9. Countless Pain

8.9K 789 417
                                    

Ahaii... 👋👋👋
Apa. Kabar sayang...
Baca judul jangan kepleset jd counterpain yhaa..😅

Judul itu mewakili nasip Kookie di episode ini...
Tebak sendiri 😅
Kalau nggak mau nebak,  ya udah baca aja 😂😂
Sederhana kan aturan emak.. 😅😅

Sorry for typo 😊

Perasaan yang mengakar itu akan sulit di tumbangkan. Sekalipun terasa gersang dan menyakitkan. Dia tetap bertahan pada satu pandangan. Sesuatu yang samar menjalar dalam sudut pikiran. Ketika yang tersayang menjadi satu-satunya penerang jalan. Maka kegelapan bukanlah halangan. Kesunyian bukanlah siksaan.

Byurrr

Seember air dingin melayang, tumpah di tubuh sosok yang baru saja tersadar. Menghantam cukup keras dan membangunkannya dengan kasar.

Uhuukkkk

Dia hanya bisa terbatuk. Ketika bulir air masuk kedalam rongga hidung. Mengganggu sistem pernafasannya. Beberapa kali ia mengkibaskan helaian rambut basah yang menghalangi padangan.

“Sudah sadar…?”

Sebuah suara gahar mengusik pendengaran. Ia mengangkat wajah seketika. Tubuhnya kaku tanpa bisa ia gerakkan. Terpaku tanpa daya, terikat dan melekat pada sebuah tiang. Membuatnya bahkan tak bisa hanya sekedar menggerakan jemari tangan.

“Kau memang pandai menyembunyikan diri selama ini,” Ucap sosok itu sekali lagi.

Dia yang terikat pada tiang, adalah Jungkook yang sudah berpindah tangan. Kepada sosok asing di hadapan, ia hanya bisa bungkam. Sampai dirinya benar-benar bisa membaca situasi dan paham keadaan.

“Maaf.. tapi apakah kita saling mengenal sebelumnya…?” Tanya Jungkook yang tidak bisa mengingat sosok di depannya ini terlibat masalah dengannya sebelumnya.

“Kenapa anda harus memperlakukan saya seperti ini…?” Sambung Jungkook, yang tanpa sadar membuat sosok di depannya tersulut kemarahan.

Buugh..

Uhuuukkk..

Selaksa rasa sakit menghujam ujung bagian perutnya. Sebuah kepalan tangan penuh kekuatan menghantamnya tanpa jeda. Membuatnya kembali terbatuk dan mual seketika.

“Semudah itu kau bicara…? Kau lupa pada dosa besar yang sudah kau perbuat..?”

“Begitu banyak uhuukkk… dosa yang saya perbuat, jika tidak keberatan tolong ingatkan, dimana letak dosa saya pada anda…?”

Sosok itu terdiam sejenak. Ia memandangi Jungkook dengan tatapan penuh kemarahan. Bahkan kepada orang yang sudah lemah tak berdaya dan tak akan mungkin memberikan perlawanan, sosok itu tak ada pengecualian.

Sebuah tongkat kayu yang sedari tadi ia tahan, akhirnya melayang. Menghantam sisi kepala Jungkook dengan cukup keras. Membuat Jungkook seketika menolehkan padangan.

Darah segar mengucur dari ujung sudut pelipisnya. Mengalir menganak sungai di tepi wajah. Hingga akhinya jatuh menetes kelantai. Pusing menjalar isi kepalanya. Hantaman yang tidak bisa di katakan ringan. Bahkan sekarang pandangannya mulai berkunang-kunang.

“Setelah membunuh anak ku, bagaimana bisa kau masih hidup sampai sekarang…? Berkeliaran dan hidup dengan keluarga mu yang bergelimang harta…? Mengapa Tuhan tidak memberi mu hukuman…? Kau memisahkan aku dengan satu-satunya anak yang ku punya…!!”

Beberapa pukulan melayang. Membabi buta mendera Jungkook yang tak bisa memberikan perlawanan. Berkali-kali ia memuntahkan darah. Berkali-kali pula ia mengerang kesakitan. Tapi, sosok paruh baya di hadapannya seolah mati rasa iba. Tidak peduli jika Jungkook tak bisa lagi ia ajak bicara.

Problematic Affectionate  ( Vkook / Brothership ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang