18

125 6 4
                                    

Hening menyelimuti ruangan tak ada sepatah katapun yang terlontar. Rasa amarah, sedih bercampur benci dan rasa kecewa melingkup di hati Helena yang tengah berhadapan dengan sosok wanita yang tidak ingin ia temui. Tangan yang terus mengepal menahan luapnya tangisan yang ingin keluar. Hatinya yang terus menggerutu, orang yang sejak kecil ia harapkan untuk datang namun telah mengecewakannya. Disaat ia benar-benar tidak ingin bertemu dengannya  justru kini ia hadir dihadapannya.

"Helen, maafkan ibu nak. Ibu melakukan ini hanya untuk melindungimu." Suara rintihan terlontar dari seorang ibu yang penuh dengan penyesalan.

Helena hanya terdiam tidak menatap ibunya."melindungiku? Apakah kalimat itu tidak salah?!"

"Ini semua untuk kebaikanmu nak,"

Helena menatap sang ibu dengan mata merah berlinang airmata. "Kebaikan? Seorang ibu yang meninggalkan anaknya, membuatnya menderita, dan kesepian tanpa kasih sayang dari orang tua. Apa itu yang kau sebut hal yang terbaik untukku!?"

Suara tangisan mulai pecah, tangisan penyesalan dan rasa benci terhadap dirinya karena telah meninggalkan putri tercintanya."m-maafkan ibu nak, ibu tahu ibu salah. Seharusnya ibu tidak meninggalkanmu saat itu, ibu menyesal."

"Penyesalan itu memang diakhir! Dan penyesalan itu sekarang sudah tidak berguna lagi!"

Amarah bercampur sedih yang sudah tidak sanggup Helena tahan ia kemudian melenggang pergi keluar dari ruangan tanpa sepatah katapun dengan tangan yang mengepal. Tidak ada satupun yang mencegahnya termasuk Endrew yang hanya diam melihat Helena dari belakang. Endrew mengerti kalau Helena butuh waktu sendiri untuk sekarang.

Berbeda dengan ibunya Helena yang masih berdiri sambil menangis menggurutuki dirinya sendiri. Dia terus mengingat bagaimana Helena menatapnya dengan tatapan amarah, benci dan kecewa terhadapnya. Bahkan saat Helena melangkah keluar ia tidak menatapnya sedikitpun.

Helena POV

Kenapa? Kenapa disaat aku benar-benar sudah tidak mengharapkannya tapi justru ia sekarang hadir. Aku sudah menerima takdir dan siapa diriku, tapi kehadirannya justru membuatku tidak menerima keadaan ini.

Sudah bertahun-tahun aku menunggunya hingga aku benar-benar lelah menunggu, rasa sedih dan iri melihat orang-orang memiliki keluarga yang utuh dan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Hatiku terasa diiris saat melihatnya.

Bahkan saat ini aku tidak tahu apa yang aku rasakan apakah sebuah kebahagiaan, ataukah kebencian.

"Helen,"

"Aku ingin sendiri Endrew, kumohon tinggalkan aku."

"Tidak ada yang ingin sendiri, aku tahu kamu begitu sendih dan kecewa pada ibumu. Tapi jangan biarkan itu membuatmu benci padanya. Bagaimanapun dia adalah ibumu orang yang telah melahirkanmu."

"Endrew  aku tidak mau berdebat, biarkan aku sendiri! Tinggalkan aku Endrew!"

Author POV

Tanpa satu katapun terlontar Endrew yang hanya melihat Helena dari belakang terpaksa mendinggalkannya. Ia benar-benar tidak tahan melihat Helena yang bersedih.

Helena yang terus menatap kosong gelapnya malam didepan matanya. Meresapi keheningan yang selalu ia nikmati. Pikirannya begitu kalut. Kedua tangannya meremas kuat rambutnya dan air mata yang terus menetes, hatinya begitu hancur namun entah ada perasaan lain dihatinya yang samasekali tidak ia mengerti.

"Helen,"

Mendengar suara panggilan lembut dari arah belakang dengan cepat Helena menyekah air matanya yang menetes. Ia mengeratkan cengkaramnya ke pagar didepannya. Menegakkan kepala dan tubuhnya berusaha untuk tegar.

You're My Destiny My RandolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang