Matahari pagi telah menusuk mata. Jia akhirnya tebangun dari tidurnya.
"Ah..." Ujarnya kemudian. "Kepalaku sakit."
"Akhirnya kau sadar juga." Jawab Serrah."Eh? Memangnya, Apa yang terjadi?"
Serrah memilih untuk tidak menceritakan pada Jia soal kejadian dimana dirinya telah menciumnya semalam serta merahasiakan kejadian ini dengan tidak akan pernah mengungkitnya lagi.
"Ah, Tidak apa-apa."
Mendadak Jia merasa mual dan langsung menuju toilet yang berada dalam kamar. "Hoeeek!"
Serrah segera menyusulnya. "Kau tak apa-apa?"
Jia menyudahi aksinya dengan membasuh kedua tangannya sambil sesekali melap mulutnya yang kotor akibat muntahan tadi.
"Ah, Iya. Sepertinya aku mabuk kemarin."
Ia pun kembali teringat akan kejadian semalam dimana dirinya mencium Serrah. "Aih..." Keluhnya kemudian sambil menahan malu.
"Ng? Kenapa?"
Jia membalikkan badannya ke arah Serrah yang sedang berdiri dibelakangnya. "Serrah!"
"Ya?"
"A, Anu! Apa semalam aku..." Ujar Jia terbata-bata. "Aku..."GLEK!
"Aku apa?"
"Apa semalam aku mabuk? Apa aku ada berbuat macam-macam padamu?" Sambung Jia.
"Kau menciumku!" Jawab Serrah langsung. "Padahal tadinya aku sudah berniat untuk tidak menyinggungnya lagi. Tapi kau malah mengungkitnya.""A, A, Apaaaa? Aku menciummu?"
"Ya!"
"Hei! Kapan aku menciummu?"
"Kemarin! Kemarin itu kau mabuk berat. Saat Xiao Rou mengantarkanmu kemari, kau menarik lenganku dan..."
"Ah! Tidak, Tidak! Tidak mungkin! Kai pasti mengada-ngada kan? Mana mungkin aku..."
"Itu kenyataannya!"
"Apa? Ah, Aku pasti sudah gila! K, Kalau begitu, Bisakah kau menganggapnya tidak pernah terjadi?"
"Apa? Baiklah, Aku mengerti. Aku akan merahasiakannya."
"Ah, Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Aku lega sekarang. Ini rahasia antara kau dan aku. Ok?"
"Ok!"Mendadak Jia mual lagi, ia kembali kedalam toilet untuk memuntahkannya lagi. "Hoek! Hoek!"
"Tapi, Benarkah kau tidak apa-apa?"
"Ya, Tak apa-apa. Aku baik-baik saja."*****
Semua orang telah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Serrah dan Jia baru turun dari kamarnya.
"Kau baik-baik saja, Jia?"
"Ya?"
"Serrah bilang kau tidak enak badan. Makanya kau tidak menyambut kehadiran kami semalam."
"Oh, Serrah bilang begitu? Ah, Iya. Benar!"
"Apa kau masih sakit? Wajahmu nampak pucat sekarang." Sahut So Min.
"Apa?"
"Benar! Jika masih sakit, sebaiknya jangan paksakan dirimu bekerja hari ini. Pekerjaanmu biar ayah yang urus." Sambung Ming Tse."Ah, Iya. Ini pasti karena semalam aku ma..." Hampir saja Jia keceplosan.
"Apa?"Jia kembali merasakan mual. Untuk itu ia segera ke kamar mandi. "Hoeek!"
Para peserta setia menunggu Jia kembali ke meja makan.
"Kau kenapa?" Tanya Ming Tse.
"Entahlah, aku hanya merasa mual." Jawab Jia sambil meneguk segelas air.
"Mual-mual?" Tanya So Min."Hei! Apa kau hamil?" Tanya Ming Tse lagi, menyebabkan Jia menyemburkan air yang telah diminumnya kehadapan So Min.
"Heeeei!" Protes Ming Tse. "Kau sudah gila, Ya?"
"Aaaaa, Ma, Maafkan aku, Bibi!"
"Panggil dia ibu!" sambung Ming Tse.
"A, Apaaaa? Ibu?"So Min pun tersenyum pasrah melihat kelakuan anak tirinya tersebut. "Tidak apa-apa."
"Ah, Aku minta maaf..."
"Apa Hiroki yang sudah menghamilimu?" Protes Ming Tse. "Kalau begitu, Pernikahan kalian harus segera dipercepat!"
"Haaaaah?" Teriak Jia. "Eh? B, Bukan begitu..."
"Kalau bukan begitu, lalu apa?"
"Ayaaaah!"
"Apaaaa!? Kau berani bentak ayah? Hei !"
"Ng? Ah, Maaf!""Hhhh, Kenapa jadi begini?" Umpat Jia kemudian di dalam hatinya.
*****
Singkat cerita, Jia dan Hiroki pun akhirnya menikah. Pernikahannya digelar dengan sangat sederhana namun terkesan elegan.
Seluruh tamu-tamu yang datang semuanya berasala dari kalangan atas dan bangsawan.
"Woaaah, Hebat!" Ujar Serrah berdecak kagum.
Jia dan Hiroki pun menyalami satu persatu tamu yang datang. Didampingi Serrah yang saat itu menjadi pengapit pengantin perempuan.
Pesta pun berlangsung lancar, tentram dan aman sentosa.
"Aaah...." Keluh Serrah usai acara. "Akhirnya selesai juga acaranya. Aku capek sekali..."
Xiao Rou datang menghampiri Serrah dengan memberikannya segelas minuman. "Untukmu."
"Ah, Terima kasih..."
"Boleh aku duduk disampingmu?"
"Uumm."Xiao Rou mengambil bangku dan duduk disamping Serrah. Tak lama Ming Tse datang menggandeng So Min datang menghampiri mereka berdua.
"Sedang apa kalian disini? Ayo pulang." Tegur Ming Tse.
"Ok." Jawab Xiao Rou bangkit berdiri, lalu menaruh gelasnya dan memberikan tangannya kepada Serrah.Serrah menaruh gelas minumannya lalu menerima tangan Xiao Rou tuk bangkit berdiri.
Mereka pun akhirnya pulang menyusul Jia dan Hiroki yang sudah pulang duluan.
*****
Tibalah malam pertama Jia dan Hiroki. Mereka berdua kini tidur di dalam kamar yang sama.
Hiroki sudah tidak sabar ingin bermesraan dengan Jia. Tapi Jia malah menyuruhnya mandi dulu.
Sementara Hiroki mandi, Jia menghitung jumlah uang dari amplop yang diterimanya di hari pernikahannya.
Usai mandi, Jia meminta Hiroki tuk membantunya. Hiroki pun membantunya.
Sementara Hiroki menghitung, Jia pergi mandi. Selesai Jia mandi, Hiroki malah tertidur pulas. Sementara uangnya masih berserakan di tempat tidur. Jia segera membereskannya ke tempat lain dan menarik selimut untuk menyelimuti Hiroki, yang telah menjadi suaminya sekarang.
Jia pun mematikan lampu dan tidur dengan menarik selimut sambil membelakangi Hiroki.
Hiroki lalu berbalik ke arah Jia dan menariknya dari belakang guna memeluknya.
DAG! DIG! DUG!
Jantung Jia berdegup sangat kencang. Wajahnya pun tersipu malu saat Hiroki mencoba mencium lehernya dari belakang.
"Ah!" Cetusnya dalam hati, menahan diri supaya suaranya tidak keluar.
Hiroki membuka kedua matanya dan mencoba tuk mesra-mesraan dengan istrinya itu.
"Aku lelah. Bisakah kita melakukannya lain kali?" Ujar Jia mematahkan semangat Hiroki. Tapi Hiroki malah memeluk erat dirinya dari belakang.
"Tak apa, biarkan aku memelukmu seperti ini. Aku sudah sah menjadi suamimu sekarang." Jawab Hiroki.
Akhirnya, mereka pun tidur tanpa melakukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BIG SECRET
General FictionAda banyak rahasia di dalam keluarganya Jia. Rahasia apa sajakah itu? Akankah semuanya terbongkar? Note : Bahasanya hancur. Jadi, harap maklum ya, soalnya baru pemula. Hahaha,,,