[15]

5K 640 92
                                    

Tubuh Naruto dilempar kasar ke atas kasur. Tanpa memedulikan ekspresi si pirang yang ketakutan, Sasuke merobek paksa pakaiannya dan langsung menindihnya.

Ada sedikit rasa bersalah yang ia rasakan saat melihat pria berambut raven yang kalap di atas tubuhnya. Ia tahu kalau ini adalah hal yang salah, tapi ia juga menikmati kesalahan ini.

"Kami-sama, bolehkah sekali ini saja aku bersikap egois?"

Tanpa aba-aba, pria yang sejak tadi berada di atas tubuhnya itu menggeram. Dengan kasar ia memasukkan miliknya ke dalam lubang si pirang tanpa persiapan. Si pirang ingin menjerit, tapi itu semua ia tahan dengan mengigit tangannya sendiri.

"Aku mencintaimu, aku mencintaimu, tapi kenapa kau justru memilih si dobe itu?!" racau Sasuke.

Hantaman semakin kuat. Tubuh si pirang melonjak-lonjak menahan sakit serta nikmat dari tumbukan itu. Sesuatu yang basah diserta rasa perih menjalar di bagian belakang tubuhnya. Si pirang pasrah. Ia rela berbuat curang asalkan merasakan hal yang selama ini ia impikan.



"Naru...."

"Engh!"

"Naru?"

"Ah, ahn!"

"Naruto!"

Bola shapphire terbuka lebar. Di tatapnya onyx yang menatapnya khawatir. Lama pandangan mereka terkunci, sampai si onyx menyeka peluh di dahi pemuda bermata shappire itu.

"Mimpi buruk, hmm?" tanya Itachi lembut sambil membelai surai pirang Naruto.

Naruto hanya memejamkan matanya perlahan sebelum kembali menatap mata kelam yang masih setia menguncinya.

"Mimpi buruk yang nikmat? Aku sampai bergairah saat mendengar desahan dan eranganmu," goda Itachi sambil meremat kejantanan Naruto yang masih menegang dan sedikit basah.

Naruto mengerjap pelan sebelum menyingkirkan tubuh Itachi yang mulai menghimpitnya. "Tinggalkan aku sendiri, Chi," kata Naruto yang langsung duduk dan memegangi kepalanya yang sedikit pening.

"Hei, kau kenapa?" Itachi terlihat khawatir. Walau demam Naruto sudah sembuh, si raven sulung tetap saja khawatir dengan keadaan si pirang.

Semenjak kepulangannya dari mansion Uchiha, sikap Naruto yang memang agak berubah kini semakin pendiam. Itachi pikir itu karena demamnya, tapi kenapa si pirang ini semakin menjaga jarak dengannya?

"Itachi..."

"Hn?"

"Apa benar aku pernah tidur dengan adikmu?"

Mendengar pertanyaan itu Itachi sedikit tersentak. Namun beberapa saat kemudian, sebuah seringai muncul di bibirnya yang seksi.

"Ya, kalian memang pernah tidur bersama. Ah, tidak. Akan lebih tepat jika aku bilang, kau membuatnya menidurimu."

Naruto mengerutkan dahinya tak suka. Jadi mimpi itu benar?

"Hei, memangnya ada apa? Kenapa kau menanyakan hal itu?"

Naruto masih terdiam. Apa mungkin itu penyebab kenapa Sasuke sangat membencinya? Tapi, oh ayolah! Sasuke itu laki-laki, ia tak akan rugi apa-apa walaupun memang Naruto menjebaknya. Bukankah orang seperti Sasuke sering "mencoba" berbagai hal baru di luar sana? Jadi, meniduri seorang pria tampan seperti Naruto bukan masalah besar, bukan?

Sebuah kecupan yang mendarat di bibir Naruto membuat lamunan pemuda pirang itu menjadi buyar. Naruto mendelik pada si tersangka. Itachi justru tersenyum lebar dan kembali melancarkan serangannya.

"Jangan membuat wajah seperti itu, Naru-chan," bisik Itachi seductive.

"Tachi, apa kau ingin membunuhku?" erang Naruto sambil menahan kepala si raven yang terus menghisap kuat nipple-nya.

"Tapi aku tidak tahan," rengek Itachi mendongak ke atas. Shappire bertemu onyx. Naruto tiba-tiba tersenyum lembut sambil mengusap rahang si raven sulung yang begitu menggiurkan.

"Aku akan memberikanmu service special besok," kata Naruto bernegosiasi.

"Eh? Benarkah?" Mendengar kata "service special", mata Itachi pun membulat. Selama ini, Itachilah yang selalu men-service Naruto. Bukannya Itachi tak bisa memaksa Naruto untuk men-service-nya, tapi ia hanya tidak mau kalau Naruto merasa tertekan dan tak nyaman dengan paksaan.

Dan sekarang ... Naruto dengan suka rela akan men-service-nya? Wah, mimpi apa Itachi semalam? Ini adalah sesuatu yang luar biasa!

"Mengapa kau berwajah seperti itu? Apa kau tak mau?"

"Tidak, tentu saja aku mau!" kata Itachi berseri-seri. Baru saja ia akan kembali bicara, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Itachi mengerutkan kening. Setelah memberi isyarat tunggu pada Naruto, si raven sulung pun menjauh menuju balkon.

"Naruto, apa kau ingin jalan-jalan hari ini?" tanya Itachi sekembalinya dari balkon dengan wajah tersenyum.

Naruto mengerutkan keningnya.

"Jalan-jalan?"



Musik yang menghentak keras membuat telinga Naruto berdenging. Ruangan yang redup dengan kilat lampu warna warni membuat matanya sakit. Naruto heran, untuk apa Itachi membawanya ke tempat seperti ini? Jujur saja, Naruto tidak suka keramaian yang dipenuhi bau alkohol.

"Ayo, Sayang." Itachi merangkul pinggang Naruto semakin erat.

Beberapa pasang mata menatap mereka penuh ketertarikan. Naruto sedikit merasa tak nyaman. Entah mengapa tatapan orang-orang itu membuat dirinya merinding.

"Itachi-sama," sapa salah seorang pria tegap dengan jas dan kaca mata hitam. "Tuan Besar sudah menunggu Anda."

"Hn."

Tanpa melepas rangkulannya pada Naruto, Itachi memasuki ruangan khusus yang di jaga ketat oleh para penjaga.

Suasana di ruangan itu tampak lebih tenang. Tak ada lampu kelap kelip, suara bising atau ... ah, ternyata bau alkohol yang kuat kembali ia rasakan.

"Yo, Madara-sama! Kapan kau kembali ke Jepang?" sapa Itachi santai sambil mendudukkan bokongnya di atas sofa empuk berwarna hitam.

Naruto yang sejak tadi mengekor hanya berdiri di belakang Itachi. Ia sadar posisinya. Walau Naruto tak kenal siapa pria dingin yang dipanggil Madara-sama ini, tapi instingnya mengatakan kalau pria itu bukan orang sembarangan. Ia harus menjaga sikap sebelum tahu siapa yang ia hadapi.

"Mainan barumu, eh?" kata Madara menatap Naruto tajam.

"Dia orang yang spesial," ucap Itachi bangga sambil melirik Naruto yang masih berdiri dengan tenang.

"Hmm? Seorang Itachi akhirnya memiliki orang yang spesial lagi? Siapa namamu, Nak?" tanya Madara yang masih menatap Naruto tanpa berkedip.

Naruto semakin merasa tak nyaman. Terlebih ketika ia melirik Itachi yang kini berwajah muram.

"Namaku--"

"Ah, Madara-sama," sela Itachi canggung, "Mengenai barang yang kau minta, kami akan menyiapkannya minggu depan. Kau tak keberatan, bukan?"

Madara yang menyadari kalau Itachi berusaha melindungi pemuda pirang di belakangnya itu langsung menyeringai. Menarik. Semakin dijaga, ia akan semakin tertantang untuk merebutnya.



Ren_Thyazeline

(140318)

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang