Bagian 27 - Pengakuan

27.1K 1.8K 80
                                    


Claire diam.

Ia diam setelah mendengar Gerhana berkata seperti itu. Kata-kata Gerhana meresap sampai hati Claire.

"Iya."

Gerhana menatap Claire lalu ia berdecak. "Pulang."

"Siapa?" Claire masih menunduk. Belum berani mendongak.

"Kita. Aku anter kamu pulang."

Tanpa basa-basi, Gerhana menarik tangan Claire untuk mengikutinya ke arah parkiran motor.

"Maaf kalo aku salah."

Samar-samar Claire mendengar Gerhana berkata seperti itu di saat ia ingin menyentuh bahu Gerhana sebagai pegangan untuk naik ke motor Gerhana.

Claire lalu duduk dan tidak menyahuti perkataan Gerhana lagi.

"Aku balik." Gerhana memutar motornya lalu ia melirik Claire sekilas yang masih berdiri di depan pintu rumah Claire.

Hati-hati, Kak.

Lalu ia melajukan motornya dan meninggalkan Claire.

Dan Claire masih menatap motor Gerhana hingga tidak bisa ia lihat lagi. Lalu dengan berat hati, cairan bening itu mengalir dari kedua bola mata Claire.

"Baikannya juga baru kemarin. Udah ada masalah baru lagi."

Claire memutar tubuhnya lalu membuka pintu rumah dan langsung berlari menaiki tangga untuk menuju kamar kesayangannya.

Claire menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan cairan bening yang masih mengalir di pipinya.

Kenapa akhir-akhir ini selalu ada masalah? Selalu ada masalah dalam hubungannya dengan Gerhana. Kenapa,
semesta?

"Kenapa? Kenapa seolah Kak Gerhana yang berusaha buat cari masalah?"

"Dia mau jauh dari Claire? Dia mau supaya Claire jauh dari dia?" Claire sesenggukan. Ia belum bisa menghentikan tangisnya itu.

Memang, alay sekali menangis hanya karena mendengar kalimat seperti itu.

Tapi jujur, Claire merasa kalau Gerhana memang sengaja ingin mencari masalah. Claire merasa kalau Gerhana, mau menjauh darinya.

Claire menelungkupkan kepalanya di bawah bantal lalu ia menangis lebih keras lagi.

***

"Bunda! Gerhana pulang."

Gerhana langsung duduk di sofa dan ia memejamkan matanya. Memijat keningnya. "Maksud aku bukan gitu, Claire."

"Eh, anak Bunda. Darimana aja kamu?" tanya Bunda.

"Dari rumah Claire. Ada masalah lagi sama Claire."

"Kenapa lagi sama pacar kamu? Kayaknya sering berantem deh," kata Ghasa, Bunda Gerhana.

"Nggak tahu, Bun. Akhir-akhir ini emang sering gitu."

Ghasa mengangguk lalu ia mengusap rambut Gerhana pelan. "Dulu. Sebelum sama Ayah, Bunda punya anak."

Gerhana mengernyit. "Anak?"

"Iya. Namanya Lana. Mirip tingkahnya sama Aries. Jadi kangen dia," ucap Ghasa.

Gerhana mendekati Ghasa lalu mengusap bahunya dengan pelan. "Memangnya sekarang Lana ke mana, Bunda?"

"Bunda nggak tahu, terakhir ketemu dia tiga tahun yang lalu. Ayahnya misahin Bunda sama Lana."

Gerhana mengangguk lalu ia menatap Ghasa yang matanya sudah berisi cairan bening. "Tenang, Bun. Ada Gerhana di sini."

Gerhana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang