[18]

5.1K 658 218
                                    

"Naruto, apa kau yakin?" tanya Itachi saat mereka sudah tiba di depan sebuah klub ternama.

"Ya, tak sopan rasanya jika aku menolak undangan rekan kerjaku." Naruto melepas seatbelt-nya dan mendapati Itachi sudah membukakan pintu untuknya.

"Tapi punggungmu?" Itachi masih terlihat khawatir. Bagaimana tidak, siang tadi pemuda pirang ini baru saja terkena pecutan, dan sekarang, malam harinya ia memaksa pergi ke klub karena sudah janji dengan Deidara dan yang lainnya.

Ya, Naruto memang sudah mengatakan hal ini sejak jauh hari. Sebagai bentuk rasa syukur karena Naruto sudah menyelesaikan seluruh scene-nya, maka mereka pun membuat pesta perpisahan kecil-kecilan.

Naruto yang menganggap itu adalah sebuah kesempatan emas untuk merubah image buruk akan dirinya di masa lalu, langsung saja menyetujuinya. Yah, walaupun punggungnya masih terasa sakit, tapi ia tak mau membuat yang lain kecewa.

Hentakkan musik yang keras langsung menyapa gendang telinga Naruto. Lampu-lampu sorot yang menyilaukan cukup mengganggu pandangannya. Untung saja Itachi segera menggandeng tangannya menuju tempat yang lebih nyaman. Jika tidak, mungkin ia sudah terseret oleh orang-orang yang mulai menari dengan liar.

"Yo! Ini dia bintang utama kita," sorak Deidara sambil melambaikan tangannya. Itachi dan Naruto pun langsung mendekat. Di sana sudah ada Hinata, Neji, Toneri, dan beberapa artis lainnya.

"Apa kami terlambat?" tanya Naruto sopan.

"Tidak, tentu saja. Kita akan bersenang-senang di sini. Jadi kau tak perlu mengkhawatirkan apapun," kata Deidara sambil menepuk bahu Naruto.

Naruto hanya tersenyum. Setelah memesan minuman dengan kadar alkohol yang rendah, ia lalu ikut duduk di sofa bersama yang lain.

"Naru, aku ada perlu sebentar. Apa kau baik-baik saja jika kutinggal?" bisik Itachi saat melihat panggilan di layar ponselnya.

"Hei, aku bukan anak kecil. Pergi saja, sana. Tak perlu mengkhawatirkan aku," kata Naruto sambil menyesap minumannya.

Setelah memberi kecupan singkat, Itachi pun langsung pergi meninggalkan si pirang.

"Naru, kau terlihat sangat dekat sekali dengan Itachi-sama. Apa kalian sedang menjalin hubungan?" tanya Deidara santai.

Naruto tersenyum tipis sambil memaikan cairan yang ada di dalam gelasnya, "Tidak juga."

"Hei, kau tak mungkin berciuman jika tak ada sesuatu, bukan?" desak Deidara penasaran.

Naruto memiringkan kepalanya lalu mendekat ke arah Deidara. Ia terlihat membisikkan sesuatu, lalu tanpa aba-aba mencium bibir sang sutradara muda.

Orang-orang yang melihat adegan itu langsung berdecak dan bersiul. Neji yang sempat terkejut langsung menutup mata adiknya dengan telapak tangan.

"Bagaimana, Pak Sutradara?" goda Naruto mengerling nakal.

Deidara yang mendapat serangan tak terduga itu hanya terdiam. Mulutnya menutup rapat dengan tangan terkepal.

"Ah, jalang kembali beraksi."

Sebuah suara yang sudah tak asing. Naruto langsung menoleh dan mendapati Sasuke sedang bersandar sambil memegang minumannya.

"Apa menjadi jalang begitu menyenangkan sampai kau tak tahu tempat?"

Pria berambut kelam itu berjalan mendekat dan meletakkan gelas minumannya di depan Naruto.

Naruto menyeringai, ia bangkit dari duduknya lalu mengalungkan tangannya pada leher Sasuke, "Apa kau juga mau mencobanya lagi, bos?"

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang