Bagian 5

4.8K 174 13
                                    

Hari berbahagia yang selalu ditunggu tunggu oleh para calon pengantin, yaitu hari pernikahan. Tapi tidak denganku, walau hati ini hari pernikahan ku, akubbahkan tak merasa bahagia, pernikahan ini mutlak hasil perjodohan orang tuaku dengan orang tua calon suami ku. Bahkan tampang wajah suamiku pun aku tak tahu, saat lamaran berlangsung  dia tak dapat hadir karena masih tugas di medan, dan aku berharap kali ini dia hadir diacara sakral ini. Aku berusaha memantapkan hati bahwasanya pernikahan ini hanya terjadi sekali seumur hidupku, meski perasaan cinta itu belum hadir sebisa mungkin akubakan berusaha mencintai suamiku kelak, karena ku tahu pilihan orang tuaku tak pernah salah.
"Aduh cantiknya anak mama, gak terasa ya nak kamu sebentar lagi bakal bersuami, tugas papa dan mama sebentar lagi akan beralih menjadi tanggung jawab suamimu, pesan mama jadilah istri sholeha, istri yang baik, nurut sama perintah suamimu, ingat jangan pernah menjadi istri durhaka ya nak"ucap mama ku diiringi dengan Isak tangis, aku tak dapat membendung air mataku, aku pun menangis dan memeluk mama, "ma, astrid akan ingat pesan mama, maafin kesalahan astrid ya ma, astrid sayang mama"
"Kok mama nangis sih nak, ahh kan luntur make up mama"
Jantungku seakan mau copot, rasanya akublwbih memilih lari keliling Kodim dari pada harus berhadapan sama tok kadi, aku sempat melihat gambar calon istriku yang diberikan mamaku, tak ku bohongi kalau ia memang cantik, parasnya ayu, membuat jiwaku tenang, tapi entah mengapa rasa cinta itu belum ada.
1 jam kemudian
Aku dipimpin mama dan teh nisa untuk bertemu suamiku, ya sekarang aku sudah sah bergelar nyonya mahendra, hingga saatnya kami berpapasan untuk saling memasangkan cincin, ku akui wajah suami begitu tampan, kulitnya yang sawo matang, dengan hidung mancung, dagu yang lancip dan mata elangnya. Aku sangat bersyukur memiliki suami yang tampan. 
Selesai menyarungkan cincin aku mencium tangan suamiku, kurasakan keningku hangat akan sentuhan bibirnya. Sampai pada malam harinya upacara pedang pora dilangsungkan, tepat jam 23.00 acara sudah selesai, aku merasa gerah akan gaun pengantin ku sehingga aku memutuskan untuk pergi kekamar deluan.
"Wahh selamat ndik, udah punya tanggung jawab sekarang, udah gak bujangan lagi, istri lo cantik, sumpah dah cantik"
"Makasih don, doakan yang terbaik buat gue, semoga gue bisa nerima ini semua"
"Ya pasti bisalah, lo aja sanggup tu menghandle sebanyak banyaknya anggota lo, masa iya cuma istri lo doang gak bisa, udah ahh udah malam banget ini, aku mau pulangbkebhotel, besok harus terbang lagi ke medan, jangan lama" kau libur ya"
"Gue yang komandan lo, kenapa jadi lo yang ngatur gue bro, take care buat penerbangan lo besok"
Setelah Doni pulang aku pun segera menuju ke kamar istriku, awalnya aku segan hendak masuk ke dalam kamar istri ku, tapi ku coba beranikan diri untuk masuk kedalam.
"Mau mandi atau langsung tidur?? "
"Aku mandi dulu"
Aku hanya mengangguk kan kepala saja, demi apa? awal sapaan ku terhadapnya aku mendapat sapaan yang dingin. Sekarang aku tau satu sisi suamiku, yaitu DINGIN.
azan subuh berkumandang, aku segera membangunkannya dan mengajaknya sholat subuh, aku sholat diimami oleh suamiku. Walau pun pernikahan kami karena perjodohan,  ia mengatakan kepadaku tak ada istilah beda ranjang. Aku keluar meninggalkannya yang sedang mandi menuju ke dapur untuk membantu apa yang patut ku kerjakan dirumah mertuaku. Ya walaupun aku tak ahli dalam memasak setidaknya aku tidak mau dicap sebagai menantu pemalas.
"Pagi sayang, pengantin baru udah bangun? Andik mana? Kok kamu turun sendiri? "
"Pagi ma, oh abang lagi mandi jadi astrid deluan kebawah buat bantu mama"
Ya aku memanggilnya abang di depan keluargaku dan keluarganya, aku memanggilnya abang karena dia lebih tua 3tahun dariku.
Meja makan...
"Ndik, kalian mau honeymon kemana? "
"Boro Boro mikirin honeymon pa, yang ada andik bakalan balik lagi ke medan, cuti andik kan tinggal 3hari lagi"
"Gini ni kalau tentara, gak bisa libur lama lama, astrid yang sabar ya, gak mudah jadi istri tentara kudu banyak sabar"
"Hehe iya pa, astrid akan berusaha sabar kok"
"Ma, pa mungkin besok andik bakalan balik ke medan"
"Besok? Koo cepat banget ndik, kenapa gak lusa? Terus istrimu gimana? "
"Astrid bakal andik bawa juga ke medan ma, surat pindah tugasnya udah diurus sama papa"
"Gimana trid? Kamu mau ikut? Atau kamu masih mau disini dulu? "
"Astrid ikut abang aja ma, gak mau ngerepotin mama juga"
Ku dengar denga memanggil ku dengan sebutan abang, aku salut dia bisa memahami kondisi kami.

MEDAN
Pertama kalinya aku menginjak kota medan bersama lelaki yang sekarang bergelar menjadi suamiku. Aku terpukau kala berada di depan pagar Kodim yang sekarang akan menjadi tempat tinggal ku.
"Sekarang rumah ini menjadi rumahmu juga, aku berharap kamu bisa betah dan beradaptasi dilingkungan ku ini"
"Insya Allah aku akan betah disini"
"Aku langsung mau ke kantor, jangan lupa nanti malam kita kerumah wadayon untuk bersilaturahmi"
Aku segera membereskan semua bajuku dan andik, kemudian aku merapikan rumah, awalnya aku ingin memasak tapi ku lihat tak ada persediaan dilemari dapur. Terpaksa aku harus menunggunya pulang untuk membeli bahan bahan dapur.
Malam ini aku bersama andik akan ke tempat wadayon untuk memperkenalkan diri.

(Baju yang digunakan astrid) Mereka menyambut ku dengan perasaan senang hati sehingga membuat ku merasa senang berada di asrama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Baju yang digunakan astrid)
Mereka menyambut ku dengan perasaan senang hati sehingga membuat ku merasa senang berada di asrama ini. Aku berharap aku dapat segera berbaur dengan ibuk ibuk persit.

Dinginnya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang