-----------------------------------------------------------
DICARIORANG YANG TELAH KABUR DARI HATI SAYA.
BARANG SIAPA YANG MENEMUKAN ORANG TERSEBUT, HARAP DIKEMBALIKAN KE TEMPAT YANG IA MAU.CIRI-CIRI: SEPERTI PELANGI NAMUN MENYUKAI HUJAN
TERIMAKASIH
SALAM JEMPOL KADAL------------------------------------------------------------
Harusnya aku sudah melupakannya, tapi terkadang masih saja terbayang ketika berdua dengannya, bermain, belajar, duduk berdua selama beberapa tahun, bahkan untuk sampai kapanpun aku akan terus teringat senyumannya. Usaha untuk melupakan sudah aku lakukan, tapi usaha untuk konsisten melupakan masih juga belum aku lakukan. Padahal Reina sudah benar-benar hilang dalam hidupku, seakan hilang ditelan bumi. Terserah, hanya bumi yang sanggup menelannya untuk hilang jauh dariku.
Saat itu aku sedang asyik bermain play station bersama dua makhluk yang sudah dua tahun lebih tiga bulan tujuh hari menemaniku untuk tertawa di setiap pertemuannya. Entah itu lucu atau tidak, yang terpenting adalah tertawa. Karena menurutku dengan tertawa atau hanya dengan senyuman saja masalah akan terlupakan sejenak. Tapi hanya sejenak saja, kalau kamu mau masalah itu terlupakan selamanya, maka tertawa lah selamanya. Contoh manusia yang sudah melakukan hal itu adalah Mang Darta.
Adrian sedang bermain berdua denganku, sementara Tito menunggu giliran bermain. Adrian memulai pembicaraan.
"Eh, kayaknya Yuli cakep ye makin lama."
"Cakep kalo di liat pake sedotan dari ujung Monas," kata Tito.
"Hahaha," aku tertawa.
"Udahlah, kita ini udah lama bertiga mulu, jangan sampe cuma gara-gara cewek kite jadi bubar," saut Tito.Aku terdiam karena terkejut mendengar Tito bisa berbicara dengan benar.
"Nah diem kan," lanjutnya.
"Tumben To, kamu benar," kata Adrian.
"Yoi lah hahaha," jawab Tito dengan tertawa.Hari sudah malam, saatnya Tito dan Adrian pulang.
"Hati-hati woy!" ujarku.
"Bodo amat," jawab Tito.Kemudian mereka pergi entah kemana aku tidak peduli.
Saatnya aku tidur untuk melepas lelah karena tertawa seharian. Esoknya aku ingin hidupku terus seperti ini, tidak merasakan beban apapun, termasuk memikirkan Reina.
"Rendiii...bangun!" teriak ibu.
Ibu membangunkanku lebih pagi, tetapi untungnya aku tidak merasa ngantuk karena tidur lebih awal.
"Aku berangkat dulu ya, bu," teriakku sambil berjalan ke luar rumah.
"Iya," teriak ibu dari dapur.Matahari sudah terlihat lebih awal, aku melewati rumah Reina namun terlihat sepi, aku hanya mengendarai sepeda motorku dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi karena aku ingin menikmati indahnya pagi itu tanpa Reina lagi.
Rei, lihat, aku bebas, tidak lagi memikirkanmu, kamu senang, kan? Harus dong! Kan kamu yang mau.
"Wedeee masih hidup manusia ini," kata Tito yang menghampiriku.
"Wah To, batu keras tuh kayaknya," kataku dengan menunjuk batu besar yang ada di bawah.
"Hahaha santai elah bercanda."
"Hahaha iya."Kemudian Adrian datang.
"Wah siapa nih? Anak baru?" kataku dengan maksud meledek Adrian.
"Aduh iya nih anak baru kayaknya, kenalan dong," saut Tito.Adrian diam.
"Eh, gagu?" kata Tito sambil menahan tawa.
Kemudian Adrian menyalami tanganku.
"Kenalin, Dimas Anggara," kata Adrian.
"Hahaha," aku dan Tito tertawa.
"Udeh ayo ah jangan banyak drama," kata Adrian.Aku, Adrian dan Tito ke kelasnya masing-masing.
Aku berjalan pelan dan sengaja melewati kelasnya Reina, tapi aku tidak melihat dia. Kemudian aku lihat Yuli yang sedang jalan menuju kantin.
"Yul, liat Reina nggak?" kataku.
"Emmm, nggak Ren," jawabnya.
"Ohh yaudah deh makasih ya."Kemudian aku langsung ke kelas.
"Assalamualaikum," kata Bu Tia, guru BK di sekolahku.
"Wa'alaikumsalam," jawab semua murid.
"Ada pengumuman penting--" kata Bu Tia.
"Asik, libur nih," saut Ucup, teman kelasku.
"Hei, diam kamu! Ibu belum selesai bicara."
"Iya Bu, maaf."
"Teman kalian ada yang hilang, sejak kemarin ia belum pulang ke rumah, kalau kalian ada yang melihatnya, harap hubungi orang tuanya atau ibu."
"Yang hilang siapa Bu?" tanyaku.
"Reina, ada yang kenal kan?"Saat itu juga aku langsung panik dan seakan memikirkannya lagi.
Setelah jam istirahat, aku langsung menghampiri Tito dan Adrian.
"Eh, Reina woy! Reina!" ujarku.
"Iye tau," saut Tito.
"Ada-ada aje itu orang pake ngilang segala," kata Adrian.
"Kita harus cari!" kataku.
"Ren, gimana sih, katanya mau lupain," kata Tito.
"Tau nih," saut Adrian.
"Tadinya sih gitu, tapi gara-gara ini aku mana bisa egois!"Adrian dan Tito diam sejenak, seakan sedang berpikir.
"Oke, kita cari besok!" Kata Tito.
"Nah, setuju!" saut Adrian.
"Kok besok sih, sekarang dong," kataku.
"Yaudeh kite ngikut aje."Kemudian setelah pulang sekolah aku ke rumah Reina untuk memastikan kalau ia memang benar tidak ada di rumahnya.
"Assalamualaikum," teriakku.
Kemudian ibunya Reina keluar.
"Eh, Rendi," kata ibu Reina yang nampak biasa saja.
"Bu, Reina mana Bu?" tanyaku dengan perasaan panik.Ibu Reina duduk di kursi halaman rumahnya.
"Ibu juga nggak tau Ren, ibu udah lapor sana sini, semoga aja dia cepet pulang ya, Ren,"
"Dia nggak ada di rumah dari kapan, Bu?" tanyaku.
"Kemarin sore dia bilang mau keluar sebentar, abis itu nggak pulang-pulang sampai sekarang."
"Aduh Bang Toyib," kata Tito dengan suara yang sangat pelan namun telingaku masih sangat peka untuk mendengarnya.Saat itu aku lihat ibu Reina terlihat sangat sedih, sama sepertiku, aku mencoba untuk menenangkannya untuk bersabar dan berdoa.
Setelah itu aku, Adrian dan Tito pamit pulang karena ibu Reina menginginkanku untuk diam di rumah saja, tidak perlu mencarinya. Tapi tidak mungkin aku menurutinya karena aku ingin sekali mencari Reina, tapi esoknya setelah pulang sekolah karena aku tidak ingin ibuku tahu tentang ini.
~~~~~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~~~~~
Assalamualaikum,
Diberitahukan kepada para kaum penyembah sempak kambing, cerita ReRei ini akan di update kembali dengan waktu yang mungkin lumayan lama, karena authornya mulai sibuk bersihin lobang hidung yang sudah mulai menyempit ini.
Sekian, terimagaksih.SALAM UPIL ZILONG-
~~~~~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
ReRei
Teen FictionRendi dan Reina. Dipertemukan pertama kali di sekolah baru. Berbeda kelamin, dan berbeda pendapat tentang apa yang disukainya. Rendi tidak menyukai hujan, sedangkan Reina sangat suka itu. Adrian, Tito, Yuli, dan Wahid. Kumpulan manusia yang membuat...