21

238 11 3
                                    

Hari ini cukup melelahkan setelah gue bergelut dengan pentas di sekolah.
Gue masih terbaring di kasur dengan kostum yang tadi gue pake.

Karena gue merasa dehidrasi akhirnya gue pergi ke dapur untuk mengambil air dingin.

Anehnya, pas gue buka kulkas disitu sudah ada sebotol infus water dan sekotak bolu pisang dan tertera nama gue.

"Oh itu kiriman buat kamu dek dari cowok yang tinggi terus ganteng" ucap ibu kos yang membuat gue kaget.

"Siapa bu?" tanya gue heran.

Ibu kos tampak masih memikirkan siapa yang mengirimnya.

"Kalo tidak salah inisialnya R" kata ibu kos.

Siapa R? Kan banyak? Riky? Reza? Ridwan? Atau jangan jangan Pak Rey? batin gue bergelut.

"Oh yaudah bu makasih" ucap gue lalu pergi membawa makanan itu ke kamar.

Gue langsung mencari ponsel di dalam tas, dan pas gue buka disitu ada 10 panggilan tak terjawab dari Pak Rey.

"Eh busettttt" ucap gue kaget setelah melihat notif dari Pak Rey.

Gue langsung telpon balik Pak Rey.

"Hallo"

"Hallo Pak Rey. Maaf pak tadi tidak saya angkat, karena handphone saya di silent"

"Iya gapapa" ucap Pak Rey dengan suara sedikit parau.

"Oh ya pak mak..." belum selesai gue berkata udah dipotong.

"Bisa ke tempat saya?" tanya Pak Rey.

"Sekarang pak?"

"Iya. Saya mohon kamu bisa datang ya. Ini permintaan terakhir saya" ucapnya dengan suara sedih.

"Tapi pak.."

Tuuuuttt... Tuuuuttttt...

Sial sambungan telponnya sudah dimatikan Pak Rey.

Gue bingung, harus kesana atau tidak. Karena dulu gue udah ngomong kalo gue gak mau lagi nyamperin dia di apartemennya. Tapi setelah mendengar permintaannya bikin gue iba. Gue takut kalo dia bakalan mati.

Karena gue semakin bingung akhirnya gue memilih makan bolu kiriman dari Pak Rey.
Setelah kenyang gue belajar diatas kasur, tanpa gue sadari gue terlelap, mungkin karena kombinasi dari kecapekan dan kekenyangan.

Jam menunjukan pukul 18.00 WIB, gue ternyata tertidur selama 3 jam. Gue mengambil ponsel dan ternyata ponsel gue batrenya habis.

Akhirnya gue memilih mandi. Baru saja gue melangkahkan kaki ke kamar mandi tiba-tiba suara ibu kos terdengar.

"Dek ini ada paketan" ucap ibu kos.

"Perasaan saya gak pernah pesen online bu" jawab gue bingung.

"Gak tau ini tulisannya nama kamu, pengirimnya Mr. X" kata ibu kos sambil memberikan paketannya.

Gue letakkan paketan yang cukup besar itu di depan pintu kamar gue. Dan gue melanjutkan untuk mandi.

¤

Gue menyalakan ponsel dan gue liat ada pesan wa dari Pak Rey.

Kamu cepetan kek kesini.
Kamu cepetan kek kesini.
Kamu cepetan kek kesini.
Kalo kamu gak kesini aku mau bunuh diri.

Dan parahnya Pak Rey mengirimkan foto dia sedang meletakkan pisau di lehernya. Spontan gue langsung kaget, kenapa udah tuwir tapi kelakuan macam bocah PAUD.

To : Pak Rey

Maaf pak, saya baru menyalakan ponsel, tadi batrenya abis. Nanti 20 menit lagi saya kesitu pak.

Gue siap-siap untuk pergi ke apartemennya. Karena gue takut kalo Pak Rey melakukan hal-hal diluar pikirannya.

Gue lihat sebuah kardus yang gue letakkan diatas kasur, awalnya gue enggan membuka terlebih dahulu, karena penasaran ya akhirnya gue buka.



Buat kalian yang suka sama cerita gue jangan lupa feedback vote dan comment sebanyak mungkin, bikin author seneng dapat pahala loh 😁

Jangan lupa ajak orang yang kalian kenal sebangsa dan setanah air untuk mampir di cerita gue 😉

Dan jangan lupa mampir juga di cerita gue yg lainnya (masih comingsoon wk)

Sekali lagi jangan lupa vote dan comment, add to LIBRARY 😉

Gomawo, Sarangahe 💛


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku, Kau dan AibkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang