Chapter 11

6 0 0
                                    

Haruka berolah raga dengan berlari di pagi hari. Hal itu biasa dilakukannya selama di Jepang. Dengan rambut di kuncir kuda, memakai pakaian setengah terbuka di area perut, serta celana training, sepatu sport juga earphone yang menempel di kupingnya membuatnya terlihat begitu seksi bagi para pria yang melihatnya.

Ia menjadi pusat perhatian saat itu. Seluruh mata melihat ke arahnya.

"Wooaaah, pemandangan segar ini!" Teriak salah seorang pria yang tak berada jauh di hadapannya.

"Yes! Ini baru yang namanya pemandangan!" Ujar pria hidung belang lainnya.

Haruka berhenti dan mengambil kuda-kuda pemanasan. Salah seorang pria hidung belang mencoba untuk merayunya dan ingin menyentuhnya. Tapi dengan sigap pria itu langsung dibantingnya ke lantai hingga membuat pria itu nyaris patah tulang.

Bagaimana tidak? Haruka adalah mantan juara satu lomba kejuaraan Judo di Jepang. Melihat hal itu, para pria lainnya menjadi segan dan tak berani padanya lagi.

Haruka melanjutkan aktivitasnya dan kembali ke rumah Serrah. Sesampainya di rumah, ia berpasasan dengan Serrah yang hendak pergi ke kantor.

PRANG!

Tak lama, terdengar bunyi sesuatu dari arah dalam rumahnya. Keduanya langsung masuk ke dalam.

"Ibuuu !!!" Teriak Serrah kemudian.

*****

Jia sedang mencarikan tiket murah untuk Ming Tse, ayahnya, yang akan pulang ke Korea minggu depan.

Tapi, Tak di temukannya tiket yang sesuai dengan jadwal yang di inginkannya.

Ayah. Semua tiket di hari yang kau minta itu penuh. Apa kau ingin menggantinya di hari lain?

Tanya Jia dengan mengirimi Ming Tse SMS.

Tidak usah! Biar ayah yang cari sendiri kalau begitu. Terima kasih, ya.

Balas Ming Tse. Jia pun kembali membalaskan hanya dengan mengetikkan satu kata, yaitu OK.

Ponsel Jia pun berdering. Sebuah telepon masuk dari Kim Serrah yang saat ini sedang berada di rumah sakit.

"Maafkan aku, Direktur. Apa aku boleh ijin tidak masuk hari ini?"
"A, Apa katamu?"
"Ibuku mendadak pingsan. Jadi aku membawanya ke rumah sakit."
"Apa? Kenapa?"
"Aku akan mengabari anda lagi."

TUT! TUT!
Serrah mengakhiri teleponnya.

"Aish! Anak ini... Setidaknya beritahu kek, di rumah sakit mana dia membawa ibunya berobat?"

Jia memberikan sebuah SMS lagi pada Serrah. Hei! Kau ada di rumah sakit mana?

****

Haruka langsung mengabari Ming Tse saat itu juga, bahwa mantan istrinya sedang sakit dan saat ini sedang berada di rumah sakit.

Sesudah membaca pesan yang dikirim kepadanya, tanpa pikir panjang lagi, Ming Tse langsung menyuruh supirnya tuk pergi ke bandara. Ia akan kembali ke Korea hari itu juga.

Untung saja ia masih kedapatan tiket tuk kembali ke Korea.

Serrah terus menunggu ibunya yang tengah diperiksa dokter. Dengan penuh kegelisahan dan kekhawatiran ia terus mondar-mandir sampai membuat Haruka yang melihatnya pun ikut pusing.

"Hei! Bisa tidak, Sih, Kau itu duduk? Pusing aku melihat kau bolak-balik seperti itu!"

"Apa? Kau minta aku tenang? Mana bisa aku tenang, Hah? Sementara ibuku sedang berjuang mempertahankan hidupnya di dalam? Apa kau sudah gila?" Oceh Serrah dalam bahasa Korea. Membuat Haruka kembali seperti patung.

"Oh, Wow! Tenang, kawan. Tak usah marah-marah seperti ini juga kali." Ujar Haruka.

Tak lama, sang dokter keluar memberikan kabar bahwa ibunya baik-baik saja. Ia mengatakan, bahwa sang ibu sudah tua, kondisinya mulai melemah. Untuk itu, ia disarankan untuk tidak usah bekerja, jangan banyak pikiran, dan dianjurkan untuk istirahat total atau bed rest.

Haruka tampak seperti orang bodoh. Ia tak mengerti sama sekali apa yang dibicarakan dokter kepada Serrah.

TRING~

Sebuah pesan masuk ke ponsel Haruka. Mengatakan bahwa Ming Tse sedang dalam perjalanan menuju Korea selatan dan akan tiba dalam beberapa jam.

'Apaaa?" Kagetnya dalam bahasa Jepang.

Sang dokter dan Serrah pun melihat ke arahnya. Haruka pun malu dan memintaa maaf kepada keduanya.

"Kalau begitu, Saya permisi dulu." Pamit sang dokter kemudian.

"Ah, Iya. Terima kasih." Jawab Serrah sambil membungkukkan badan.

Serrah masuk kedalam untuk melihat keadaan ibunya. Tak lama ia mendapat telepon dari Jia yang menanyakan di rumah sakit mana ia berada sekarang.

Jia menelponnya karena kesal menunggu balasan SMS darinya. Sesudah mendapat kabar, Jia langsung mengambil kunci mobil dan bergegas menuju rumah sakit.

Serrah iba melihat ibunya terbaring lemah di ranjang rumah sakit di karenakan kondisinya yang rentan akibat menua.

So Min akhirnya membuka kedua matanya. "Dimana aku?"

"Ibu di rumah sakit."
"Apa? Kenapa ibu bisa ada di sini?"
"Ibu pingsan tadi. Aku takut ibu kenapa-napa, Makanya ibu langsung kubawa kemari."
"Tapi, Nak... Kenapa kau bawa ibu ke rumah sakit? Biaya rumah sakit kan mahal."
"tak apa-apa, Bu. Ibu tak usah pusingkan soal biayanya. Biar aku saja yang bayar. Lagi pula, sudah kubilang kan, biar aku saja yang cari uang."

"Ibu sudah tidak apa-apa." Ujar So Min sok gagah. "Kau lihat kan?"
"Ibuuu..."
"Baiklah! Baiklah! Ibu akan istirahat."

Ming Tse sudah berada di dalam pesawat. Mungkin dia akan tiba dalam beberapa jam lagi.

"So Min. Aku rindu padamu, juga anak kita. Seperti apa rupamu dan anak kita sekarang? Aku penasaran." Ujar Ming Tse dalam hatinya sambil melihat kearah jendela. "Apa kau masih ingat padaku?"

THE BIG SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang