Chapter 9

7 0 0
                                    

Ming Tse lama menunggu pesan dari Haruka. Ia begitu penasaran seperti apa wajah anak mantan istrinya itu.

"Ah, Mengapa ia lama sekali membalas pesan dariku?" Celotehnya seorang diri. "Kira-Kira, Seperti apa rupa anak itu? Apa itu anakku?"

"Apa saat kutinggalkan, dia sedang hamil?"
"Tapi, kenapa dia tidak bilang kalau saat itu dia tengah hamil muda?"
"Aaaah, Sial. Kenapa aku jadi gelisah begini, sih?"

Ia pun baru sempat membaca pesan yang sudah dikirimkan Jia sedari siang. Setelah membacanya, Ming Tse memutuskan akan pergi ke Korea minggu depan.

TRING~

Pesan masuk ke ponsel Jia yang sedang makan malam juga di rumahnya bersama Hiroki.

Tentu dong, Sayang. Ayah akan hadir di pesta pernikahanmu. Minggu depan ayah akan kembali ke Korea untuk menemuimu. Bisa kau carikan ayah tiket di tanggal segitu?

Jia hanya tersenyum kecil saat membaca pesan dari ayahnya tersebut.

Tentu.
Balasnya sambil tersenyum kecil.

"Siapa?" Tanya Hiroki kemudian.
"Ayah." Jawab Jia.
"Papa? Mau apa dia?"
"Bukan urusanmu. Saat makan, tidak baik terlalu banyak bicara."
"Baiklah. Aku akan diam."

Suasanapun menjadi hening seketika.

"Apa aku sanggup menjalani pernikahan yang seperti ini?" Umpat Hiroki dalam hati sambil melahap kentang goreng didepannya.

Sang pelayan datang dengan membawa sebotol anggur besar untuk diminum Jia bersama Hiroki. Dia menuangkan anggur itu ke masing-masing gelas milik Jia dan Hiroki.

Jia menggoyang-goyangkan gelasnya sambil mencium sebentar aroma wangi anggur tersebut kemudian meminumnya.

Gayanya yang anggun saat meminum anggur, membuat wajah Hiroki merah tak karuan. Bahkan, saking malunya, Hiroki tak berani menatap wajah Jia saat itu.

Sang pelayan menyalakan sebuah alunan musik klasik supaya terkesan lebih romantis.

Hiroki bangkit berdiri, merayu Jia tuk berdansa dengannya. "Maukah kau berdansa denganku?"

"Eh?"
"Ayolah."
"Tapi, Aku tak bisa berdansa."
"Tak apa-apa. Aku akan mengajarimu."

Jia menerima uluran tangan dari Hiroki. Hiroki pun segera menariknya serta memeluk Jia.

DAG! DIG! DUG!

Mata mereka saling bertemu. Hiroki segera mengalihkan perhatiannya dengan mengajari Jia berdansa agar seiring dengan gerakannya.

"Apa yang harus kulakukan?"
"Ah, Pertama-tama, pegang tanganku seperti ini. Lalu letakkan sebelah tanganmu dipinggangku."
"Seperti ini?"
"Yep. Maka aku juga akan memegang pundakmu." Lanjut Hiroki. "Seperti ini."

Hiroki menatap tajam wajah Jia. "Kau sudah siap?"

Jia menganggukkan kepalanya. Menandakan ia siap. Mereka mulai berlatih dansa bersama. Hiroki melangkahkan kakinya ke kiri, sedangkan Jia malah ke arah sebaliknya.

"Ikuti gerakanku. Samakan gerakanmu denganku." Protes Hiroki.

Jia mulai mengikuti gerakannya agar sesuai dengan gerakan Hiroki. "Seperti ini?"

"Ya."

Mata mereka saling bertemu kembali. Jia oleng dan nyaris terjatuh. Hiroki segera menyanggahnya dengan kedua tangannya. Lagi-lagi mata mereka saling bertemu dan bertatap-tatapan selama beberapa detik.

Hiroki menarik Jia hingga bibir mereka saling bertemu. Keduanya saling melotot karena kaget. Di tambah lagi, mata Jia merem melek, kedap-kedip gak jelas.

Jia segera meleraikan diri. Namun Hiroki seakan ingin menciumnya lebih dari itu. Hingga ia melanjutkannya dengan menciumnya lebih ganas dari itu. Ia tak peduli saat itu para pelayan Jia ada di situ beserta para pengawalnya.

Para pelayan serta pengawal yang ada di situ pun ikutan kaget. Ada yang berkaca-kaca, ada pula yang tersipu malu saat melihat mereka berciuman.

Jia menghentikannya sebelum Hiroki melanjutkannya lebih dari itu. Meski sudah menolak, Hiroki tetap memaksanya tuk berciuman.

Hal ini sungguh membuat tidak nyaman para pegawai Jia yang tengah berada disana menyaksikan kejadian ini.

Tapi, kali ini Jia benar-benar menolaknya. Ia takut Hiroki berbuat lebih dari ini dan nekat melakukannya. Untuk itu, usai berciuman, Jia langsung pergi meninggalkannya ke kamar.

Hal ini benar-benar membuat hati Hiroki hancur. Ia tak tahu lagi harus bagaimana membuat calon istrinya itu bisa mencintainya serta menerimanya sepenuhnya.

"Hah, Sabar, Hiroki. Sabar..." Dumam Hiroki dalam hatinya.

"Sampaikan pada nona kalian, kalau aku pamit." Ujarnya kemudian dengan memakai bahasa Korea, dan pergi meninggalkan semuanya.

"Baik."

Para pegawai Jia mengantar Hiroki sampai mobilnya. Mereka memberikan penghormatan dengan membungkukkan badan ketika mobil Hiroki pergi. Jia pun ikut mengantar kepergiannya dengan melihat Hiroki dari balik tirai jendela kamarnya.

THE BIG SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang