9

138 6 0
                                    

Author POV

Malam ini adalah malam yang paling suram untuk Helena, angin dingin yang menyelimuti tangisan seorang gadis bermata biru itu, rasa sakit di hatinya tidak tertahan lagi air matanya terus mengalir deras.

Malam ini adalah malam yang paling suram untuk Helena, angin dingin yang menyelimuti tangisan seorang gadis bermata biru itu, rasa sakit di hatinya tidak tertahan lagi air matanya terus mengalir deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tok!..tok! ..tok! [Suara ketukan pintu]

"Helen, buka pintunya nak, Kamu kenapa? Jika ada masalah bilang sama nenek!"

"Aku tidak apa-apa nek! Jangan khawatirkan aku!" Teriak Helena yang menahan isak tangisnya.

"Helen, nenek tahu kamu lagi ada masalah. Buka pintunya nak,"

"Tidak nek aku ingin tidur saja!"

Beberapa menit saat setelah neneknya pergi Helena membuka jendela kamarnya berniat ingin melihat bulan untuk menenangkan hatinya. Helena membukanya dan angin malam menerpa wajahnya seperti menghapus air mata Helena yang terus menetes.

Helena POV

Ini pertama kalinya aku merasakan cinta dan untuk pertama kalinya juga aku merasakan sakit hati, kenapa aku tidak bisa seperti wanita yang lainnya bahagia dengan banyak cinta yang mereka miliki.

"Helen!"

"Iya kek ada apa!?"

"Buka pintunya!" Suara kekek terdengar marah, aku tidak ingin membuatnya semakin marah.

...

"Kamu kenapa?"

"Aku baik-baik saja kek!"

"Jangan berbohong! Apa laki-laki itu menyakitimu?"

"Tidak kek, dia hanya berusaha untuk jujur!"

"Kau mencintainya?"

"..."

"Jawab kakek!"

"Iyah, tapi..dia-"

"Kakek mengerti, mungkin dia bukanlah laki-laki yang terbaik untukmu! Jangan bersedih, sebaiknya kamu tidur!"

"Hmmm... baik kek."

Author POV

Setelah kakek Helena pergi, Helena beranjak untuk tidur namun sebelum itu ia menutup jendelanya yang masih terbuka. Saat Helena akan menutup jendela matanya tertuju pada bulan purnama yang sangat terang menyorot matanya. Helena merasa udara malam ini sangat berbeda tidak seperti biasanya, entah mungkin karena moodnya yang sedang tidak baik.

Termenung cukup lama Helena menatap sang bulan, Helena menyerjapkan matanya beberapakali karena matanya mulai terasa perih. Helena dengan segera menutup jendelanya dan melangkah menuju ranjangnya.

Sesaat Helena menutup matanya, tubuhnya terasa panas dan punggungnya terasa sangat pegal. Seperti kejadian waktu itu, dengan cepat Helena beranjak dari tempat tidurnya, dan berlari menuruni tangga.

"Kakek..nenek! Tolong aku!"
Teriak Helena sambil berlari mengampiri kakek dan neneknya di ruang tamu.

"Ada apa Helen!"

"Tubuhku terasa panas lagi nek, bahkan ini lebih panas dari yang waktu itu!"

Dengan cepat nenek menarik Helena dan mendudukannya di kursi. Helena menggeliat kesakitan di bagian punggungnya terasa panas yang luar biasa.

"Bagaimana ini!? Tandanya sudah mulai muncul!" Teriak nenek cemas.

"Biarkan saja, lagipula kita tidak bisa melakukan apapun." Jawab kakek yang terus memperhatikan Helena yang kesakitan.

Helena semakin menggeliat, tubuhnya terlentang di kursi tangannya mencengkram kursi dengan kuatnya. Air matanya mulai metes menahan rasa sakit di punggungnya.

"Lihat! Matanya sudah berubah!" sahut kakek yang terkejut melihat perubahan mata Helena.

Setelah mata Helena berubah dengan cepat nenek menyelimutinya dengan sebuah jubah berwarna hitam dan menutupinya ke tubuh Helena. Saat setelah jubah itu di pasangkan, rasa sakit Helena mulai mengurang dan semakin lama semakin hilang. Helena membuka matanya yang terasa perih dan penglihatannya menjadi sangat tajam.

"Sakit kek...!" rintih Helena, terbaring lemah tangan kanannya memegang pundaknya yang terasa perih.

"Kamu harus kuat nak,!" Sahut kakek sambil membelai rambut Helena lembut.

"Sebenarnya aku sakit apa kek? Ini sakit sekali," ucap Helena diiringi tangisannya.

Kakek menghembuskan nafasnya berat, kemudian memegang bahu Helena dan membantu Helena untuk duduk menghadapnya.

"Helen, mungkin ini saatnya kamu mengetahuinya," kata kakek dengan mata yang berkaca-kaca dan menatapnya pasti.

"Mengetahui apa kek?! Apa aku punya penyakit?" Jawab Helena cepat.

"Tidak, kakek ingin kamu siap dan mau menerima kenyataan ini!" Tegas kakek.

"Kenyataan apa kek? Jangan berbelit-belit langsung ajah! Jangan buat aku takut!" ucap Helena dengan nada ketakutan.

Kakek menghela nafas "kamu adalah orang yang terpilih untuk melindungi kaum kita dan itu sudah ada dalam darahmu!"

Helena menyernyit "Melindungi? melindungi apa kek? Kaum apa? Apa maksudnya aku tidak mengerti!" sahut Helena kebingungan.

"Kita bukan manusia sembarangan Helen, kita memiliki darah campuran dari kaum lusyfair."

"Lusyfair? Apa lagi itu?" ucap Helena dengan raut wajah bingung.

"Lusyfair adalah julukan untuk kaum cahaya, kaum cahaya abadi yang artinya kehidupan abadi. Kita beregenerasi dari zaman ke zaman kita memiliki tugas melindungi kaum kita dan umat manusia lain untuk menjamin keseimbangan. Dan orang-orang tidak boleh tahu siapa kita yang sebenarnya!"

Helena menyicingkan mata. "Aku tidak mengerti kek, itu hal yang tidak masuk akal! Lalu aku ini apa!?"

"Kamu adalah titisan dari ratu Lusyfair dan kamu adalah penerusnya!"

Helena terkejut dan membelalakan matanya. "Apa!! Aku semakin tidak mengerti kek, kenapa aku?"

"Karena ibumu adalah ratu bangsa Lusyfair! Kamu sekarang sudah beranjak dewasa maka sudah waktunya kamu menjadi penggantinya!"

Helena menggeleng. "Enggak kek! Ini tidak masuk akal! Aku gak percaya kek!" ucap Helena tertawa kecil dengan perasaan bingung.

"Kamu harus menerima kenyataan ini, coba sekarang kamu lihat tanda di punggungmu itu! Tandanya sudah mulai muncul, namun belum sepenuhnya." kata kakek sambil menunjuk punggung Helena.

"Apa yang dikatakan oleh kakek mu itu memang benar nak. Kita berbeda dari yang lain, mungkin selama ini nenek dan kakek tidak pernah menunjukkannya tapi ini kenyataannya nak," sahut nenek sambil mengelus kepala Helena lembut.

"Tidak nek! Aku tidak bisa!"

Helena beranjak dari posisinya dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya, saat setelah ia sampai didepan pintu kamar dengan cepat Helena membukannya menerobos. Kini Helena berada di depan cerminnya kemudian dia membuka bajunya dan membalikkan tubuhnya, ia benar-benar terkejut saat melihat melihat punggungnya ada bekas luka namun luka itu berbentuk setengah lingkaran dan ada tanda lainnya namun belum jelas sepenuhnya dari tanda tersebut.

Apa ini? Apakah ini tanda yang kakek dan nenek maksud? Apa aku benar-benar bukan manusia biasa?

|
|
|

》 Kalau suka dengan ceritanya kasih Votnya dan Follow aku juga yah... terimakasih sudah membaca!😄😍

《《Next to》》

You're My Destiny My RandolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang