Jika kemarin Naruto sesumbar mengatakan bahwa dirinya tampan, kaya, dan multitalenta, maka sekarang yang ingin ia lakukan hanyalah menenggelamkan diri ke dalam lubang buaya.
Dia memang tampan. Kulit berwarna tan-nya begitu eksotik dan menggoda. Jangan lupakan rambut pirang dan mata sejernih lautan yang sudah menjadi trademark sejak pertama ia debut dalam industri hiburan.
Tak ada yang salah dengan penampilannya. Hanya saja ia langsung bergidik ngeri saat melihat koleksi pakaian yang ada di lemari. Merah, orange, kuning. Apa tak ada warna lain yang lebih normal? Bahkan celana dalamnya pun ....
Menggelengkan kepala keras, akhirnya Naruto memilih kemeja kasual berwarna kuning pucat. Setidaknya itu terlihat lebih netral.
Alasan kemarin ia mengatakan kalau dirinya kaya, itu juga tak sepenuhnya salah. Lihatlah semua barang pribadinya, semuanya barang bermerek bahkan ada beberapa yang limited edition.
Ia juga sempat mencari informasi di salah satu situs pencarian tentang latar belakang keluarganya. Ayahnya seorang pemilik perusahaan hiburan yang cukup ternama, sementara sang ibu adalah aktris papan atas yang bahkan beberapa kali membintangi film hollywood. Walau keduanya sudah wafat beberapa tahun yang lalu, seharusnya ia masih punya warisan yang cukup banyak, bukan?
Namun sayang, perkiraannya salah besar. Menurut informasi dari Itachi, Naruto sudah menjual perusahaan ayahnya itu pada pamannya. Walau ada dugaan kalau Naruto dibodohi, tapi itu tidak menutup fakta kalau perusahaannya sudah berpindah tangan.
Lalu bagaimana dengan deposito atau tabungan? Lagi-lagi Naruto hanya bisa merutuki kebodohan Naruto di masa lalu. Semua uangnya habis. Menurut Itachi (lagi) gaya hidup Naruto di masa lalu itu begitu glamour. Ia sering pergi berpesta dan menghamburkan uangnya untuk bersenang-senang. Dan alasan paling menjengkelkan dari tindakannya itu adalah untuk mencari perhatian Uchiha Sasuke yang merupakan bos sekaligus pria pujaannya.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" gumam Naruto sambil menghentak-hentakkan tumitnya ke lantai yang berlapis karpet bulu.
Itachi yang baru saja selesai mandi langsung tersenyum. Helaian rambut basahnya meneteskan setitik air, jatuh meluncur ke dada bidang dan terhenti pada lekukan perut yang tertutup handuk kecil.
"Wajah berpikirmu itu begitu seksi, Naruto. Padahal biasanya kau selalu berisik, lebih suka bertindak ceroboh tanpa berpikir lebih dahulu. Aku jadi ingin mencicipimu lagi," goda Itachi dengan seringainya yang khas.
Naruto memutar bola matanya malas. Si raven mesum ini memang maniak sex. Semalam ia memang meminta Itachi untuk mengajarinya, tapi bukan untuk menghajarnya habis-habisan. Untung saja ia memiliki ketahanan tubuh yang cukup bagus, jika tidak ... mungkin saat ini ia sudah terkapar tak berdaya di atas kasur.
"Jangan bercanda, aku masih sayang dengan milikku. Jadi kau jangan macam-macam!" ancam Naruto sambil melempar bokongnya ke tepi kasur yang empuk.
"Ah, sayang sekali. Padahal aku ingin memberikan ini." Itachi tersenyum jahil sambil melambaikan sebuah kartu kredit dari bank ternama.
Naruto langsung mengerutkan keningnya. "Apa-apaan orang ini, apa dia pikir kalau aku ini seorang bitch?"
"Kau tak suka? Aneh. Padahal Sasuke bilang kalau kau itu materialistis," gumam Itachi sambil menggaruk dagu yang mulai ditumbuhi janggut tipis.
"Berhentilah menilaiku dari sudut pandang orang berengsek itu," ucap Naruto tak suka. "Aku hanya akan menggunakan uang yang kuhasilkan dari keringatku sendiri. Jadi, daripada kau bertingkah konyol, sebaiknya cepat beri aku pekerjaan."
"Pekerjaan? Bukankah pekerjaanmu menghangatkanku di ranjang?"
Naruto tersenyum miring lalu mendekati Itachi yang masih setia dengan handuk kecil yang melilit di pinggangnya.
"Ya, tentu saja. Aku sampai lupa kalau aku punya urusan dengan juniormu."
Bugh!
"Aaarrrgh!! Naruto, sialan kau!"
Dan Naruto pun terkikik senang saat melihat Itachi guling-guling sambil memegangi juniornya yang hampir sekarat karena ditendang si pirang.
●●●
Salam
Ren_Thyazeline
(22 Februari 2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hope
FanfictionTerbangun di sebuah kamar yang asing dengan tubuh tanpa busana sudah cukup untuk membuat pria berambut pirang itu terkejut. Belum lagi ia harus menerima fakta kalau ternyata ia menjadi jalang di tahun 2018, mundur 32 tahun dari tahun asalnya di 2050...