Gue membuka buku pelajaran Kimia, berniat untuk mempelajari materi yang akan dibahas besok.
Mata gue berhenti menatap materi, dan gue alihkan ke sebuah kotak yang gue simpan di bawah meja rias. Gue bangkit dari kasur dan gue jongkok tepat dihadapan kotak itu.
Maksud lu apa ngirim kaya ginian? Lu suka gue? Tapi kenapa sampai saat ini lu gak ngontek gue, gak ada penjelasan apa-apa dari lu? Lu jangan bikin gue baper dan jangan pernah ngasih gue harapan-harapan kosong. Batin gue.
Drrrttt..
Handphone gue berbunyi.
From : Riky
Sayang, kamu lagi apa?
Gue menonaktifkan handphone.
Harusnya gue seneng kan udah punya pacar? Ini pacar pertama gue, dan dia nembak gue di depan umum, ya lumayan romantislah, tapi kok gue gak ada seneng-senengnya ya?
"Ah, hati dan pikiran gue gak singkron banget hari ini" ucap gue kesel.
Gue melanjutkan belajar ditemani dengan cemilan-cemilan.
Karena otak gue hampir pecah, gue sudahi belajar hari ini. Gue masukkan buku-buku itu ke dalam tas. Gue tarik selimut, memejamkan mata, baru 5 menit gue tersadar.
"Ah, tadi gue gak liat Jo di sekolahan, tumben"
"Apa dia sakit? Ko gak ngabarin gue? Dia gak ngajak latihan pula, biasanya dia kan paling bawel ngajakin gue latihan" ucap gue berembel-rembel.
"Ah gak penting juga, gue mau tidur"
•••••
"Tumben pake motor?" tanya gue.
"Iya yang mobilnya tadi dipake bokap" jawabnya.
"Gue malu"
"Malu kenapa?" tanyanya heran.
Gue memonyongkan bibir.
"Rok gue pendek, lu gak takut gue di colek cowo lain?"
Riky tersenyum tipis dan membuka jaketnya.
"Nih tutupin pake jaket" pintanya.
Riky melajukan motornya sangat kencang, membuat gue merasa lagi dibonceng Valentino Rossi.
"Ky, lu mau bunuh gue?" tanya gue ketakutan.
"Lu pegangan sama gue, gue udah ahli soal motor" jawabnya enteng seperti tak punya dosa.
Gue memegang bajunya, seperti lagi memungut sampah. Riky malah menambah kecepatan, dan relfek tangan gue langsung memeluknya. Gue pejamkan mata, jantung gue bener-bener akan copot kali ini. Gue gigit bibir bawah gue, baru kali ini gue dibonceng dengan kecepatan tinggi, mungkin Valentino Rossi aja bakal kalah.
"Ini buat lu, karena semalem lu gak bales Whatsapp gue" ucapnya.
Gue katubkan bibir gue, semakin takut. Terasa angin menancap kulit gue. Ingin rasanya gue berteriak histeris.
Riky mematikan mesin motornya.
"Udah sampe" ucapnya
Gue masih memejamkan mata dan menggigit bibir bawah. Tangan dan kaki gue gemeteran, membuat badan gue tak ada tenaganya.
Seketika rasa takut dan gemeteran itu hilang ketika Riky memegang tangan gue lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau dan Aibku
Teen Fiction#569 (TEEN FICTION) 13/03/2018 #581 (TEEN FICTION) 02/03/2018 #604 (TEEN FICTION) 01/03/2018 Cerita masih ON GOING. Beberapa part gue private, follow untuk full story ? [Budayakan FOLLOW sebelum BACA] Dia adalah Anggun Puspita gadis desa yang cerdas...