Bagian 17 - Mirip?

30K 2.1K 87
                                    


Sekarang, Claire dan Gerhana sudah berada di kafe matahari. Tempat mereka untuk membahas lomba di Bandung itu. Dengan Gerhana yang sudah berkutat dengan kertas putih A4 nya itu.

Tangannya terlihat mencorat-coret sebuah tulisan. Lagi ditulis, lagi di coret. Gerhana memang aneh.

Claire yang melihat kelakuan Gerhana itu menggeram kesal. Sudah sepuluh menit mereka berada di kafe ini. Tetaoi, Gerhana belum memulai pembicaraan satu pun. Claire kesal, Claire langsung merebut kertas yang dipegang Gerhana lalu ia membacanya.

Di kertas itu hanya tertulis Materi Lomba.

"Jadi, daritadi Kakak cuma tulis kayak gini?" Claire mengangkat kertas itu yang langsung direbut oleh Gerhana. "Daripada berisik, mending bantuin gue," katanya.

"Bentar."

Claire membuka tasnya dan mengambil binder miliknya yang berwarna tosca itu lalu ia membuka dan menyerahkannya kepada Gerhana. "Aku udah sempet buat itu di rumah. Coba Kakak baca," ucapnya.

Gerhana mengambilnya lalu mulai membacanya dengan cermat. "Copy ide darimana?" katanya yang langsung membuat Claire mendelik. "Apaan? Nggak lah! Itu murni ide dari otak aku!" bantah Claire.

Claire beranjak dari bangkunya. "Jadi, nanti kita buat aja tentang gerhana bulan. Tapi, kali ini miniaturnya kita buat seheboh mungkin supaya orang gak bosen nontonin. Terus nanti waktu kita tampil, lampunya dimatiin—"

"Dimatiin?" Claire mengangguk. "Iya. Kan udah dimatiin nih, terus kita buat kayak cahaya yang nyorot ke langit-langit dinding gitu. Yang kayak di rumah Kakak itu."

Gerhana tampak berpikir. "Terus?" Claire tersenyum lalu ia berjalan mengitari meja mereka. "Terus waktu tampil, yang jadi juru bicaranya kita berdua, tapi nanti di akhirnya, Kakak yang jelasin tentang hubungan antara gerhana dan cahaya."

"Kenapa harus hubungan sama cahaya?" tanya Gerhana yang membuat Claire mendekatinya lalu menyentuh pundaknya. "Gini ya Kakak kelas aku terbaik, Gerhana Kavindra, karena memang ada hubungan antara gerhana dan cahaya."

"Oke. Ngerti. Kapan mau buat?"

Claire berjalan kembali ke bangkunya lalu ia mendudukkan dirinya di atas bangku.

"Emm ... nanti aja lah Kak, masih bulan depan juga, kan?"

"Lebih cepet, lebih baik. Besok survei tempat lomba dulu."

"Ke Bandung?" Gerhana mengangguk. "Emangnya mau ke mana?"

"Bareng, kan?"

"Nggak. Lo berangkat sendiri, gue juga sendiri. Besok Sabtu, kita gak sekolah. Jadi jam sepuluh, lo udah harus berangkat."

"Aku dianter siapa? Hari Sabtu, kan Mang Didi pulang. Gak ada yang anter."

"Gak mau tahu. Jam sepuluh udah berangkat."

"Ah! Aku minta tolong Kak Aster aja," katanya lalu ia mengambil ponselnya di dalam tas.

"Jangan."

Suara Gerhana itu langsung menghentikan aktivitas Claire dan Claire langsung menatap Gerhana dengan tatapan bertanyanya. "Ya jangan aja."

"Ih, terus aku sama siapa kalau bukan sama Kakak?"

"Nggak tahu."

"Sama Kakak aja lah, biar lebih cepet juga!"

"Nggak."

"Ih, biar gak nyari tempat ketemuan lagi!"

"E-N-G-G-A-K!"

"Harus mau ih!"

Gerhana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang