku masih punya kesempatan." Gumamnya sembari tersenyum miring.



To be continued.

Mad Dog✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang