Seorang perempuan yang memakai mantel berwarna putih itu terlihat sibuk dengan benda persegi panjang yang digenggamnya.Polesan tipis di wajahnya membuat perempuan yang berusia dua puluh dua tahun itu, tidak terlihat tua. Masih nampak seperti remaja biasa.
Kulitnya yang sedikit kering karena suhu udaranya sangat rendah, membuatnya selalu menggunakan sarung tangan ketika berpergian.
"Konnichiwa, kimi o matteiru," ucap perempuan itu dengan seseorang di sambungan teleponnya. (Selamat siang, saya sudah menunggu)
"Omata, infuruenza ga aru kara," sahut seorang pria di ujung telepon membuat perempuan itu menggelengkan kepalanya. (Maaf, saya sedang sakit flu)
Ternyata orang yang ia tunggu sedang sakit. Pantas saja tidak memberi kabar seharian ini.
"Tumben pakai bahasa Jepang?" tanya pria itu lagi yang membuat sang perempuan terkekeh.
"Pingin. Biar terbiasa."
"Hahah oke. Saya tidur dulu, nanti saya kabari lagi kalau ada waktu!"
Sang perempuan mematikan sambungan teleponnya. Lalu ia mengembuskan napas lega. Sudah lima tahun berada di negeri ini, belum bisa membuatnya melupakan sosok lelaki itu.
Lelaki yang sudah memberinya hampir banyak kenangan.
Sekali lagi. Ia sangat merindukan sosok itu. Terlalu rindu bahkan.
"Claire!"
Sang perempuan yang namanya dipanggil itu langsung menoleh, "Hai! Ada apa, Mi?"
Yang memanggilnya barusan adalah Kazumi. Perempuan yang berusia sama dengannya, dan bersekolah di tempat yang sama. Kazumi adalah orang berdarah Indonesia. Namun tinggal di Jepang.
"Kamu dicari Toshiko, katanya dia mau bicara hal penting," kata Kazumi duduk di sebelah Claire.
"Kamu tahu, kan? Hal penting baginya adalah guyonan untukku sendiri?" Claire menaikkan kedua alisnya. Lalu Kazumi tertawa pelan. "Temanmu memang begitu semua. Termasuk aku."
"Seratus untuk itu," sahut Claire yang juga ikut tertawa.
"Shiko minta aku pergi ke mana?"
Kazumi tampak berpikir. Ia juga lupa di mana Toshiko meminta Claire menemuinya. "Ah ... tidak ingat. Dia bilang ingin menemui itu kemarin, dan aku lupa menyampaikannya."
"Ya sudah, tidak masalah. Aku akan pergi ke apartementnya saja."
Claire bangkit lalu ia berpamitan dengan Kazumi dan menelusuri jalan yang dipenuhi rumput itu.
***
"Argh .... kenapa kerjanya nggak bener semua? Ini bagian anggarannya kalian bawa ke mana?!" teriak seorang lelaki yang memakai jas hitam itu kepada tiga orang perempuan yang sedang menunduk.
"Ya masih ketinggalan di komputer, Pak," sahut perempuan yang memakai rok berwarna hitam dengan polos.
"Seenak jidat ya ngomong begituan! Ulang dari awal! Satu jam lagi saya minta semuanya selesai! Atau kalian saya pecat!"
Ketiga perempuan itu langsung ngacir dari ruangan direktur utama perusahaan mereka. Dan langsung berbisik-bisik tidak jelas dengan amarah direktur mereka yang kian hari makin memuncak.
"Ck ... masih gagal move on juga?" Suara itu tiba-tiba masuk ke dalam telinga pria berjas hitam itu.
Ia melihat dua sahabatnya berdiri di ambang pintu. "Lo berdua, sini masuk. Diem di sana kek anak ilang aja." Dua orang itu langsung duduk di sofa yang tersedia di dalam ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [Completed]
Ficção Adolescente"Karena semesta tahu, gerhana ada karena bantuan cahaya." Gerhana Kavindra. Galak, tegas, suka memerintah, dan tidak suka di lawan. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semua project luar angkasanya. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semes...