3. HUJAN dan PELANGI

165 76 78
                                    

Tidak bisa ditebak pasti
Ketika mendung ia bisa datang
Sedang cerah pun ia turun

Itulah yang sempat aku tulis di bulan Januari, saat itu cuaca sedang cepat berubah, terkadang hujan, panas, aku kira akan turun salju tapi aku baru ingat negaraku berada di iklim tropis.
Kata guru agama di sekolahku, hujan itu membawa berkah, aku setuju tentang itu, tapi aku benar-benar tidak suka hujan. Ada banyak hal buruk yang aku alami ketika hujan dan aku tidak bisa menceritakan lebih jelas karena suatu hal.

Di bulan Januari itu aku masih SMP, sedang fokus-fokusnya untuk Ujian Nasional dan aku sedang suka makan kwetiau buatan Pakde. Dia bukan pakdeku, maksudnya, itu hanya panggilan saja ketika orang beli kwetiau atau nasi goreng di sana dan sampai sekarang aku belum tahu nama aslinya, beri tahu aku kalau ada yang tahu! Saat itu juga aku belum mengenal Reina, apalagi Bu Tuti.

Kamu boleh menangis ketika hujan, kamu boleh bersedih ketika hujan, itu hakmu, tapi jangan lakukan itu karena hal yang tidak penting, sia-sia nanti tangisanmu.

Lihatlah Mang Darta, dia selalu tersenyum, apapun kondisinya, situasinya, dia hadapi dengan senyuman. Aku pernah melihat dia tidak tersenyum ketika melewati toko buku itu.

Dengan membawa gorengan yang baru saja kubeli, aku menghampirinya, "Tumben nggak ada senyumnya nih?"

Setelah aku bertanya, dia langsung senyum, ntah kenapa aku jadi tertawa.

"Nah gitu dong hahaha," lanjutku.

Rasanya ingin sekali aku ajak Reina untuk aku kenalkan Mang Darta, pasti dia akan cepat akrab.

Saat itu, di siang hari selalu hujan dan menjelang sore cuaca cerah lagi. Saat itulah aku bisa melihat pelangi. Tapi pernah, dari siang sampai sore hujan terus dan malam harinya baru berhenti, kemudian aku keluar rumah.

"Mau kemana, Ren?" kata Ibu yang sedang masak di dapur.
"Keluar sebentar bu," jawabku sambil berjalan keluar rumah.

Ibu menghampiriku.

"Mau ngapain kamu?" tanya ibuku sambil melihatku yang sedang memandang langit.
"Nyari pelangi bu, kalau malam pasti lebih bagus," kataku.

Ibu tertawa mendengar jawabanku.

"Sampai lehermu pegel juga gak akan kelihatan pelanginya."
"Emangnya kenapa bu?
"Malu dia sama kamu," kata ibuku.
"Udah, ayuk masuk," lanjutnya.

Kemudian aku dan ibu masuk ke dalam rumah.

"Kenapa aku nggak bisa lihat bu?"
"Kelak kamu akan melihatnya," kata ibu dengan tersenyum.

Dan saat itu aku percaya apa yang ibu katakan padaku, semoga kamu tidak.

Dari aku TK sampai SMA, aku tidak pernah dijemput ketika pulang sekolah kecuali memang ada hal penting. Aku memang anak tunggal, tetapi bukan berarti aku ingin dimanja seperti anak-anak lain, aku lebih suka mandiri. Awalnya ibuku tidak setuju dengan keputusanku ini, tapi saat itu aku coba beri penjelasan pada ibuku dengan bahasa anak kecil pada umumnya.

"Aku bisa pulang sendiri bu," kataku yang saat itu masih belum bisa mengucap huruf 'R'.
"Tapi kan kamu masih kecil Ren, nanti kalo ada orang asing yang bawa kamu gimana?" saat itu ibuku marah padaku, dengan dia bilang begitu rasanya aku ingin jawab sekarang.
"Siapa juga yang mau nyulik aku? bisa kugigit dia nanti"

Pelangi itu indah kalau kamu suka, kalau kamu tidak suka pun ia akan tetap terlihat indah. Aku pernah bertanya di mana sebenarnya ujung pelangi.

"Di ujung pelangi itu ada bidadari sedang mandi," jawab ayahku.
"Ayah pernah ngintip terus ketauan," saut ibu.
"Terus gimana itu?" tanyaku.
"Bidadarinya dinikahin deh."
"Terus kamu keluar," kata ayah.
"Hahaha."

Semua tertawa di ruang tamu, saat itu ada Om Atha, dia adik ayahku. Saar itu dia dan anaknya menginap di rumahku untuk membantu ayahku yang sedang merenovasi kamarku.

Ciptaan Tuhan memang luar biasa, aku benar-benar menyukai apa yang ada di atas langit sana, seperti bulan, bintang, dan galaksi yang sangat indah itu. Kamu bisa coba pergi kesana naik motorku. Karena kata ayahku, di motorku ada tombol yang kalau ditekan, motornya akan terbang. Tapi setelahku tekan ternyata itu tombol klakson, bodoh sekali aku saat itu. Dan ibu kaget mendengar bunyi klakson yang cukup kencang, Mpok Siti juga pasti dengar.

Aku akan kasih tahu padamu siapa itu Mang Darta. Ia manusia dengan jenis kelamin laki-laki. Saat aku masih kecil aku sudah lihat dia, biasanya ia duduk santai di Toko Buku Jalan Cempedak yang tidak jauh dari rumahku. Kata ibuku tadinya ia manusia normal yang punya kehidupan baik. Tapi, semenjak ditinggal istrinya ia jadi depresi dan hidupnya jadi tidak teratur. Dia suka senyum-senyum sendiri ketika ada orang yang melihatnya.

Kata Ibu, dulu aku takut kalau bertemu dengannya. Mungkin karena perilakunya yang aneh. Tapi sekarang aku seperti sudah berteman baik dengannya. Ntahlah, mungkin cuma aku yang berteman dengan orang gila. Ia bisa memberi pelajaran pada orang lain, jika kita ditinggal orang yang kita cintai, kita sayangi, kita harus tetap tersenyum. Apapun keadaannya, hadapi dengan senyuman.

Kamu juga harus tahu kalau aku belum pernah punya pacar. Karena aku tidak tahu kapan aku harus membagi waktu antara hidupku dan berdua dengannya. Kalau masalah cinta itu sudah banyak, aku sudah berkali-kali mencintai seseorang tapi menurutku orang itu belum tepat. Bukannya jual mahal, tapi memang aku belum mengerti definisi cinta.

Saat SMP, aku dipertemukan dengan seorang perempuan yang sangat baik menurutku dan selalu bisa mengerti keadaanku. Kalau dibilang teman aku mau lebih, kalau dibilang sahabat aku juga mau lebih, kalau dibilang pacar pun bisa lebih, yang jelas ia perempuan yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa dilupakan begitu saja.

Aku dan dia pun sama-sama tidak menyukai hujan dan sangat menyukai pelangi. Kita selalu menghabiskan waktu bersama-sama. Bahkan ia pernah bilang kalau nilai ujianku harus sama dengannya agar bisa satu sekolah lagi.

"Aku enggak mau tau ya, pokoknya nilai Ujian Nasional kita semuanya harus sama!"

Aku hanya tertawa mendengar ia bilang seperti itu.

"Hahaha iya iya aku ikut kamu."

Tapi itu hanya harapan semata yang akhirnya tak bisa terwujud. Manusia berhak berharap, tapi harus menerima kosekuensinya nanti apakah terwujud atau tidak.

Berharap saja tidak bisa, harus ada usaha. Aku dan dia sudah berharap dan berusaha semoga bisa bersama terus sampai kapanpun. Tapi takdir memang tidak bisa ditolak. Tuhan sayang dia, dia harus cepat pergi untuk melihat surga secepatnya dan bisa meminta kapanpun untuk melihat pelangi.

Ada saatnya hujan turun dari mata seseorang yang kuat hatinya. Kamu harus tahu orang sabar tidak pernah marah, bukan? Jadi kalau kamu dimarahi oleh orang yang sabar,pasti ada yang sudah membuat hancur hatinya.

~~~~~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~~~~~~

ReReiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang