Di ruang make up, Naruto mengenakan sebuah kimono berwarna ungu dengan corak bunga peoni perak. Wajahnya sedikit diberi polesan, dan di kepalanya terpasang sebuah wig panjang dengan warna yang sama dengan rambut aslinya.
Wanita yang merias Naruto terperangah dengan hasil karyanya sendiri. Beberapa kali ia mengerjapkan mata, tapi sosok anggun nan menawan itu tetap berdiri di hadapannya sambil tersenyum manis.
"Sasaki-san, apa Anda baik-baik saja?" tanya Naruto sedikit memiringkan kepalanya.
"Ah, a-aku ...."
Cairan merah kental menetes dari hidung wanita itu. Dengan segera ia menarik beberapa helai tisu yang ada di meja rias lalu menyumpalkannya ke hidungnya yang mimisan.
"Hidungmu berdarah, apa kau yakin baik-baik saja?" tanya Naruto meyakinkan.
Wanita itu tertawa canggung. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang sempat-sempatnya berpikiran mesum.
Naruto bukan seorang trans, ia yakin akan hal itu. Namun setelah diberi sedikit riasan, wajahnya yang menawan itu jadi terlihat cantik. Bukan cantik seperti kebanyakan wanita, ia terlihat begitu anggun bagai seorang ratu yang penuh kharisma.
Dan saat menyadari hal itu, tiba-tiba saja ia berkhayal ada seorang raja tampan yang memperistrinya. Salahkan otak mesumnya yang selalu diberi asupan novel dan manga yaoi. Memikirkan Naruto mendesah di bawah raja yang gagah telah membuatnya hilang kendali sampai mimisan.
"A-aku baik-baik saja. Mungkin cuacanya terlalu panas. Setelah beristirahat sebentar, aku akan lebih baik," kata wanita bermarga Sasaki itu sambil membereskan beberapa make up.
"Apa kau yakin? Jika kau mau, aku bisa minta tolong Iruka-san untuk ...."
"Tidak, tidak, kau langsung saja ke lokasi, Naruto. Tidak baik membiarkan mereka menunggu lama," lagi-lagi wanita itu menolak dan mendorong tubuh Naruto untuk keluar dari ruang make up.
"Ah, baiklah jika begitu," Naruto membalikkan badan lalu mengecup pipi wanita itu kilat. "Terima kasih atas kerja kerasnya." Dan Naruto pun pergi didampingi Iruka yang memang sejak tadi sudah menunggu di luar.
"Ah, aku pasti bermimpi," gumam Sasaki sambil menatap punggung Naruto yang semakin menjauh.
Awalnya, ia ingin protes saat diminta untuk menjadi penata rias Naruto. Oh, siapa yang tak tahu catatan buruk pemuda itu? Selain sombong, ia juga sering marah-marah dan menyalahkan tim periasnya jika ada sedikit saja kesalahan dalam make up-nya. Buruk rupa, cermin dibelah. Itulah ejekan para penata rias di belakangnya.
Tapi siapa sangka, pemuda yang menjadi tanggung jawabnya ini sangatlah ramah dan penyabar. Bahkan ia juga sangat perhatian.
Apakah Naruto yang mereka bicarakan dengan Naruto yang diriasnya tadi adalah orang yang berbeda? Bingung dengan pikirannya sendiri, akhirnya Sasaki pun kembali ke ruangannya.
Tak jauh dari ruangan make up itu, seorang pemuda berambut raven yang disisir melawan gravitasi, berdiri sambil melipat tangan. Ia melihat semua kejadian itu, termasuk sebuah kecupan yang disertai senyum yang menawan.
"Apa dia benar-benar Naruto?"
●○●
Salam
Ren_Thyazeline
(24 Februari 2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hope
Hayran KurguTerbangun di sebuah kamar yang asing dengan tubuh tanpa busana sudah cukup untuk membuat pria berambut pirang itu terkejut. Belum lagi ia harus menerima fakta kalau ternyata ia menjadi jalang di tahun 2018, mundur 32 tahun dari tahun asalnya di 2050...