17

139 6 2
                                    

"Itu apa?"

"Jangan banyak tanya, ini untukmu."

"Endrew kamu serius nyuruh aku buat minum itu?"

"Kapan aku gak serius sama kamu?"

"Ih serius!"

"Aku juga serius. Cepat minum! Atau aku-"

"Apa!"

"Atau aku yang akan paksa kamu."

"Coba aja kalau bisa,"

"Oh, nantangin! Okay, sini kamu!"

"Gakmau!"

"Helen, cepat kemari!"

"Gak!"

"Helen, jangan paksa aku untuk kesana."

"Coba ajah!"

Suara canda dan tawa dari kedua insan yang saling mencintai ini begitu nyaring di teras balkon Mantion. Endrew yang terus memaksa Helena untuk memakan sebuah ramuan, tampak kelelahan membujuknya. Helena yang keras kepala tetap menolak setiap tawaran dan rayuan Endrew dan sengaja membuatnya kesal.

Karena Helena yang terus menantang Endrew untuk menghampirinya. Dengan cepat kilat dalam hitungan detik Endrew yang semula duduk di bangku berwarna coklat berbahan kayu tempatnya untuk bersantai dan istirahat. Dengan jarak yang lumayan jauh dari posisi Helena berdiri, kini Endrew berada di hadapan Helena dengan ramuan ditangan kanannya.
Kemudian menyudutkan Helena ke pojok dinding hingga tubuhnya melingkupi tubuh Helena yang mungil.

Helena tersontak kaget saat Endrew mulai mengangkat kedua tangannya meletakkannya di setiap sisi Helena hingga seperti terjebak dalam sebuah penjara untuknya. Endrew mulai mendekatkan wajahnya kakinya semakin menyudutkan tubuh Helena. Helena yang terus melekatkan tubuhnya ke dinding untuk menjaga jarak yang semakin menipis. Helena refleks mengangkat tangannya dan menahan dada bidang Endrew yang semakin mendekat. Namun dengan cepat tangan kiri Endrew menepisnya, menggenggamnya erat. Bola mata Helena hanya tertuju pada mata coklatnya yang begitu mempesona hingga terlarut didalamnya.

Endrew melepaskan genggamannya dan beralih kepinggang Helena yang ramping membuat Helena seketika mematung dan jantungnya mulai berdebar kencang. Ia ingin sekali lari dari dekapan Endrew yang begitu mematikannya. Endrew yang terus mendekatkan wajahnya kini hidung mereka bersentuhan mata mereka saling bertemu. Endrew tersenyum miring melihat ekspresi Helena yang begitu tegang. Tangan kirinya kini menaik ke atas memegang dagu Helena menahannya dan mengusap bibir Helena lembut.

Helena hanya menelan salvinya saat setelah bibirnya terbuka untuk menerima ciuman Endrew. Saat itu juga Endrew mengangkat tangan kanannya kemudian dengan cepat memasukkan sebuah botol ramuan ke  dalam mulut Helena. Helena tersontak kaget dengan sebuah cairan yang begitu pahit masuk secara paksa kedalam tenggorakkannya. Reflek kedua tangannya memukul-mukul dada Endrew berusaha untuk menghentikan Endrew. Helena terus berontak hingga akhirnya Endrew melepaskan botolnya terlihat Endrew yang berusaha menahan tawanya. Dengan Helena yang terbatuk-batuk setelahnya.

"Kamu tega banget!!" Pekik Helena yang terbatuk-batuk.

"Hahaha... habisnya kau benar-benar keras kepala, jika tidak seperti itu kamu gak bakalan minum ini."

"Ya tapi gak gini juga caranya!! Mana pahit banget!"

"Hahaha.. sudahlah, aku minta maaf,"

"Kamu seenaknya saja minta maaf, aku udah terlanjur meminumnya! Kamu harus tanggung jawab!"

"Tanggung jawab? Apa perlu aku mengeluarkannya lagi dari dalam perutmu?"

"Kamu nyebelin! Ini pahit banget." Helena yang terus merengek menatap Endrew yang tertawa melihatnya.

You're My Destiny My RandolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang