Claire dan Gerhana sama-sama melangkah keluar dari ruangan Pak Dito atau sebut sajalah Pak Kumis. Claire hanya bisa menunduk ketika ia merasa kalau Gerhana sedang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi seseorang.Ah, Claire benci hari ini. Apalagi, ketika Pak Kumis berkata, "Kalian pokoknya ke mana-mana harus berdua terus. Kecuali ke kamar mandi. Jangan sampai salah satunya menghilang, karena nanti kerja sama kalian kurang bagus kalau enggak sering bareng-bareng."
Benci sekali.
Claire semakin mempercepat langkahnya untuk bisa mendahului Gerhana. Namun, baru saja ia ingin melangkah lebih cepat, tangan Gerhana menyentuh lengannya untuk memperlambat jalannya.
"Lo siapa?" tanyaa Gerhana membuat Claire dalam hati berbatin ini gue kak, Claire, yang ngerusakin hasil karya Kakak. Tapi bodoh rasanya jika Claire mengakui kesalahannya itu.
Memang sih seharusnya ia mengakui, tapi, ah enggak. Ia belum ingin mengakui kesalahannya itu. Lebih baik, Claire menunggu waktu yang tepat ketika Gerhana sedang tidak dalam kondisi hati yang buruk seperti sekarang ini.
Claire melepaskan tangan Gerhana yang menyentuh lengannya itu dengan perlahan. "Claire. Tadi Pak Dito juga udah nyebutin, Kak."
"Lo tau kalau gue kakak kelas lo?" tanya Gerhana lalu Claire mengangguk dengan pelan masih menunduk.
"Oke bagus, berarti lo juga harus sopan sama gue!" perintah Gerhana yang membuat Claire hanya bisa mengangguk lagi dan lagi.
Dan sepertinya, percakapan antara Gerhana dan Claire, dengan cepat menyebar di satu sekolah SMA Pancasila. Maklumlah, mulut-mulut anak SMA Pancasila adalah mulut penggosip.
"Istirahat, gue di kantin. Cari di sana, lewat dari jam setengah sepuluh, gue yang samperin ke kelas lo."
Setelah itu, Gerhana langsung berjalan meninggalkan Claire sendirian di koridor itu sementara Claire hanya bisa mengembuskan napas lega.
"Mampus gue! Apa-apaan, sih, dia. Kok nggak jelas gitu, pake acara mau nyamperin ke kelas, lagi. Ck ... ga bener ini mah."
Claire masih menggerutu dengan kesal sambil berjalan memainkan ujung cardigannya. Dan Claire langsung mempercepat langkahnya ketika bel masuk sudah berbunyi dengan nyaring.
Sampainya Claire di kelas, semua tatapan temannya, mengarah kepadanya yang membuat Claire merasa bingung dan heran dengan tatapan teman-temannya itu.
Claire melangkah pelan memasuki kelasnya itu. "Kenapa si, pada natap gue kayak gitu?"
Semuanya masih menatap Claire dengan tatapan mereka yang menurut Claire sangat tidak enak untuk dilihat.
"Apaan, sih?" Claire mengulang pertanyaannya sekali lagi.
Ekor mata mereka semua langsung menunjuk ke arah bangku Claire yang membuat Claire juga mengikuti pandangan mereka dan ia langsung terlonjak kaget.
Ada Gerhana di sana.
"Kok bisa ada, dia?" bisik Claire pelan kepada Sabi, teman perempuannya yang berada di bangku paling depan tepat di depannya berdiri sekarang.
"Tiba-tiba dia masuk. Mau nunggu lo, katanya."
Claire menepuk dahinya pelan lalu ia menaik-turunkan kedua alisnya sambil memandangi semua temannya seolah berkata ini gimana, sekarang.
Semuanya hanya bisa menggeleng lalu Claire kembali meneguk salvianya ketika ia melihat Gerhana yang sudah duduk di sebelah bangkunya sambil membaca buku dengan telinganya yang disumbat menggunakan earphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [Completed]
Ficção Adolescente"Karena semesta tahu, gerhana ada karena bantuan cahaya." Gerhana Kavindra. Galak, tegas, suka memerintah, dan tidak suka di lawan. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semua project luar angkasanya. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semes...