Bagian 33 - Perpisahan

27.9K 2K 67
                                    


Pelangi - HIVI

Claire berbaring di atas ranjangnya. Kebenaran dari Tantra membuatnya tidak bisa berpikir lebih jauh lagi. Membuatnya harus benar-benar melupakan sosok Gerhana.

Lalu Claire berbalik menghadap balkon kamar dan setetes cairan bening mengalir dari kedua bola matanya. "Gerhana, Kakak aku? Masih ada ikatan darah?"

Tetes demi tetes air mata berhasil membuat kondisi wajahnya seburuk itu. "Jadi, emang lebih nyaman manggil dia Kakak? Karena dia memang Kakak, Claire?"

"Ken-kenapa, ak-akhirnya jadi gini?"

"Emangnya nggak ada ending yang bahagia?"

Claire bersandar di kepala ranjangnya. Tidak tahu bagaimana semua ini harus ia sampaikan kepada Gerhana. Tidak tahu bagaimana cara ia mulai bercerita tentang kondisi sebenarnya.

"Kenapa harus Gerhana?" ucap Claire lirih.

Claire masih menangis. Sudah dua puluh menit. Ia masih menangis, masih belum mengerti dengan perkataan Tantra tadi. Masih belum masuk akal.

Kenapa baru sekarang Tantra memberitahunya? Kenapa tidak dulu saja, kenapa tidak sebelum Claire jatuh ke dalam pelukan Gerhana?

Kenapa?

Claire dengan perlahan, memunculkan senyuman tipis di wajahnya. "Mungkin memang harus pisah. Gerhana dan cahaya memang bukan ditakdirkan untuk saling melengkapi."

***

Gerhana mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja kelasnya. Mejanya berguncang. Dan Gerhana langsung menoleh, mendapati Astero dan Alan yang sedang menaruh kakinya di atas mejanya.

"Berisik lo," kata Gerhana yang disambut gelak tawa oleh keduanya.

"Lan, emangnya lo ada ngomong? Kok kita dikata berisik, ya?"

"Au, biasa lah, Ager-ager lagi stress dia, lagi berusaha mikir gini 'Claire di mana, ya? Kok belum dateng, sih. Apa gue harus jemput, ya', gitu As," sahut Alan berusaha menirukan mimik wajah Gerhana saat itu.

Gerhana menabok kepala Astero. "Ya Tuhan, Ger! Yang ngomong kan Si Alan, ngapa gue yang ditabok, sih? Bego! Sakit!"

"Oh, itu suara Alan?"

Alan dan Astero saling berpandangan. "Amnesia mendadak lo? Sampe lupa suara temen sendiri," ucap Astero menyahuti perkataan Gerhana.

"Untungnya, masih waras otak gue. Gak amnesia."

Suasana mendadak hening untuk sementara waktu. Sampai akhirnya Astero dengan hebohnya melihat kedatangan Claire yang berhasil menarik perhatian Gerhana. "Ya ampun, Claire! Itu mata lo habis digigitin semut sama nyamuk, ya? Bengkak banget, masa!"

"Kak Aster kayak cewek, hehehe.... btw, Claire nggak apa-apa, kok. Kemarin lagi drakoran. Makanya jadi bengkak gini."

Gerhana benar-benar memerhatikan wajah Claire yang kata Astero sedang buruk. Tidak. Tidak. Gerhana tahu. Gerhana tahu kalau Claire tidak suka menonton drama korea. Gerhana tahu itu.

Dan berarti, bukan itu penyebab Claire menangis.

Gerhana yakin. Yakin sekali, masih ada hal yang sangat berat sampai harus membuatnya menangis.

"Drakor yang mana? Gue soalnya juga hampir tiap hari drakoran, dan kayaknya nggak ada yang sesedih itu sampe harus bengkak gitu deh matanya."

"Iya. Ada, pokoknya."

Dan saat Claire menghindari tatapan Gerhana. Gerhana semakin yakin, ada yang mengganggu pikiran gadisnya ini.

Gerhana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang