Gerhana merebahkan setengah tubuhnya di atas ranjangnya yang berbentuk oval itu. Ia menatap langit-langit kamarnya yang di dominasi oleh warna biru dan seperti semesta yang berisi banyak bintang. Gerhana mengembuskan napasnya dengan pelan sambil memejamkan matanya.Mendadak ia teringat Astero, ia teringat bagaimana Astero bisa membawa Claire sampai di rumah dengan selamat.
Semua itu bersarang di pikiran Gerhana.
Gerhana menegakkan tubuhnya lalu ia mengambil ponsel yang berada di sakunya dan menekan beberapa angka lalu ia menempelkan ponselnya di telinga.
"Halo?" Terdengar sahutan dari seberang sana.
"As, lo habis dari mana?"
Loh? Kenapa pertanyaan itu yang keluar?
Aduh, Ger! Dia tidak ingin menanyakan pertanyaan seperti itu. Ah! Kenapa susah sekali, sih untuk bertanya pertanyaan yang sangat ingin di tanyakannya.
"Dari luar. What's wrong?"
"Enggak. Nongkrong buruan! Di tempat biasa, ajak Alan juga!" Setelah itu, Gerhana langsung mematikan sambungan teleponnya dan ia menghela napasnya dengan kasar.
Ah, pikirannya sangat bercabang. Ia sangat penasaran.
Tetapi Gerhana bukan tipe yang harus menghilangkan rasa penasarannya itu dengan sendirinya. Ia lebih membiarkan kalau rasa penasaran itu hilang karena orang lain yang menjelaskannya.
Gerhana masuk ke kamar mandi dan beberapa menit kemudian, ia sudah keluar lengkap dengan pakaian yang akan di pakainya untuk menemui kedua sahabatnya.
Kaos oblong polos berwarna hitam dan celana jeans yang senada dengan bajunya itu memberi kesan cool untuk para gadis zaman sekarang. Intinya, walaupun Gerhana galak, pesonanya itu tetap ada.
***
"Bro! What's up!" Astero mengangkat tangan kanannya lalu bersalaman ala laki-laki dengan Gerhana ketika ia melihat Gerhana sudah hampir sampai di meja yang sudah di pesannya.
Tempat tongkrongan kesukaan mereka bertiga adalah tempat sederhana, sebuah kedai kecil yang diisi dengan lampu LED Tumblr di sepanjang dindingnya dan ada panggung kecil untuk penampilan akustik.
"Sok bahasa inggris banget si," jawab Gerhana tanpa melihat Astero, ia memilih untuk meletakkan tas gendongnya di atas meja.
"Si Alan ke mana?" tanya Gerhana sambil meminum secangkir kopi yang ada di meja itu.
"Eh kampret! Itu kopi gue! Sembarangan lo!" seru Astero tidak suka sambil merebut cangkir kopi yang dipegang Gerhana itu dan langsung menghabiskannya tanpa menyisakan setetes apapun.
"Rese lo! Bagi dikit doang si. Pelit," sahut Gerhana dengan cuek tetapi masih bernada.
Astero hanya memutar bola matanya dengan malas lalu ia menaruh cangkirnya itu di atas meja dan langsung memandang Gerhana. "Si Bocah Alan itu lagi mandiin robot-robotannya. Kata dia, sekarang itu robot ke ..." Astero menjeda kalimatnya sambil berpikir. "Oh! Robotnya yang ke seratus sembilan puluh sembilan itu otw melahirkan koin."
Gerhana mengangkat kedua alisnya. "Masih?"
"Ya lo tau sendiri lah, dia kalau udah suka sama something, bakal dilakuin terus sampe dia bosen," sahut Astero pelan.
"Dasar bocah," kata Gerhana berbisik yang membuat Astero terkekeh.
"Ngapain ngajak nongkrong? Biasanya lo selalu sibuk sama semua project lo itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana [Completed]
Novela Juvenil"Karena semesta tahu, gerhana ada karena bantuan cahaya." Gerhana Kavindra. Galak, tegas, suka memerintah, dan tidak suka di lawan. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semua project luar angkasanya. Lelaki yang sangat terobsesi dengan semes...