[17]

5K 667 138
                                    

Susahnya berjalan dengan orang populer itu ... kau akan terus ikut menjadi sorotan dan bahan gunjingan walau kau tak menginginkannya. Begitulah yang dialami Naruto saat ini.

Itachi yang mengantar Naruto ke tempat shooting telah membuat beberapa kru dan artis heboh. Bagaimana tidak? Kakak dari bos besar itu memperlakukan Naruto dengan sangat romantis. Itachi tanpa malu membukakan pintu untuk si pirang, bahkan menggandengnya posesif. Dan jangan lupakan juga ucapan-ucapan manis untuk menggombali si mata biru yang hanya terlihat acuh.

"Naruto-nii, apa kau sudah baikan?"

Hinata adalah orang pertama yang menghampiri Naruto dan menyapanya dengan senyuman. Entah mengapa setiap ia melihat Hinata hatinya akan terasa hangat. Ia menyayangi gadis itu sebagai ... adik.

"Ya, aku sudah lebih baik. Maaf kalau jadi merepotkan kalian semua," kata Naruto sambil membungkuk.

"Hei, hei, apa-apaan kau ini," Deidara mendekat sambil meminta Naruto untuk menegakkan badannya lagi. "Kalau kau bersikap seperti ini, apa kata Itachi-sama? Bisa-bisa kami di anggap sudah mem-bully-mu di sini," tambahnya sambil mengerling pada Itachi yang kini sudah kembali berwajah datar.

"Haha, itu tidak mungkin, Deidara-sama. Itachi dan aku hanya teman, jadi dia tak ada urusannya dengan pekerjaanku," kata Naruto tersenyum lebar.

"Ya, kau memang temannya. Teman tidur lebih tepatnya. Dasar jalang!" gumam seseorang.

"Baiklah, sebaiknya kau segera mengganti kostummu. Kau harus terlihat lebih cantik karena ini scene yang sangat penting, Naruto," jelas Deidara sambil kembali mengerling.

Sebelum Naruto pergi ke ruang ganti, ia meminta Itachi untuk menunggu di cafetaria saja. Sungguh, walau ia terbiasa bersikap profesional, tapi kehadiran Itachi kali ini sedikit membuatnya gugup.

"Apa benar kau tak ingin aku temani?" tanya Itachi menegaskan.

"Ya, kehadiranmu di sini membuat suasananya tak nyaman," ucap Naruto sambil melirik beberapa pasang mata yang masih menatap mereka tajam.

"Ya sudah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik, Babe." Itachi mengecup singkat pipi Naruto lalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Yosh! Ayo semangat!" Naruto melangkahkan kakinya dengan ringan ke ruang kostum. Sudah lama ia tak bertemu sang make up artis yang sudah menyulapnya menjadi geisha menawan itu.

Tanpa ia sadari, sejak tadi seseorang terus mengintainya dengan seringai yang mengerikan. "Mari kita lihat sebaik apa sandiwaramu itu, Naruto."



"Baiklah, ini adalah adegan yang sangat penting," ucap Deidara memberi pengarahan. "Di sini Naruto dan Toneri akan berakting adegan ranjang. Hei, Toneri! Kau jangan sampai khilaf, dan melakukan hal yang macam-macam, ya! Kita hanya akan mengambil gambar yang penting saja karena ini bukan pembuatan AV," tambah Deidara sambil mengerling.

"Tenang saja," jawab Toneri santai.

Naruto sendiri masih asyik dengan naskah di tangannya. Ia sudah hafal naskah itu di luar kepala, hanya saja ia ingin lebih mendalaminya.

Adegan kali ini adalah adegan dimana Naruto sebagai Narumi Fujiwara akan menggantikan Hirumi (Hinata) pada upacara mizuage-nya. Naruto yang tak tega pada gadis itu akhirnya mengorbankan kesucian tubuhnya sendiri. Padahal pada upacara mizuage Narumi sendiri, Akiboshi (Neji)--orang yang telah membayarnya mahal--tak sedikit pun menyentuh tubuhnya karena rasa sayangnya pada geisha itu.

(Note: mizuage adalah upacara pelepasan keperawanan untuk geisha yang cukup umur)

"Sungguh cerita yang sangat tragis," gumam Naruto menutup naskah. "Sudah mengorbankan kesucian, mendapat hukuman mati, pula. Apa rasa putus asa bisa membuat otak seseorang menjadi bodoh seperti itu?"

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang