[9]

4.9K 631 70
                                    

Keheningan di dalam mobil ber-interior mewah itu sedikit membuat Naruto tak nyaman. Sejak kejadian di ruang ganti, Sasuke kembali tak banyak bicara. Ia hanya menggumamkan "Hn" atau menggerakkan bola matanya saat berkomunikasi dengan si pirang.

"Menyebalkan!" gumam Naruto sambil menempelkan keningnya di kaca mobil.

Sasuke sekilas melirik Naruto lewat sudut matanya. Ia mendengus, lalu kembali fokus menatap jalanan yang tak lenggang.

"Ne, Sasuke. Mengapa kau sangat membenciku?" bisik Naruto pelan, hampir tak terdengar.

"Kau mengatakan sesuatu?" Sasuke menghentikan mobilnya di depan restoran klasik jepang yang sangat mewah.

"Tidak," elak Naruto sambil melepas sabuk pengamannya. Saat pemuda itu baru saja ingin membuka pintu, Sasuke sudah berdiri di luar dan membukakan pintu untuknya. Aneh. Tapi Naruto tak begitu memedulikannya.

Masuk ke dalam restoran mewah, seorang wanita cantik ber-yukata sudah siap menyambut. Dengan sangat anggun ia mengantar kedua tamunya ke sebuah ruang khusus yang begitu mewah.

"Owh, my babe. Bagaimana kabarmu hari ini, sayang?" sambut Itachi yang langsung memeluk Naruto dan mengecup pipi si pirang.

"Baik," jawab Naruto asal dan langsung duduk di salah satu zashiki empuk yang sudah disiapkan.

"Owh, kau masih saja bersikap dingin padaku. Padahal aku sudah repot-repot menyiapkan semua ini untukmu," rajuk Itachi tanpa memedulikan Sasuke yang mulai jengah dengan interaksi dua sejoli itu.

"Dingin atau tidak kurasa itu tak masalah selama aku bisa menghangatkan ranjangmu, bukan begitu?" ucap Naruto frontal sambil melirik Sasuke yang kembali memasang wajah datarnya.

"Owh, Narutoku memang yang terbaik!" peluk Itachi sambil mulai menciumi leher si pirang.

"Ehm!" Dua orang wanita cantik memasuki ruangan itu sambil membawa peralatan untuk upacara meminum teh. Dengan sopan mereka membungkuk memberi salam lalu mulai menata peralatannya.

"Apa ini kejutan untukku, Tachi?" tanya Naruto yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Itachi.

"Bukankah aku sudah berjanji akan selalu membantumu, sayang? Sesuai yang kau inginkan, mulai besok kau bisa mulai belajar untuk upacara minum teh di Yamanaka tea house dan juga belajar tarian tradisional di sanggar Haruno. Apa itu cukup?"

Naruto mengangguk penuh semangat. Wajah yang tadi terlihat malas kini berbinar penuh cahaya. Senyumnya mengembang. Tanpa peduli orang-orang yang masih ada di tempat itu, Naruto langsung memeluk Itachi dan mencium kedua pipinya.

"Terima kasih, Tachi. Kau memang yang terbaik!" seru Naruto gembira.

"Apapun untukmu, sayang," senyum Itachi sambil memegang kedua pipinya dengan takjub. Ciuman di pipi? Siapa sangka ciuman ringan ini terasa jauh lebih menggairahkan daripada ciuman panas di atas ranjang.

Sasuke memutar bola matanya malas. "Dasar murahan," gumam pemuda itu sambil kembali memperhatikan dua wanita cantik berkimono yang sudah hampir selesai menyiapkan tehnya.

Walau sangat pelan, Naruto dan Itachi tentu saja dapat mendengarnya. Itachi terdiam, menunggu reaksi Naruto atas ejekan itu. Namun sayangnya, si pemuda pirang justru terlihat acuh pura-pura tak mendengar. Dan itu tentu saja membuat Itachi semakin tertarik.

"Silakan tehnya, Tuan," kata wanita muda berambut kuning pucat sambil menyuguhkan tiga gelas teh pada para tamunya.

"Terima kasih, Ino. Tehmu memang yang terbaik," puji Itachi sambil menyesap tehnya.

"Pintar menggombal seperti biasanya," sindir wanita itu sambil tersenyum anggun. "Apa ini Tuan Uzumaki yang akan belajar besok?" tanya Ino mengalihkan perhatiannya pada Naruto.

"Benar. Perkenalkan, namaku Uzumaki Naruto. Mohon bimbingannya, Nona Ino," ucap Naruto tersenyum sopan.

"Aih, manisnya. Apa kau mau bekerja di tempatku saja, Uzumaki-san? Aku tak yakin kau akan aman jika bekerja dengan dua Uchiha ini," tawar Ino sambil melirik penuh arti pada duo Uchiha.

"Hei, bicara apa kau, Ino? Jangan menakut-nakuti Narutoku," protes Itachi pura-pura marah.

Melihat pertengkaran kedua orang itu, mau tak mau Naruto pun terkikik. Tangannya yang ramping berkulit tan menutupi bibir cerrynya yang menawan. Anggun. Sebuah gerakan elegan yang tak dibuat-buat.

"Eh? Kalian kenapa?" tanya Naruto polos saat orang-orang yang berada di ruangan itu menatapnya tak percaya. "Kenapa orang-orang ini? Apa mereka sedang melihat hantu?" Agak takut Naruto menengok ke kanan dan kirinya. Kosong. Tak ada apa-apa di sana.

"Kyaa!! Itachi, berikan Naruto padakuu!!" teriak Ino histeris.

Sadar kalau pewaris keluarga Yamanaka sekaligus teman baiknya ini mulai kambuh jiwa fujoshinya, Itachi pun segera meminta wanita lain yang tadi menemani Ino untuk segera pergi. Walau terus memberontak, akhirnya Ino pun bisa diamankan.

"Mengerikan," gumam Naruto sedikit merinding.

"Lupakan saja, sayang. Bagaimana kalau kita mulai pesan makanan saja?" tawar Itachi mengalihkan perhatian. "Kau ingin makan apa?"

Baru saja Naruto akan buka suara, Sasuke langsung memotong ucapannya. "Pesankan saja menu yang paling mahal. Anak manja ini lebih mengutamakan gengsi daripada rasa dari makanan itu sendiri."

"Eh, benarkah itu Naruto?" tanya Itachi mengkonfirmasi.

"Ramen," ucap Naruto sambil menunduk.

"Eh? Apa katamu?"

"Aku ingin ramen."

●○●

Ren_Thyazeline

(25 Februari 2018)

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang