CHAPTER 23

2.5K 344 11
                                    


Yoojung tiba-tiba membuat pernyataan mengejutkan hari ini. Bersama Minseon, duduk berdua di cafe tempat biasa mereka berdua nongkrong.

"Apa?! Park Jimin menembakmu?! Kalian berpacaran?!" tanyanya tak percaya. Padahal dulu Jimin menolak Yoojung sedangkan pemuda itu terus mendekati gadis itu, dan sekarang Jimin menembak Yoojung. Minseon tak habis pikir apa yang Jimin pikirkan. Herannya lagi, Yoojung tak nampak seperti gadis yang bahagia selepas ditembak dan berpacaran dengan lelaki yang dipujanya.

Yoojung mengangguk pelan sembari menatap dan mengaduk minumannya di meja. "Katakan padaku, jelaskan bagaimana bisa kalian tiba-tiba sudah berpacaran?"

"Yah, begitulah. Terjadi begitu saja." Jawab Yoojung pelan.

Minseon mendelik mencium sesuatu yang mencurigakan. "Kau.." ia mengacungkan jari telunjuknya pada Yoojung. "kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku, kan?"

Yoojung mendongak akhirnya. "Apa memangnya? Apa yang harus kusembunyikan?" kemudian kembali menunduk dan menyeruput minumannya. Ia menghela nafas panjang kemudian membuat Minseon kembali merasa aneh.

"Bukan begitu. Kau tidak terlihat senang bisa berkencan dengan Jimin. Hei, katakan saja padaku yang sebenarnya kenapa kalian bisa pacaran? Apa sesuatu telah terjadi?"

Yoojung mendecak kesal. "Opseo! Sudahlah, aku lelah. Aku pulang dulu!"

"Hei, kau belum menceritakan semuanya padaku, Yoo!" teriak Minseon menatap sahabatnya yang telah bangkit dari duduknya. Yoojung berbalik sembari menyampirkan tasnya. "Aku harus menemui Yoora hari ini. Kami belum sempat bertemu padahal adikku sudah datang sejak kemarin lusa. Bye!"

Minseon mendesah kesal. Dasar gadis dingin!

---

"Kapan kau akan memberitahu yang sebenarnya, Jung?" tanya Nenek Choi begitu cucunya tersebut datang ke rumah. Jungkook memainkan miniatur mobil-mobilan kecil di tangannya. Mereka berdua kini sedang duduk di ruang keluarga. Beberapa pelayan tengah sibuk menyiapkan makan siang untuk Nenek Choi dan Tuan Muda Jungkook yang datang hari ini.

"Jika waktunya sudah tepat."

"Kapan? Apakah waktu yang tepat itu ketika Yoojung mengetahuinya sendiri?"

Jungkook mendesah. Ia sendiri tak tahu kapan waktu yang tepat. Ia hanya terus menunggu dan berharap sesuatu yang sia-sia.

"Apakah kau ingin berakhir seperti ayah dan kakekmu? Lebih cepat lebih baik."

Memang benar. Lebih cepat lebih baik. Namun itu semua tergantung pada kesiapan Jungkook. Ia tak siap melihat bagaimana reaksi Yoojung. Ia memang telah memilih Yoojung. Namun semuanya kembali pada gadis itu. Jika gadis itu menerimanya, maka semua akan baik-baik saja baginya. Namun jika gadis itu tak menerimanya, maka ia harus siap menerima resikonya.

"Ia sudah tahu jika aku manusia setengah anjing. Dan sejauh ini dia baik-baik saja." Ujar Jungkook.

"Lalu?" tanya Nenek Choi. Sembari menaikkan kembali kacamatanya yang melorot, nenek berkata, "Apakah dia sudah tahu masalahmu yang sesungguhnya? Kau ingatkan, kau yang memilih gadis itu. Kau tak bisa lagi memilih gadis lain. Harapanmu hanyalah Yoojung seorang."

Jungkook terdiam. Semuanya sangat rumit. Terlebih ketika malam itu ia melihat Jimin dengan seringainya. Melihat Yoojung yang melewatinya begitu saja. Dan bahkan sebelum itu, Jungkook telah memperhatikan Jimin dan Yoojung berciuman.

Apakah Jungkook masih memiliki kesempatan?

Mendadak Jungkook teringat sesuatu. Sesuatu hal yang penting yang terlupakan akibat terlalu memikirkan Yoojung. "Nek, adik perempuan Yoojung sudah tahu wujud lainku."

Nenek Choi merasa kepalanya menjadi pening. "Lalu? Apa yang terjadi?"

"Dia pingsan."

"Sudah nenek duga."

"Setelah siuman, awalnya dia memang takut padaku. Bahkan melotot tajam ke arahku dan seakan ingin menendangku keluar dari apartemen Yoojung. Sama seperti kakaknya, adiknya juga hampir membawaku ke kantor polisi." Jungkook memainkan jarinya. Mengingat kejadian tempo hari pertemuan pertamanya dengan Kim Yoora. "Tapi aku bisa meyakinkannya kalau aku tidak berbahaya. Lewatkan saja bagaimana aku bisa meyakinkannya, jadi, dia memberitahuku sesuatu."

Nenek Choi mendengarkan dengan seksama. "Apa?"

"Kau tahu, nek, Jimin dan Yoojung sudah berkencan. Tapi aku selalu merasa aneh pada Yoojung. Dia terlihat tertekan. Yoora memberitahuku bahwa ia sebelum datang ke apartemen, di jalan dia melihat Yoojung bersama Jimin. Katanya, mereka berdua nampak aneh. Aku tak tahu jelasnya. Aku mengkhawatirkan Yoojung."




To be continued.

Mad Dog✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang