"Jadi, pekerjaan apa saja yang sudah Anda siapkan untukku?" tanya Naruto sambil menyesap teh lemonnya.
Pria yang memiliki luka melintang di bawah matanya itu terlihat tenang sambil membuka buku catatan bersampul hitam. Sesekali ia melirik Naruto yang terlihat agak berbeda hari ini. Selain bahasanya yang lebih sopan, pemuda ini juga bersikap lebih elegan.
"Karena Anda sakit cukup lama, ada beberapa pekerjaan Anda yang di cancel," jelas pria yang bernama Iruka itu hati-hati.
Naruto mengerutkan keningnya, sedikit berpikir. "Apa itu pekerjaan penting?"
"Hanya beberapa talk show dan menjadi bintang tamu di acara musik."
Naruto mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, lalu menyangga dagunya dengan tangan yang lain. "Hmm, sepertinya itu memang tidak penting," gumam Naruto kemudian. "Katakan Iruka-san, apa selama kau menjadi manajerku, sikapku sangat menyebalkan?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, kontan saja Iruka terkejut. Ia bingung harus berkata apa. Selama ini Naruto memang begitu menyusahkan. Sebagai artis kelas dua, Naruto terlalu sombong dan banyak maunya. Itulah sebabnya jarang ada yang mau menggunakannya kalau tak mau mendapat masalah.
"Ah, sepertinya aku benar." Mendorong kursinya mundur, Naruto langsung berdiri dan membungkuk hormat secara sempurna. "Maafkan atas sikapku yang dulu. Mulai sekarang, maukah Anda menganggapku sebagai teman? Kita adalah partner, jadi kuharap tak ada kekakuan lagi di antara kita."
Mata terbelalak, Iruka hampir saja tak percaya dengan apa yang diucapkan Naruto saat ini. Apa ia sedang bermimpi?
"Iruka-san?"
"A-ah, maaf. Te-tentu saja, Uzumaki-sama," jawab Iruka tergagap.
"Naruto untukmu, Paman."
Senyum secerah matahari terlukis indah di wajah Naruto. Iruka terperangah. Senyum ini ... entah mengapa ia begitu merindukan senyum cerah yang begitu tulus ini. Apa Narutonya sudah kembali??
●○●
Sambil menunggu Itachi kembali, Naruto asyik membaca lembaran naskah film drama klasik yang diberikan Iruka tadi.
Iruka terlihat begitu tersentuh dan memberitahukan kalau sebenarnya ada satu tawaran bermain film drama untuk Naruto. Awalnya Iruka ingin menolak kontraknya. Selain perannya cukup rumit, ia juga tak yakin kalau Naruto mau memainkannya. Tapi siapa sangka, Naruto yang terkenal pemilih itu mau memainkan film drama klasik.
"Hmm, menjadi geisha, ya?" gumam Naruto sambil mengetuk-ngetuk meja dengan ballpoinnya. Ia sudah membaca naskah itu beberapa kali dan memberikan catatan-catatan kecil di kertas tersebut. Walau ia hanya menjadi peran tambahan, tapi tugasnya cukup rumit. Ini adalah film pertamanya setelah tiba di Konoha. Ia ingin yang terbaik dan membuktikan pada Uchiha bodoh itu kalau ia bukan sekedar penghangat ranjang yang tak berguna.
"Ini naskah apa?" tanya Itachi yang entah bagaimana sudah berdiri di samping Naruto dan mengambil lembaran naskah itu dari tangannya. "Whoaa, Broken Butterfly? Bukankah ini film drama lama?"
Naruto mengangguk, lalu mengambil jus jeruk yang sejak tadi menemaninya membaca. "Ya, itu remake ulang," jawab Naruto santai sambil menyesap jusnya.
"Lalu, apa peranmu di sini? Menjadi pemain tambahan yang hanya lewat saja? Atau kau menjadi prajurit yang ditusuk langsung mati?" goda Itachi sambil mendudukkan bokongnya di sofa yang diduduki Naruto.
Pemuda beriris biru itu menatap Itachi malas sambil menyingkirkan tangan mesum yang mulai menyelusup ke balik kaus Naruto. Mendapat penolakan seperti itu, Itachi pun cemberut.
"Kau mau tahu apa peranku?" tanya Naruto yang tiba-tiba tersenyum penuh arti.
"Memangnya apa?"
Menaikkan kedua kakinya ke atas sofa, Naruto berpose seperti kucing nakal mendekati Itachi. "Narumi Fujiwara," bisik Naruto sensual di telinga Itachi.
Mendengar nama itu, Itachi pun terbelalak. Siapa yang tak tahu tokoh Narumi Fujiwara dari film Broken Butterfly. Walau tokoh itu hanya tokoh pendamping, tapi perannya cukup banyak mencuri hati para penontonnya.
Seorang tokoh pria cantik yang menjadi geisha dan sangat berbakat. Demi melindungi kehormatan sahabat wanita yang merupakan tokoh utama, ia rela mengorbankan dirinya sendiri pada acara mizuage sahabatnya itu. Pada akhirnya, Narumi pun dihukum dengan seratus cambukan dan mati dengan tragis.
"Kau menjadi Narumi?" tanya Itachi memastikan.
Naruto mengangguk penuh percaya diri. "Untuk mendalami peranku itu, aku butuh biaya. Jadi, bolehkah kutarik lagi omonganku dan meminjam kartu kreditmu?"
Mendengar hal itu, Itachi pun menyeringai.
"Te-tenang saja, jika honor pertamaku sudah keluar aku akan segera membayarnya," tambah Naruto meyakinkan.
Itachi bangkit dari duduknya dan langsung memenjarakan Naruto di atas sofa.
"Aku tak butuh uangmu. Bagaimana kalau kau membayarnya dengan cara yang lain?" seringai Itachi dengan tatapan mesumnya.
"Ah, aku sudah mengira akan berakhir seperti ini," keluh Naruto terlihat pasrah.
●○●
Ren_Thyazeline
(23 Februari 2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hope
FanfictionTerbangun di sebuah kamar yang asing dengan tubuh tanpa busana sudah cukup untuk membuat pria berambut pirang itu terkejut. Belum lagi ia harus menerima fakta kalau ternyata ia menjadi jalang di tahun 2018, mundur 32 tahun dari tahun asalnya di 2050...