6. BUTUT

106 51 48
                                    

Ada hal yang membuatku senang selain bisa mengenal Reina. Aku dipertemukan dengan seorang Guru yang mempunyai selera humor sangat tinggi. Bahkan aku tidak percaya kalau ia seorang guru dan menjadi wali kelasku. Gaya bicaranya pun mengikuti gaya anak muda. Itu sedikit membantuku untuk lebih semangat belajar.

Aku lebih senang guru yang tipenya seperti Bu Tuti. Ia bisa menjadi guru sekaligus teman yang baik buatku. Katanya, ia sudah punya dua anak dan suaminya cukup satu saja. Rumahnya di Jakarta Selatan, dan ia mengendarai mobil ke sekolah.

"Eh Butut!" Aku berteriak seperti itu setelah ia memperkenalkan dirinya.

Maksudku 'Butut' adalah singkatan dari Bu Tuti.

"Hahaha," semua tertawa kecuali Reina.
"Eh kamu yang kemarin ketemu ya?" tanya dia padaku.

Semua murid pandangannya kepadaku.

Aku pura-pura berpikir seakan-akan tidak terjadi apa-apa kemarin.

"Emang iya bu?"
"Iya kali."

Saat ibuku datang ke sekolah untuk mengambil hasil ulangan semester, ibuku bercerita kalau ia pun tadinya tidak percaya kalau Bu Tuti itu wali kelasku.

"Itu wali kelasmu?"
"Siapa? Butut?"
"Butut?" ibu bingung.
"Bu Tuti maksudnya."
"Iya, dia wali kelasmu?"
"Iya bu."

Aku melihat ibu saat itu seperti sangat heran, aku yakin ibu tidak jago acting jadi aku pikir ia benar-benar bingung saat itu.

"Ibu kira tadi kakak kelasmu yang sedang jagain kelas, ternyata itu wali kelasmu."

Saat ibu bilang seperti itu ayahku datang.

"Ah ibumu ini memang ada-ada saja," kata ayah yang datang membawa kopi ke ruang tamu.

Setelah Reina bercerita tentang perasaannya kemarin, hari ini Reina tidak masuk sekolah, katanya sakit.

Aku dan temanku berencana menjenguk Reina nanti pulang sekolah. Menurutku Reina memang perlu istirahat sebentar di rumah karena aku yakin dia pasti sangat bersedih dengan kejadian itu. Tapi tidak baik juga terlalu larut dalam kesedihan, kalau ia tidak masuk kan aku tidak bisa terus bertanya tentang dirinya.

Setelah pulang sekolah, kami ke rumah Reina untuk melihatnya tersenyum.

"Assalamualaikum, Reina...Reina...," teriak Wahid, Tito, dan Adrian.

Aku dan Yuli diam saja.

Belum ada yang menjawab, setelah yang kedua kalinya Ibunya Reina keluar.

"Eh nak Rendi, ini teman-temannya Reina ya?" tanya ibunya.
"Iya bu, Reina nya ada?" kata Yuli.

Senang rasanya bisa ke rumah Reina lagi dan bertemu ibunya. Tapi aku belum melihat ayahnya, mungkin sedang sibuk. Kalau aku sudah lihat ayahnya, akan kuajak ayahku untuk bertemu dengannya agar ia tidak bosan di rumah.

"Sini masuk, duduk dulu," kata ibunya Reina.

Aku dan temanku duduk di ruang tamu, di situ aku melihat foto-foto Reina waktu masih kecil, kemarin aku belum melihat ada foto-foto ini tapi sekarang sudah ada.

ReReiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang