Hari sudah berlanjut menjadi hari Sabtu, hari di mana semua kalangan manusia di bumi akan berpergian entah ke mana. Dan bisa dipastikan ada yang diam di rumah karena tidak punya pasangan.Contohnya seperti Gerhana sekarang. Ia hanya bisa berada di halaman belakangnya dengan mata yang tidak pernah lepas dari rancangan miniatur tentang perputaran bumi mengelilingi matahari itu dan tentang bintang-bintang yang bertebaran di langit itu.
Omong-omong, sekarang baru pukul lima sore.
Kemungkinan, Gerhana sudah duduk di ayunan kayu itu selama kurang lebih tiga jam tanpa beranjak.
Agak sedikit mengerikan ya.
Ya, seperti itulah kegiatan Gerhana jika sedang berada di rumah. Hanya dihabiskan dengan menyelesaikan projectnya, makan, tidur, dan begitu seterusnya jika Gerhana memang berada di rumah.
Gerhana bukan tipe orang yang suka berpergian.
Ia memang lebih senang diam di rumah dan menghirup udara segar di halaman belakang rumahnya.
Tapi, hari ini Gerhana merasakan sesuatu yang berbeda. Ia seperti ingin beranjak dari ayunan itu tapi ia pun tidak apa tujuannya.
"Kenapa gue kepikiran dia?"
Oh! Ternyata dia. Malaikat kehancuran Gerhana, toh! Oalah, Gerhana pasti ingin pergi dengannya, bukan?
"Apa si, kelarin ini dulu njing, baru nanti lo pikirin yang lain," ucapnya kepada dirinya sendiri.
Gerhana kembali melanjutkan pekerjaannya dan pekerjaannya terhenti karena suara menggelegar milik Aries itu memasuki indera pendengarannya.
"APAAN?!" teriaknya menyahuti perkataan Aries.
Gerhana meletakkan miniatur itu lalu ia memutar tubuhnya berusaha untuk mencari keberadaan Aries. Namun tidak ada.
"Dasar bocah."
Gerhana kembali membalikkan tubuhnya dan ia langsung terlonjak kaget. "HEH! LO NGAPAIN DI SINI?!" teriaknya cukup keras sambil melangkah mundur menjauhi ayunan itu.
"Yaelah, santai dong. Sekarang, kan, malming terus aku bosen sendirian di rumah, jadinya aku dateng ke sini aja cari Kakak."
Gerhana menatapnya tajam. Sangat tajam.
"Pulang."
Claire berdiri lalu ia berjalan mendekati Gerhana dengan tangan yang sudah disilangkannya di depan dada. "Aku ke sini itu niat baik loh."
Gerhana menatapnya datar lalu menaikkan satu alisnya seolah tidak peduli dengan perkataan Claire. Seolah merasa bodo amat gitu. "Oh. Pulang."
Claire menatapnya dengan tatapan yang sengaja disamakan seperti Gerhana.
"Jauh loh dari rumah aku ke sini, aku harus naik bus dulu terus sampe di halte, aku pesen ojek lagi. Kakak gak kasian gitu?" tanyanya.
Gerhana menggeleng. "Untungnya buat gue apa?" tanya Gerhana yang membuat Claire nampak berpikir. "Aku bawa cokelat panas sama roti bakar rasa nutella. Hm ... kayaknya emang aku harus pulang deh."
"Baru inget kalau ditunggu sama Kak Aster di rumah."
Claire berbalik dan siap untuk mengambil langkah perginya. Tetapi ia sengaja memperlambat langkahnya. Namun, ia tidak mendengar suara Gerhana yang mencegahnya.
Tunggu. Kenapa Gerhana tidak mencegahnya atau menahan tangannya seperti di novel-novel itu, sih?
Claire berbalik lagi lalu ia memasang wajah kesalnya sambil berjalan mendekati Gerhana. "Aku beneran bawa cokelat panas sama roti bakar nutella loh! Aku gak bohong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [Completed]
Fiksi Remaja"Karena semesta tahu, gerhana ada karena bantuan cahaya." Gerhana Kavindra. Galak, tegas, suka memerintah, dan tidak suka di lawan. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semua project luar angkasanya. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semes...