Bagian 20 - Rasa bersalah

26.5K 2.1K 71
                                    


Claire masih terbaring lemas di ranjangnya. Ia tidak kuat kalau harus bangkit. Tangan kanannya sudah mulai mencari-cari ponselnya di atas rak yang persis di sebelah ranjangnya itu. Saat ia menggapainya, ia langsung mengecek.

Ada satu notification yang muncul.

Claire tersenyum. Ia yakin. Itu dari Gerhana.

Claire membuka, dan ternyata dugaannya meleset. Itu dari Astero. Bukan Gerhana. Claire tidak berminat untuk membuka ataupun membacanya.

Ternyata dari semalam, Gerhana tidak ada mengabarinya.

Claire tersenyum tipis.

"Mungkin Gerhana sibuk."

Claire kembali mematikan ponselnya dan ia akhirnya memaksakan diri untuk turun dari ranjang dengan sandal tidur babinya itu. Dengan pelan-pelan sekali, Claire menuruni tangga untuk bisa mencapai pintu ruang tamu.

Claire hanya ingin duduk menghirup udara pagi di taman kompleks.

Sendirian. Tanpa ada yang mengganggu.

Di taman, banyak orang yang sedang berolahraga ataupun duduk di sekitar taman dengan alas tikar yang mereka bawa. Claire dengan cardigan biru mudanya itu berjalan pelan menuju salah satu bangku di dekat air mancur.

Claire menyandarkan punggungnya di bangku itu, lalu datang anak kecil dari kejauhan yang seolah berlari ke arah Claire. Ya, anak kecil itu berlari ke arahnya dan duduk di sampingnya.

"Kak, Kakak namanya Claire, ya?" tanya anak kecil itu. Claire menoleh, "Iya. Kenapa?"

"Berarti bener," Anak kecil itu melirik Claire. "kalau cahaya itu memang terang. Kakak lagi sakit aja, tetep cantik." Claire mengernyitkan dahinya. "Eh? Kok tahu?" tanyanya bingung.

"Iya, tadi ada Kakak ganteng yang bilang kalau Kakak lagi sakit. Venus diminta ke sini, gak tahu buat apa," jawab anak kecil yang bernama Venus itu.

Claire berpikir untuk sementara. Bukan Gerhana. Ia yakin itu bukan Gerhana. Gerhana tidak mungkin ingat dengannya. Pasti Astero atau siapapun itu. Yang jelas yang ada di dalam pikirannya, itu bukan Gerhana.

Claire tersenyum mengarah kepada Venus yang masih berdiri di depannya. "Sini, duduk sama aku."

Venus langsung melangkah untuk duduk di samping Claire, sementara Claire hanya bisa mengusap kepala Venus yang sedang asyik memakan es krim cokelatnya itu.

Claire merapatkan cardigannya dan membenarkan bandana berwarna ungu tuanya itu. Udara pagi ini cukup dingin.

"Kak, aku mau buang sampah dulu."

Venus langsung pergi berlari meninggalkan Claire entah ke mana.

Dan sepertinya, Claire memang seharusnya beristirahat di rumah.

Langit mendadak menjadi agak sedikit gelap dan orang-orang yang berada di sekitar taman juga sudah mulai pergi.

Huh, segitu saja takut dengan hujan, pikir Claire. Padahal kan belum tentu akan turun hujan.

Iya, kan?

Ada kan quotes-quotes yang bilang, "Mendung belum berarti hujan".

Claire belum beranjak dari bangku taman itu. Karena ia menunggu Venus kembali, takutnya disaat ia pergi, Venus malah mencarinya. Kan ribet.

Claire lagi-lagi merapatkan cardigannya ketika angin sudah berembus terlalu kencang.

Hingga akhirnya quotes itu belum tentu benar. Tadi mendung, dan sekarang rintik-rintik hujan sudah mulai berjatuhan dari langit.

Gerhana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang