"Kak, emangnya nggak ada panggilan yang lebih bagus buat Kakak selain 'Ger'?" tanya Claire ketika ia dan Gerhana sudah duduk di bangku Gerhana yang ada di dalam kelas Gerhana.Gerhana yang sedang asyik dengan projectnya itu langsung menoleh dan menatap Claire. "Menurut lo? Pikirin aja sendiri."
Setelah menjawab pertanyaan Claire, Gerhana lebih memilih untuk melanjutkan projectnya yang baru saja menjadi rancangannya itu.
Suasana kelas saat itu sedang tidak terlalu ramai atau mungkin bisa dibilang, hanya ada Claire dan Gerhana di dalamnya. Dengan posisi Gerhana membelakangi Claire sementara Claire hanya bisa bersandar di dinding sebelahnya.
Claire mengembuskan napasnya pelan lalu ia menggoyangkan kedua kakinya ke depan dan belakang yang membuat bangku yang diduduki oleh Gerhana menjadi sedikit bergerak karena kaki Claire yang tidak sengaja menyentuhnya.
Gerhana langsung berbalik dan menghentakkan gunting yang dipegangnya di atas meja dengan cukup keras. "Bisa diem, nggak?!"
Dengan polosnya, Claire hanya memberikan cengiran lalu ia menggelengkan kepalanya yang membuat Gerhana semakin menatapnya tajam.
"Diem atau gue kunci di kelas?!"
Claire langsung menghentikan goyangan kedua kakinya itu. "Kok sadis banget, sih!"
"Suka-suka gue lah, mulut gue juga."
"Demen banget si bilang kayak gitu!"
"Terserah lo!"
Setelah itu, Gerhana mengambil rancangan project yang dibuatnya lalu ia bangkit dan melangkah keluar kelas yang membuat Claire juga langsung bangkit. Namun sebelum keluar, Claire menghentakkan kedua kakinya di lantai.
"Lo bener-bener nyebelin banget, Kak!"
***
"Ger, lo kenapa si, galak banget sama dia?"
Sekarang, Gerhana sudah bersama dua sahabatnya itu, Alan dan Astero, di sebuah warung yang letaknya tidak jauh dari SMA Pancasila. Bahkan tidak perlu menaiki kendaraan.
Gerhana meneguk minumannya terlebih dahulu. "Ya, nggak tau. Dia juga suka banget cari ribut sama gue."
Alan yang sedari tadi masih bermain ponsel, langsung menoleh. "Cari ribut gimana si? Kelihatannya, dia itu baik, Ger. Cantik pula."
Gerhana menganggukkan kepalanya dua kali. "Ya cari ribut aja. Gue tau, dia memang cantik. Tapi, dia bukan tipe gue."
Alan terkekeh sambil menepuk pundak Gerhana. "Ger ... Ger, mana ada, sih, yang baru ketemu langsung bisa click sama dia. Semua butuh proses. Termasuk, proses lo suka sama dia."
Gerhana menggeleng. "Apaan, sih? Gue sama dia cuma mau fokus buat lomba dua bulan lagi. Bukan yang aneh-aneh. Lagian, Si Aster kelihatannya naksir banget sama dia."
Astero mengangguk mengiyakan. "Setuju! Gue emang demen banget sama dia, tapi, nggak tau deh. Dia suka atau enggak sama gue."
Keduanya hanya bisa mengangguk. Lalu setelah itu, semua sibuk dengan ponselnya, kecuali Gerhana. Ia masih sibuk dengan rancangan projectnya tentang semestanya itu.
Setelah beberapa menit, Astero tiba-tiba menepuk pundak Gerhana membuat Gerhana langsung menoleh lalu menautkan kedua alisnya. "Apaan?"
Astero hanya menunjuk ke arah jalanan, dan Gerhana langsung menoleh lalu ia menghela napasnya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [Completed]
Novela Juvenil"Karena semesta tahu, gerhana ada karena bantuan cahaya." Gerhana Kavindra. Galak, tegas, suka memerintah, dan tidak suka di lawan. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semua project luar angkasanya. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semes...