Teruntuk
Yang selalu menunggu fanfict iniThis present special for you 😚
●
○
●Aroma khas rumah sakit menggelitik indra penciuman pasien berambut pirang. Matanya mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang memasuki pupilnya.
"Rumah sakit ...." gumamnya pelan sambil kembali memejamkan mata. "Ah, kenapa aku harus dibawa ke tempat ini?" keluhnya sambil bergerak tak nyaman.
"Itu karena kau pingsan, dobe!"
Naruto yang semula ingin kembali mengistirahatkan diri langsung membuka matanya lebar. Biru bertemu hitam. Dua pasang mata itu saling menatap dalam diam.
"Apa? Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Sasuke tak suka.
"Tidak, aku hanya merasa heran. Kenapa orang sibuk sepertimu mau saja menemani jalang sepertiku di tempat seperti ini?"
Sasuke mendengus kasar. "Kalau bukan karena kakakku yang meminta, aku tak akan sudi mengurusi orang sepertimu."
Naruto tersenyum tipis sambil menahan kesal. Andai saja kepalanya tidak kembali terasa sakit, sudah pasti ia akan menghajar mulut sialan bosnya itu.
"Dokter bilang siang ini kau sudah boleh pulang. Makan obatmu. Iruka akan menjemputmu nanti." Sasuke yang baru saja akan keluar, kembali berbalik menghadap Naruto. "Kontrakmu dengan Itachi tinggal seminggu lagi. Setelah itu kau akan tinggal di mansionku," ucapnya mutlak lalu pergi begitu saja.
Naruto mengepal tangannya kuat. Entah sampai kapan ia akan sanggup bertahan dengan sikap bosnya yang selalu seenaknya itu. Jika saja ia tak terikat kontrak, sudah pasti ia lebih memilih untuk melarikan diri dan mencari pekerjaan lain asalkan tak berhubungan dengan si muka papan yang menjengkelkan.
●
○
●"Babe, my darling, my honey bunny sweety, apa yang terjadi padamu?"
Suara pintu dibuka kasar yang disertai teriakan nyaring mengalun ke seluruh penjuru ruangan. Naruto yang saat ini sedang membaca di ruang televisi apartemen Itachi langsung menutup kedua telinganya. Apa-apaan, orang ini? Di saat semua orang menuduhnya sebagai pria cerewet, ternyata Itachi jauh lebih cerewet lagi.
Namun sayangnya, tak akan ada satupun yang percaya jika Naruto bilang Itachi adalah orang yang cerewet. Jika sudah di luar sana, si raven sulung ini tak jauh bedanya dengan si bungsu. Datar, dingin, dan yang pasti ... menyebalkan!
"Tachi, kau merusak gendang telingaku!" keluh Naruto sambil menutup buku yang tadi dibacanya.
Si tersangka hanya terkekeh lalu memeluk Naruto dari samping. Tanpa menyiakan kesempatan, Itachi langsung menghujani wajah Naruto dengan kecupan. Tak lupa tangan nakalnya mulai menginvasi area sensitif si pirang.
"Chi ...." Napas Naruto mulai terengah, "Apa seperti ini perlakuanmu pada seorang pasien yang baru keluar dari rumah sakit?"
Mata sayu dengan permukaan kulit terasa hangat. Itachi tahu betul kalau pemuda di hadapannya ini belum pulih betul. Tapi siapa peduli? Salahkan pesona Naruto yang selalu sukses menaikkan libidonya.
"Tachi, aku akan benar-benar marah jika kau melakukan lebih dari ini," sengal Naruto saat kejantanannya di remas lembut.
"Hehe, maaf."
Sebuah kecupan mendarat di dahi Naruto. Setelah itu Itachi duduk lebih "normal" sambil menatap Naruto penuh pemujaan.
"Jadi, katakan padaku. Kenapa kau bisa diserang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hope
FanfictionTerbangun di sebuah kamar yang asing dengan tubuh tanpa busana sudah cukup untuk membuat pria berambut pirang itu terkejut. Belum lagi ia harus menerima fakta kalau ternyata ia menjadi jalang di tahun 2018, mundur 32 tahun dari tahun asalnya di 2050...