[14]

5.2K 652 154
                                    

Wajah Sasuke terlihat kusut ketika tangannya sibuk memeras handuk kecil dalam bejana yang berisi air dingin. Sesekali ia mengumpat ketika mengganti kompres yang menempel di dahi si pirang yang masih tak sadarkan diri.

Sasuke dihukum ibunya. Setelah mengetahui kalau si raven juniorlah yang meninggalkan si pirang di tengah jalan, ditambah dengan tantangan menari yang dia ajukan, Mikoto pun marah besar. Nyonya Uchiha itu langsung meminta Sasuke untuk bertanggung jawab merawat Naruto sampai benar-benar sembuh. Sasuke tak diizinkan untuk meninggalkan kamar tamu yang ditempati Naruto, sampai Naruto sadar dan mau memaafkannya.

"Ugh, kau benar-benar merepotkan, dobe!"

Si pirang mengerutkan dahi. Ia terlihat sangat gelisah. Bibirnya menggumamkan sesuatu yang tak jelas. Melihat hal itu, Sasuke pun kembali mendengus.

"Sas ... maaf ...."

Sasuke tertegun. Buliran bening mengalir di pipi pemuda yang masih tak sadarkan diri. Ia terlihat begitu tersiksa. Namun, Sasuke sama sekali tak peduli dengan semua itu.

"Jika kau pikir aku akan tertipu untuk kedua kalinya, maka kau salah besar, dobe!"

Ingatan Sasuke pun berputar pada kejadian setahun yang lalu. Sasuke sadar betul, Naruto yang merupakan salah satu artis yang berada di bawah naungan perusahaannya itu tergila-gila padanya. Namun ia tak begitu menghiraukan, karena yang tergila-gila padanya bukanlah Naruto seorang.

Semua masih berjalan seperti biasa, Naruto yang agresif dan Sasuke yang dingin. Hingga suatu hari sikap Naruto berubah total menjadi pemuda manis yang penurut. Ia tak lagi secara terang-terangan mengejar Sasuke. Ia juga mulai serius dengan semua pekerjaannya.

Melihat perubahan itu, Sasuke mulai merubah pandangannya. Walau bagaimana pun Naruto adalah putra satu-satunya dari Minato, pria yang berjasa besar dalam hidupnya. Perlahan hubungan mereka menjadi dekat layaknya sahabat.

"Sasuke, apa kau ada waktu malam ini?" tanya Naruto di depan meja kerja si raven junior kala itu.

"Aku ada janji dengan Sakura. Memangnya ada apa?" tanya Sasuke balik, tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen yang menumpuk.

Naruto terlihat gugup. Ia meremat jemarinya yang agak sedikit basah karena keringat. "Aku hanya ingin mengajakmu minum di klub. Tapi kalau kau ada acara dengan Sakura-chan, sepertinya aku tak boleh mengganggu."

Senyum ceria kembali terukir. Sasuke sama sekali tak memerhatikan senyuman penutup kepedihan itu. Saat ini ia begitu disibukkan oleh pekerjaan juga acara pertunangannya dengan gadis pujaan.

Sasuke dan Sakura sebentar lagi memang akan bertunangan. Pemuda raven itu begitu terpesona dengan salah satu artis berbakat berambut merah muda itu. Selain cantik, Sakura juga begitu lembut dan anggun. Tidak hanya itu, dengan latar belakangnya sebagai pewaris rumah seni Haruno, ia merupakan gadis yang paling cocok untuk mendampingi Uchiha bungsu yang begitu sempurna.

Namun malang tak dapat ditolak. Secara tidak sengaja ia mendengar Sakura yang menangis sambil berkeluh kesah dengan sahabatnya, Ino. Ia mengaku kalau sebenarnya ia tak mencintai Sasuke. Sejak dulu ia hanya mencintai Naruto, sahabat sekaligus pangeran pujaannya sejak kecil.

Sakura ingin sekali menolak pertunangan ini. Tapi, siapa yang berani menentang kehendak seorang Uchiha? Belum lagi Sakura juga mengetahui fakta bahwa Naruto hanya menganggapnya adik, tak lebih. Hati pemuda itu sudah sepenuhnya diberikan pada Sasuke. Ia sangat membenci hal itu, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.

Terkejut dengan fakta yang baru saja ia ketahui, pikiran Sasuke langsung kalut. Ia merasa tak terima jika ia kalah dengan pemuda gay yang sangat menjijikan di matanya. Berusaha melampiaskan kekesalan, akhirnya Sasuke pun pergi ke klub untuk menenangkan pikiran.

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang