Seorang pria berjas hitam turun dari Lamborghini Reventon yang baru saja berhenti di depan gedung entertainment terbesar di Jepang. Hitam dan biru elektrik, perpaduan yang sangat serasi seperti pemiliknya.
Kunci mobil diserahkan pada asisten pribadi yang sudah menunggu di depan lobby. Asisten yang selalu memakai masker itu membungkuk hormat, lalu segera memindahkan mobil sang atasan ke tempat parkir VVIP.
"Selamat pagi, Presiden."
"Hn."
Mengangguk singkat pada para pegawai, pria berambut raven itu lalu memasuki lift khusus untuk para eksekutif.
Sesekali pria itu melirik jam tangan rolex silver yang terpasang indah di tangan kekarnya. Mengeluarkan ponselnya sebentar, ia terlihat sangat bosan karena e-mail yang ia tunggu tidak kunjung datang.
"Selamat pagi, Presiden. Dokumen yang Anda minta sudah siap di meja kerja Anda," sapa gadis cantik berambut merah sambil membungkuk penuh hormat.
"Hn," jawabnya singkat sambil mendorong pintu kayu yang terhubung dengan ruang kerjanya.
"Mengenai casting film terbaru sutradara Nara, mereka akan memulainya akhir pekan ini," jelas sang sekretaris yang setia mengekori pimpinannya.
"Hn."
"Kontrak Tuan Kiba akan segera habis, apa Anda berencana memperpanjangnya?"
"Hn."
"Baiklah," gadis berambut merah itu membenarkan sedikit letak kaca matanya. Setelah memberi beberapa catatan pada notes yang selalu ia bawa, gadis itu pun membungkuk berpamitan.
"Karin."
"Ya, Presiden?"
"Bawakan aku kopi."
Gadis itu tersenyum, lalu mengangguk, "Baik, Presiden."
Enam puluh menit sudah Presiden Uchiha Corp itu berkutat dengan setumpuk dokumen. Wajahnya terlihat tenang, sementara tangannya terus menari untuk memberi tanda tangan atau mengoreksi beberapa dokumen yang menurutnya "tidak layak".
Pintu diketuk. Belum sempat ia menjawab, tamu yang mengunjungi ruangannya itu langsung menerobos masuk dengan senyuman yang menurutnya menjijikan.
"Maaf, Presiden. Tuan Itachi...." Karin, sekretaris berambut merahnya itu terlihat gugup. Ia melirik sang Presiden takut-takut, lalu beralih pada pemuda raven lain yang rambutnya lebih panjang.
"Tak apa, Karin," ucap sang presiden acuh dan kembali bergumul dengan dokumennya.
Setelah pintu ditutup, Itachi pun langsung mendekati sang presiden dengan penuh semangat.
"Ne, Sasuke. Mana dokumen yang harus aku tanda tangani?"
Sang presiden yang tak lain adalah Uchiha Sasuke itu menghentikan pekerjaannya, lalu menatap pemuda yang merupakan kakaknya itu penuh tanda tanya.
"Kau berubah pikiran?"
"Ya, kupikir pemuda pirang itu sangat membosankan. Tapi setelah kupikir-pikir, ia tidak buruk juga," jawab Itachi sambil duduk di hadapan sang adik.
"Baguslah kalau begitu." Masih dengan sikapnya yang dingin, Sasuke mengambil sebuah berkas yang ada di laci meja kerjanya. "Tanpa tanda tanganmu, proyek ini tak akan berjalan lancar."
Itachi mengeluarkan pena Mont Blanc berhias ruby dari saku jasnya. Tanpa ragu ia membubuhkan tanda tangan pada beberapa lembar kertas persetujuan. Sasuke menarik kedua sudut bibirnya. Ia tak menyangka bisa membujuk kakaknya semudah ini.
"Dengan begini, si pirang itu akan menjadi milikku selama satu bulan, bukan?"
"Tiga minggu, Aniki," ralat Sasuke dengan tenang, "Kau sudah menghabiskan masa trialmu selama seminggu. Jadi waktumu hanya tinggal tiga minggu lagi."
"Ah, sayang sekali," keluh Itachi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja Sasuke tanpa memedulikan sang adik yang sudah mendelik tak suka.
"Apa dia benar-benar membuatmu puas? Tak biasanya seorang Itachi mau berlama-lama dengan barang mainannya," tanya Sasuke sedikit menyindir.
Itachi tersenyum miring sambil mengeluarkan rokok.
"Jangan merokok di ruanganku!" desis Sasuke tepat sebelum sang sulung Uchiha menyalakan benda bernikotin itu.
"Isk, cerewet!" Enggan berdebat dengan sang adik, ia pun kembali memasukkan rokoknya. "Dan, ya. Si pirang itu benar-benar membuatku puas. Selalu ada kejutan setiap kami melakukannya. Awalnya dia memang bersikap sangat menyebalkan, tapi sikapnya agak berubah kemarin. Dia jadi terlihat lebih dewasa dan menggairahkan."
Sasuke tersenyum mengejek. "Dia berubah? Mustahil. Anak manja cerewet itu selalu saja membuat masalah. Aku sudah memperingatkanmu, Aniki. Aku tak mau bertanggung jawab selama dia ada di tanganmu."
"Tenang saja, dia akan kujinakkan. Apalagi sekarang dia sedikit lupa ingatan," kata Itachi santai.
"Lupa ingatan?"
"Ya. Kata Orochi, kemungkinan anak itu stress berat. Coba kau bayangkan, setelah ditolak mentah-mentah oleh pria pujaannya, dia harus mengalami hal buruk dengan tenggelam di kolam. Belum juga pulih, kau langsung mengirimkannya ke ranjangku. Ah, kalau dipikir-pikir, aku juga punya andil dengan kondisinya yang sekarang. Sejak kau memberikannya padaku, aku selalu menggempurnya tiap malam," jelas Itachi dengan bangga.
"Kau benar-benar maniak sex, Aniki. Tapi aku tak peduli, aku tak butuh si pirang itu. Jika saja bukan karena budi baik orang tuanya, mungkin sudah sejak dulu aku melemparnya ke jalanan."
"Ohoho, kejam sekali otoutou-ku ini. Apa kau tak takut karma, Sasuke?" goda Itachi sambil menaik turunkan alisnya.
"Karma hanya berlaku untuk orang-orang yang lemah. Dan asal kau tahu, aku tidak lemah!"
"Terserah!" Itachi mengedikkan bahu lalu bangkit dari tempat duduknya. "Oh iya, jangan lupa memasukkan nama Naruto untuk casting film minggu depan. Aku ingin melihat dirinya berjuang."
Sasuke kembali terlihat acuh. Setelah Itachi keluar dari ruangannya, barulah ia bisa bernapas lega.
Naruto ... apa benar dia hilang ingatan karena tertekan??
♢♢♢
Sementara itu di sebuah apartemen mewah lantai teratas, seorang pria berambut pirang menatap langit yang biru di tepi balkon. Perlahan matanya terpejam sambil menghirup udara yang entah mengapa terasa menyesakkan. Tangannya mengepal erat, membiarkan buku-buku jarinya memutih karena kekurangan pasokan oksigen dan darah di bagian tersebut.
"Kenapa? Kenapa bisa sampai seperti itu?" lirihnya dengan air mata berurai. "Apa aku sebegitu buruknya sampai mereka tega memperlakukanku seperti sampah?"
Tak lama kemudian, sebuah benda meluncur indah dari balkon apartemen tersebut. Melayang di udara, menikmati kebebasan, lalu hancur memeluk bumi.
♢♢♢
Ren_Thyazeline
(15 Februari 2018)
![](https://img.wattpad.com/cover/138163326-288-k867778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hope
ФанфикTerbangun di sebuah kamar yang asing dengan tubuh tanpa busana sudah cukup untuk membuat pria berambut pirang itu terkejut. Belum lagi ia harus menerima fakta kalau ternyata ia menjadi jalang di tahun 2018, mundur 32 tahun dari tahun asalnya di 2050...